Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembuatan Konten di Lokasi Kebakaran Menyulut Kekesalan Korban

Kompas.com - 30/08/2022, 09:34 WIB
Muhammad Isa Bustomi,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebuah video yang memperlihatkan rumah makan (warteg) masih berdiri di antara bangunan yang terbakar di Jalan Simprug Golf II, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, beredar di media sosial.

Video itu diunggah oleh akun Instagram @infodepok_id dan mengundang perhatian warganet. Tak sedikit orang, termasuk kreator konten, datang lokasi karena penasaran dengan bangunan tersebut.

Sejak viral, warteg tersebut kerap menjadi sasaran pembuat konten. Namun, pembuatan konten justru mengundang reaksi masyarakat sekitar yang merasa terganggu.

Baca juga: Masa Tanggap Darurat Kebakaran di Simprug Diperpanjang

Lantas warga yang terdampak kebakaran melakukan protes berkait banyaknya orang yang datang ke lokasi tetapi hanya untuk membuat konten.

Beberapa pegiat media sosial yang datang disebut hanya mengambil foto dan video keberadaan rumah makan atau warteg tersebut.

Berdasarkan pantauan Kompas.com di lokasi, Senin (29/8/2022), aksi protes itu dilakukan dengan mencoret-coret Warteg Pesona Dua Putri. Beberapa kalimat bernada sindiran keras.

Konten di tengah musibah

Narso, warga setempat mengatakan, kreator konten kerap datang ke lokasi kebakaran untuk melihat keberadaan warteg tersebut.

Hampir setiap hari setelah kejadian, warteg itu kerap disorot oleh youtuber untuk dibuat konten.

Namun, kata Narso, sejumlah youTuber yang datang ke lokasi tidak pernah menyoroti dampak lain kebakaran, seperti keberadaan pengungsi.

"Banyak yang datang langsung ke situ. foto video, bukan nengok ke pengungsian malah pada ke situ. Dibuat konten di tengah musibah, ngapain," ucap Narso.

Baca juga: Korban Kebakaran Simprug Jaksel Akan Direlokasi, Wagub DKI: Nanti Dicarikan Tempat Terbaik

Warga lainnya, Warso (55) mengatakan, kedatangan youtuber yang ingin membuat konten di tengah musibah kebakaran di Simprug hanya untuk keuntungan pribadi.

Padahal, kata Warso, proses pembuatan konten itu melibatkan korban kebakaran yang saat ini tinggal di pengungsian.

"Jangan mudah buat konten yang untuk keuntungan diri sendiri, libatkan warga saya," kata Warso.

Selain membuat geram warga, konten yang dibuat para youtuber dikhawatirkan akan menimbulkan salah paham soal keberadaan warteg.

"Agar tak timbulkan salah paham dan salah mengerti. Dia bisa berdiri sendiri karena bangunan hebel, sedangkan lain kayu semipermanen," ucap Warso.

Kompas.com sempat mendatangi warteg di Jalan Simprug II, itu pada Rabu (24/8/2022) siang. Tampak bangunan itu masih berdiri kokoh.

Baca juga: Korban Kebakaran Simprug Protes: Kami Jadi Konten di Tengah Musibah, Ngapain...

Konstruksi bangunan warteg tidak rusak seperti rumah-rumah lain di sisi kanan dan kirinya yang hangus dilalap api.

Atap, pintu, dan besi di lantai dua warteg juga terlihat utuh. Konstruksi bangunan warteg tampak kokoh dibandingkan dengan rumah warga yang kebanyakan bangunan semipermanen.

Warteg berlantai dua ini memiliki dinding berbahan hebel. Rumah makan yang berdiri kokoh di antara bangunan yang terbakar itu menjadi tontonan warga di sekitar lokasi kebakaran.

Banyak berbondong-bondong sebelumnya datang dan berswafoto dengan latar belakang warteg dengan sisi sekitarnya bangunan yang terbakar.

Asap bekas kebakaran yang melanda permukiman warga di Jalan Simprug Golf II, Grogol Selatan, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, masih terlihat pada Senin (22/8/2022).  Kondisi asap putih itu masih terlihat setelah satu hari insiden kebakaran tersebut terjadi pada Minggu (21/8/2022) sekitar pukul 10.00 WIB. KOMPAS.com/Muhammad Isa Bustomi Asap bekas kebakaran yang melanda permukiman warga di Jalan Simprug Golf II, Grogol Selatan, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, masih terlihat pada Senin (22/8/2022). Kondisi asap putih itu masih terlihat setelah satu hari insiden kebakaran tersebut terjadi pada Minggu (21/8/2022) sekitar pukul 10.00 WIB.

Penyebab warteg tak terbakar

Perwira piket Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jakarta Selatan, Deni Andreas, mengungkap penyebab warteg tersebut tidak terbakar.

Menurut Deni, kompartemenisasi menjadi salah satu faktor warteg di Jalan Simprug Golf II, Grogol Selatan itu tak dilalap api.

"Karena terkompartemenisasi jadi terlindungi dari potensi rambatan api. Coba lihat bangunan yang melindungi warteg itu bagaimana konstruksi bangunannya," kata Deni dilansir dari Antara, Kamis (25/8/2022).

Baca juga: Viral Video Warteg Berdiri Kokoh di Tengah Kebakaran Simprug, Ternyata Ini Penyebabnya

Deni menjelaskan, ilmu kompartemenisasi kebakaran merupakan batas atau pemisahan bangunan berdasarkan tingkat ketahanan terhadap api pada bangunan.

Adapun bangunan warung makan itu terbuat dari bata ringan atau hebel di semua sisi rumahnya yang sifatnya menahan api.

Kondisi itu berbeda dengan bangunan rumah di sekelilingnya yang kebanyakan memakai bahan semi permanen seperti triplek atau kayu.

Deni sendiri ikut bertugas memadamkan api saat kebakaran melanda permukiman warga di Jalan Simprug Golf 2 pada Minggu (21/8/2022) pagi lalu.

Menurut Deni, warga harus memahami ilmu kompartemenisasi dalam pembangunan rumah untuk menghindari kebakaran serupa terulang.

"Jadi kalau mau dibangun lagi satu kampung supaya aman dari kebakaran besar, pastikan kompartemenisasinya itu semakin banyak semakin bagus bangunannya," tuturnya.

Baca juga: Korban Kebakaran Simprug Protes, Katanya Ada Youtuber Bikin Konten tapi Tak Beri Bantuan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com