Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makna Patung Kucing di Depan Kampung Susun Cakung: Namanya Libi, Simbol Perjuangan Warga Bukit Duri

Kompas.com - 25/08/2022, 18:35 WIB
Nirmala Maulana Achmad,
Ivany Atina Arbi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Monumen patung kucing berdiri di depan bangunan Kampung Susun Produktif Tumbuh Cakung di Jalan Kavling DPR Kampung Pulo Jahe, Jatinegara, Cakung, Jakarta Timur.

Di bagian bawah monumen itu tertulis "Monumen Kemanusiaan: 28 September 2016 di Kawasan Bukit Duri, seekor kucing bernama Libi menyaksikan betapa manusia menggusur tanah dan gubuk milik sesama manusia secara sempurna melanggar hukum, hak asasi manusia, agenda Pembangunan Berkelanjutan, UUD 1945 serta sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab".

Tokoh masyarakat, Sandyawan Sumardi, menjelaskan makna di balik monumen itu.

Ia mengatakan, monumen tersebut dibangun untuk mengenang momen penggusuran di Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan, akibat proyek normalisasi Kali Ciliwung.

Baca juga: Anies Resmikan Kampung Susun Produktif Tumbuh Cakung, Diisi Warga Eks Bukit Duri

"Patung kucing ini gagasan, karena waktu pas penggusuran, saya melihat di atas sanggar Ciliwung yang dihancurkan itu, ada satu ekor kucing bernama Libi milik anak-anak sanggar," ujar Sandyawan di Kampung Susun Produktif Tumbuh Cakung, Kamis (24/8/2022).

Kucing itu, berdasarkan penuturan Sandyawan, melompat-lompat dalam 'terkaman' backhoe yang menghancurkan pucuk dari sanggar tersebut.

"Di antara debu-debu kucing itu terlempar. Kami menduga, kucing itu akan segera mati," kata Sandyawan.

Namun, keesokan harinya, anak-anak sanggar melaporkan bahwa kucing itu sedang duduk di lokasi sanggar yang sudah hancur.

Baca juga: Anies Dirikan Kampung Susun untuk Warga yang Digusur Ahok, Harusnya Dicarikan Solusi dari Dulu

"Dan yang terjadi adalah, setiap pukul 15.00 WIB, kucing itu selalu tidur di lokasi atau reruntuhan itu," ujar Sandyawan melanjutkan ceritanya.

Alhasil, Libi dijadikan simbol perjuangan warga Bukit Duri yang tergusur akibat dalih pembangunan.

Monumen dengan tinggi sekitar tiga meter itu berdiri di depan Kampung Susun Produktif Tumbuh Cakung.

Kampung yang berkonsep rumah susun (rusun) itu diperuntukkan bagi warga eks Bukit Duri yang kediamannya digusur karena proyek normalisasi Kali Ciliwung pada 2016 lalu.

Baca juga: Saat Ratusan Orang dari Berbagai Daerah Datangi Rumah Pribadi Anies, Kami Rindu Pemimpin yang Mengayomi

"Ini kami jadikan simbol perjuangan, kesetiaan, dan persistensi warga yang rindu sekali akan tempat tinggal yang manusiawi, yang penuh gotong royong," kata Sandyawan.

Adapun Kampung Susun Produktif Tumbuh Cakung diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pada Kamis (24/8/2022) pagi.

"Kampung Susun Produktif Tumbuh Cakung, pada hari ini, Kamis, 25 Agustus 2022, secara resmi dinyatakan digunakan," papar Anies, dalam sambutannya ketika meresmikan kampung susun tersebut.

Anies meminta para warga yang tinggal di Kampung Susun Produktif Tumbuh Cakung untuk saling menjalin silaturahmi.

Baca juga: Kisah tentang Anies, Kain Jarik, dan Amanah Seorang Ibu di Bukit Duri

Menurut Anies, pembuatan hunian merupakan tanggung jawab Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.

Namun, warga yang tinggal di kampung susun itu juga bertanggung jawab untuk menciptakan suasana guyub.

"Jangan menjadi kumpulan unit-unit rumah yang pribadi dan keluarganya individualistik. Saya, kami, bagian membangun. Ibu dan bapak, saya titip membangun suasana kampungnya," kata Anies.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di DKI Jakarta, 29 Maret 2024

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di DKI Jakarta, 29 Maret 2024

Megapolitan
Minta Usut Tuntas Kasus Kematian Akseyna, BEM UI Akan Bersurat ke Rektor UI dan Polres Depok

Minta Usut Tuntas Kasus Kematian Akseyna, BEM UI Akan Bersurat ke Rektor UI dan Polres Depok

Megapolitan
Tanda Duka Cita, Mahasiswa UI Peringati 9 Tahun Kematian Akseyna

Tanda Duka Cita, Mahasiswa UI Peringati 9 Tahun Kematian Akseyna

Megapolitan
500 Siswa SMA Ikut Pesantren Kilat di Kapal Perang KRI Semarang

500 Siswa SMA Ikut Pesantren Kilat di Kapal Perang KRI Semarang

Megapolitan
Soal Peluang Maju Pilkada DKI, Heru Budi: Hari Esok Masih Penuh Misteri

Soal Peluang Maju Pilkada DKI, Heru Budi: Hari Esok Masih Penuh Misteri

Megapolitan
Sopir Truk Akui Kecelakaan di GT Halim karena Dikerjai, Polisi: Omongan Melantur

Sopir Truk Akui Kecelakaan di GT Halim karena Dikerjai, Polisi: Omongan Melantur

Megapolitan
Sebelum Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR, Petugas Sudah Pernah Tegur Pelaku Pungli

Sebelum Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR, Petugas Sudah Pernah Tegur Pelaku Pungli

Megapolitan
Sudah 1,5 Tahun Kompolnas dan Polisi Belum 'Update' Kasus Kematian Akseyna

Sudah 1,5 Tahun Kompolnas dan Polisi Belum "Update" Kasus Kematian Akseyna

Megapolitan
Ucap Syukur Nelayan Kamal Muara kala Rumahnya Direnovasi Pemprov DKI

Ucap Syukur Nelayan Kamal Muara kala Rumahnya Direnovasi Pemprov DKI

Megapolitan
Rekonstruksi Kasus Penembakan Ditunda sampai Gathan Saleh Sehat

Rekonstruksi Kasus Penembakan Ditunda sampai Gathan Saleh Sehat

Megapolitan
Buntut Pungli Sekelompok Orang, Dinas Bina Marga DKI Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR

Buntut Pungli Sekelompok Orang, Dinas Bina Marga DKI Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR

Megapolitan
Warga Bogor Tertipu Penjual Mobil Bekas di Bekasi, padahal Sudah Bayar Lunas

Warga Bogor Tertipu Penjual Mobil Bekas di Bekasi, padahal Sudah Bayar Lunas

Megapolitan
Gandeng Swasta, Pemprov DKI Renovasi 10 Rumah Tak Layak Huni di Kamal Muara

Gandeng Swasta, Pemprov DKI Renovasi 10 Rumah Tak Layak Huni di Kamal Muara

Megapolitan
Singgung 'Legal Standing' MAKI, Polda Metro Jaya Sebut SKT sebagai LSM Sudah Tak Berlaku

Singgung "Legal Standing" MAKI, Polda Metro Jaya Sebut SKT sebagai LSM Sudah Tak Berlaku

Megapolitan
Penyidikan Aiman Witjaksono Dihentikan, Polisi: Gugur karena Tak Berkekuatan Hukum

Penyidikan Aiman Witjaksono Dihentikan, Polisi: Gugur karena Tak Berkekuatan Hukum

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com