Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cita Rasa Roti Lauw yang Tak Pernah Berubah Jadi Daya Tarik bagi Pembeli

Kompas.com - 09/09/2022, 16:04 WIB
Zintan Prihatini,
Ivany Atina Arbi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Nama Roti Lauw mungkin sudah tidak asing lagi bagi warga Jakarta. Jajanan legendaris yang dijajakan dengan gerobak ini banyak ditemui di sepanjang Cikini hingga Gondangdia, Jakarta Pusat.

Roti Lauw ini sejatinya telah ada sejak tahun 1948.

Ditemui saat sedang menyusun roti di etalase, Yossi, selaku pengawas gerobak di toko roti Lauw di Jalan Srikaya I Nomor 10, Kebon Sirih, Menteng, Jakarta Pusat, menyebut produksi roti pertama kali dilakukan di toko tersebut.

"Kalau untuk tokonya sendiri udah lama dari tahun 1948 udah ada di sini. Dulu produksinya di sini, tahun 2012 pindah ke Pulogadung," kata Yossi kepada Kompas.com, Jumat (9/9/2022).

Baca juga: Mengenal Sayur Ketupat Babanci, Kuliner Langka Khas Tanah Betawi

Adapun toko roti yang dikelola Yossi merupakan satu dari beberapa toko yang berada di Jakarta.

"Ini punya perusahaan semua, jadi kita yang nanganin. Di sini kita yang urusin gerobak-gerobak. Yang pertama di sini (Gondangdia), terus Fatmawati, baru Pulogadung," imbuhnya.

Meski hanya ada plang sederhana bertuliskan Perusahaan Roti dan Kuwe-kuwe "Lauw", toko ini terus didatangi oleh sejumlah pembeli.

Sembari melayani orang yang datang untuk membeli roti tawar, Yossi mengatakan cita rasa roti Lauw tidak pernah berubah. Hal inilah, yang menurutnya membuat roti Lauw tetap bertahan di tengah gempuran kemunculan merek roti lain.

"Satu sih konsisten rasa aja, dari rasa enggak usah diubah-ubah. Udah gitu aja sampai sekarang," papar Yossi. 

"Udah gitu karena kan daya jangkau lebih besarnya roti itu sebenarnya kelas menegah ke bawah kalau (roti Lauw) kita," tambanya lagi. 

Baca juga: 8 Buah Khas Jakarta yang Semakin Langka

Sehingga, ukuran roti pun dibuat lebih besar untuk mengutamakan kekenyangan para konsumen. Soal ukuran, lanjut Yossi, pun tidak berubah sejak dahulu.

Roti khas Lauw

Laki-laki yang telah menjadi pengawas gerobak selama 16 tahun ini menyampaikan, bahwa ada salah satu roti paling khas yang dijual yakni roti gambang.

"Yang paling utama pertama kali bikin memang roti gambang sebelum ada roti-roti yang lain. Terus berikutnya cokelat, moka, itu khasnya sama roti-roti tawar," ucap Yossi.

Dari banyaknya varian, kebanyakan pembeli mencari roti rasa cokelat.

"Yang paling dicari cokelat sih. Umumnya orang Indonesia kan paling suka (rasa) cokelat,” katanya sambil tertawa.

Baca juga: Menikmati Nasi Minyak, Makanan Khas Palembang yang Dulu Disantap Keluarga Sultan

Seiring berkembangnya zaman, harga roti Lauw pun mengalami peningkatan. Meski begitu, harga jualnya terbilang murah.

Anda cukup merogoh koceh sebesar Rp 8.000 untuk roti manis, dan Rp 13.000 untuk roti tawar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Tangkap Sopir Grab yang Culik dan Peras Penumpangnya Rp 100 Juta

Polisi Tangkap Sopir Grab yang Culik dan Peras Penumpangnya Rp 100 Juta

Megapolitan
Wanita Tewas Bersimbah Darah di Bogor, Korban Terkapar dan Ditutup Selimut

Wanita Tewas Bersimbah Darah di Bogor, Korban Terkapar dan Ditutup Selimut

Megapolitan
Ada Obeng di TKP, Diduga Jadi Alat Suami Bunuh Istri di Bogor

Ada Obeng di TKP, Diduga Jadi Alat Suami Bunuh Istri di Bogor

Megapolitan
Jadwal Buka Puasa di Kota Bekasi Hari Ini, Jumat, 29 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di Kota Bekasi Hari Ini, Jumat, 29 Maret 2024

Megapolitan
Diduga Korban Pelecehan Seksual oleh Eks Ketua DPD PSI Jakbar Mengaku Diintimidasi agar Tak Lapor Polisi

Diduga Korban Pelecehan Seksual oleh Eks Ketua DPD PSI Jakbar Mengaku Diintimidasi agar Tak Lapor Polisi

Megapolitan
Wanita Tewas Dibunuh Suaminya di Bogor, Pelaku Dilaporkan Ayah Kandung ke Polisi

Wanita Tewas Dibunuh Suaminya di Bogor, Pelaku Dilaporkan Ayah Kandung ke Polisi

Megapolitan
Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Megapolitan
Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Megapolitan
Cerita Ridwan 'Menyulap' Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Cerita Ridwan "Menyulap" Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Megapolitan
Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Megapolitan
Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Megapolitan
Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Megapolitan
Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Megapolitan
Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Megapolitan
KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com