JAKARTA, KOMPAS.com - Kecelakaan tunggal truk terjadi di Jalan Sultan Agung KM 28,5 Kelurahan Kota Baru, Bekasi Barat, Kota Bekasi, Rabu (31/8/2022) siang.
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) telah menginvestigasi terhadap kendaraan truk trailer kecelakaan maut di depan SDN Kota Baru II dan III Bekasi itu.
Investigator senior Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Ahmad Wildan mengatakan posisi persneling truk tersebut berada di gigi 7 pada jalan menurun dengan muatan berlebih.
"Pengemudi truk trailer manapun tidak akan menggunakan 'gigi kelinci' pada sebuah jalanan menurun dengan muatan penuh," kata Wildan kepada Kompas.com, Jumat (2/9/2022).
Baca juga: Penyebab Kecelakaan Truk Maut di Bekasi, KNKT: Pengemudi Terdistraksi Saat Salah Ambil Jalan
Wildan mengatakan pengemudi tidak bisa menjelaskan mengapa ia menggunakan persneling pada gigi 7 pada jalan menurun.
Situasi tersebut, kata Wildan, cukup menjelaskan pengemudi mengalami lost of situational awareness atau kehilangan kemampuan memahami kondisi sekitar.
"Sehingga berakibat keputusan yang diambil tidak sesuai dengan kompetensi dia sesungguhnya," ujar Wildan.
Sebagai gambaran, Wildan menjelaskan sebuah truk trailer itu memiliki dua posisi gigi, yaitu gigi kura-kura dan gigi kelinci.
Adapun gigi kura-kura adalah merupakan posisi gigi rendah, yaitu 1, 2, 3, dan 4. Sedangkan gigi kelinci itu merupakan posisi gigi tinggi, yaitu 5, 6, 7, dan 8.
Baca juga: Kecelakaan Truk Maut di Bekasi, KNKT: Kelebihan Muatan 2 Kali Lipat Lebih
Pada tuas persneling, kata Wildan, posisi gigi 1 dan 5 sama. Demikian juga gigi 2 sama dengan 6, gigi 3 sama dengan 7, dan gigi 4 dengan 8.
"Yang membedakan hanyalah gambar kura-kura atau kelinci di dashboard," kata Wildan.
Wildan menjelaskan cara berpindah tuas perseneling dari posisi kura-kura ke kelinci atau sebaliknya cukup dengan menggeser klik atau ditampar tergantung merek dan tipenya.
Adapun untuk truk trailer yang kecelakaan di Bekasi, kata Wildan, sistem pemindahan giginya dengan klik.
Kalau melihat muatan, kondisi lalu lintas, serta slope flyover, Wildan menduga bisa jadi pada saat naik flyover menggunakan gigi 1, lalu di bentang datar flyover memindahkan ke gigi 2.
Selanjutnya, saat pengemudi akan turun hendak memindahkan ke gigi 3, namun posisi masuk ke netral dulu baru masuk ke gigi 3. Tanpa disadari, pengemudi menyenggol klik yang posisinya hanya sekitar 1 sentimeter dari jarinya sehingga posisi gigi masuk ke gigi 7.
"Dengan posisi gigi 7 dan muatan yang berat, jelas sistem rem tidak akan mampu mengakomodasi energi kinetik yang dihasilkan dan berujung pada kegagalan pengereman," ujar Wildan.
"Ini bukan rem blong, namun gaya pengereman yang dihasilkan oleh kendaraan tidak mampu mengakomodasi energi kinetik kendaraan."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.