Selain itu, kenaikan harga BBM juga mengganggu perputaran roda ekonomi dalam sektor-sektor strategis negara, terutama sektor transportasi, industri, pertanian, kelautan, pariwisata dan sektor lainnya.
Sementara itu, kelompok mahasiswa mengatasnamakan Aliansi Mahasiswa Milenial dan Seluruh Masyarakat Sipil juga bakal menggelar aksi demonstrasi di depan Gedung DPR/MPR RI, Jakarta Pusat, Senin (5/9/2022).
Massa yang berasal dari organisasi Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) itu akan demo menolak kenaikan harga BBM oleh pemerintah.
"Iya betul, nanti sebagian teman-teman dari DKI Jakarta," ujar Ketua Umum GMNI Arjuna Putra Aldino, Senin.
Baca juga: Dampak Kenaikan Harga BBM, Tarif Angkot dan Harga Makanan di Warteg Ikut Naik
Menurut Arjuna, massa akan demo karena kenaikan harga BBM berdampak buruk bagi masyarakat.
Dalam pelaksanaannya, GMNI yang bergabung dengan massa aksi dari HMI akan berkumpul di Kampus Trisakti, tepatnya di Tugu 12 Mei Grogol, Jakarta Barat.
Setelah itu, massa akan bergerak bersama-sama menuju depan Gedung DPR/MPR RI dan memulai aksi demonstrasi pukul 13.00 WIB.
"Estimasi massa, karena ini Jabodetabek sekitar 300 sampai 400 orang, dan itu juga akan gabungan," kata Arjuna.
Pemerintah telah mengumumkan kenaikan harga tiga jenis BBM. Kenaikan harga itu berlaku sejak Sabtu (3/9/2022).
Tiga jenis BBM yang harganya naik itu meliputi pertalite, solar subsidi, dan pertamax nonsubsidi.
Rinciannya, pertalite naik dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter.
Lalu, solar naik dari Rp 5.150 per liter menjadi 6.800 per liter. Kemudian, pertamax naik dari Rp 12.500 menjadi Rp 14.500 per liter.
Presiden Joko Widodo mengatakan, pemerintah telah berupaya sekuat tenaga untuk melindungi rakyat dari gejolak harga minyak dunia.
"Saya sebetulnya ingin harga BBM di dalam negeri tetap terjangkau dengan memberikan subsidi dari APBN," kata Jokowi.
Baca juga: KSP Klaim Pengalihan Subsidi BBM Ditujukan untuk Kelompok Ekonomi Rentan
Namun, anggaran subsidi dan kompensasi BBM tahun 2022 telah meningkat 3 kali lipat dari Rp 152,5 triliun menjadi Rp 502,4 triliun. Angka ini diperkirakan akan terus mengalami kenaikan.
Oleh karenanya, pemerintah memutuskan mengalihkan subsidi tersebut ke masyarakat yang kurang mampu melalui sejumlah bantuan sosial.
"Ini adalah pilihan terakhir pemerintah yaitu mengalihkan subsidi BBM sehingga harga beberapa jenis BBM yang selama ini mendapat subsidi akan mengalami penyesuaian," kata kepala negara.
(Penulis: Tria Sutrisna | Editor: Irfan Maullana)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.