"Naik silakan, mau naik berapa saja enggak apa-apa. Tapi kalau bisa angkutan umum jangan pakai aplikasi MyPertamina, suka error. Jadinya terpaksa ngisi pertamax," kata Slamet.
Slamet berpandangan, seharusnya ada perhatian khusus dari pemerintah terhadap para sopir angkutan umum.
Terlebih pemerintah tengah berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menggunakan angkutan umum.
"Daripada enggak bisa narik, enggak bisa makan terpaksa beli pertamax. Ini sudah sulit jangan ditambah sulit. Harusnya pelat kuning enggak usah pakai aplikasi," pungkas dia.
Sementara itu, sopir angkot di Kota Tangerang bersepakat untuk menaikkan tarif angkutan. Penyesuaian tarif minimum untuk jarak dekat sebesar Rp 5.000.
Sedangkan selama ini tarif angkot untuk jarak dekat di Kota Tangerang biasanya hanya Rp 3.000.
Menurut seorang sopir berinisial C, penyesuaian tarif angkutan merupakan kesepakatan di antara para supir dan bukan kebijakan dari Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kota Tangerang.
Baca juga: Imbas Lonjakan Harga BBM, Sopir Angkot di Tangerang Sepakat Naikkan Tarif
"Belum. Iya ini naik atas kesepakatan sopir sejak kemarin," kata C.
C menuturkan, kenaikan harga BBM telah membuat kondisinya semakin sulit. Sebab, setoran juga ikut naik.
"Ya semakin parah aja. Mana setoran naik, bensin Rp 10.000 per liter," ucapnya.
Selain setoran angkot meningkat, harga kebutuhan pokok pun kian tinggi imbas kenaikan BBM.
Ia hanya bisa berharap harga BBM kembali normal untuk meringankan beban ekonominya. "Harapannya ya BBM turun begitu," kata C.
Hal yang sama juga dirasakan oleh sopir angkot berinisial M. Sebelum harga BBM naik saja penumpang tidak begitu ramai, sehingga ia harus terus bijak dalam mengatur keuangan.
"Apalagi (harga BBM) naik begini Neng, makin muter otak kita," kata dia.
Situasi sulit turut dirasakan oleh para pengemudi ojek daring. Sebab hingga saat ini belum ada kebijakan mengenai penyesuaian tarif dengan kenaikan harga BBM.
Kini mereka memilih untuk "ngetem" di suatu tempat dibandingkan berkeliling mencari penumpang.
Seperti yang dilakukan Rafi, pengemudi ojek daring di Tangerang Selatan. Biasanya ia mencari penumpang dengan berkeliling ke beberapa lokasi.
Namun, setelah harga BBM naik, ia memilih mangkal di suatu tempat. Ini dilakukan Rafi untuk menghemat biaya bahan bakar.
"Ada pengurangan jumlah jarak sih. Sebelumnya saya sering muter-muter di suatu tempat, sekarang ngetem (mangkal) saja," ujar Rafi saat ditemui di dekat Mal Living World Alam Sutera, Serpong Utara, Tangsel, Senin.
Baca juga: Terdampak Kenaikan Harga BBM, Pengemudi Ojek Daring Tuntut Penyesuaian Tarif
Sebelum harga BBM naik, Rafi biasanya hanya perlu mengeluarkan uang bensin sekitar Rp 30.000.
Namun, kini ia harus merogoh kocek lebih dalam, yakni sebesar Rp 40.000 lantaran harga Pertalite naik dari 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.