JAKARTA, KOMPAS.com - Lebih dari setengah abad lamanya sebuah rumah makan (RM) masakan Padang Pondok Djaja telah berdiri di Ibu Kota.
Rumah makan ini berhasil bertahan di tengah gempuran pendatang baru yang menawarkan makanan dengan cita rasa baru dan bentuk yang inovatif.
Namun, RM Pondok Djaja tidak pernah kehilangan pelanggannya karena konsisten mempertahankan kualitas serta rasa dari menu makanan yang disajikan.
Rumah makan yang hanya memiliki satu juru masak ini bahkan menolak untuk masuk ke skema penjualan daring atau go online demi menjaga kepuasan pelanggan.
Pemilik rumah makan khawatir, jika mulai masuk ke skema daring, maka porsi dan harga makanan bisa berubah.
"Alasan kami enggak kerja sama (dengan aplikasi daring) biar asli. Nanti porsinya dikurangin atau harganya ditambah kalau kerja sama. Biar pembeli datang ke sini saja," kata Marjuki, generasi kedua dari pemilik RM Pondok Djaja, Rabu (7/9/2022).
Baca juga: Menyelisik Warteg Legendaris Warmo di Tebet, Langganan Para Artis hingga Pejabat
Selama lebih dari setengah abad, RM Pondok Djaja melewati berbagai krisis, yang paling terbaru adalah pandemi Covid-19.
"Awal-awal Covid-19 itu kami mulai merasa ya. Enggak boleh makan di tempat, orang-orang takut keluar rumah," tutur Marjuki.
Marjuki mengatakan, omzetnya menurun sekitar 30-40 persen akibat pandemi Covid-19.
Namun, hal terpenting menurut Marjuki, RM Pondok Djaja tidak pernah mengurangi karyawan selama masa krisis itu.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.