Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gelombang Amarah Pedemo pada Pemerintah yang Naikkan Harga BBM, Bawa Keranda hingga Terobos Kawat Berduri

Kompas.com - 13/09/2022, 08:56 WIB
Reza Agustian,
Ivany Atina Arbi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang diumumkan pemerintah pada Sabtu (3/9/2022) pukul 14.30 WIB memicu gelombang protes dari masyarakat.

Sejumlah elemen masyarakat seperti Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia Andi Gani (KSPSI AGN) dan sejumlah organisasi Islam yang tergabung dalam Gerakan Nasional Pembela Rakyat (GNPR) berunjuk rasa di kawasan Patung Kuda Arjuna Wijaya, Jakarta Pusat, Senin (12/9/2022).

Berbagai atribut serta ornamen, seperti keranda mayat dan spanduk bernada protes, dibawa pengunjuk rasa sebagai bentuk sindiran untuk pemerintah yang hingga saat ini belum juga merespons gelombang unjuk rasa menolak kenaikan harga BBM di berbagai daerah di Indonesia.

Baca juga: Rentetan Masalah yang Picu Amarah Sopir Gocar hingga Demo di Kantor Gojek, dari Potongan Tarif hingga Mitra Baru

Keranda "Matinya Hati Nurani Presiden dan DPR"

KSPSI AGN menggelar aksi menolak kenaikan harga BBM di kawasan Patung Kuda Arjuna Wijaya, Senin siang.

Massa buruh membawa keranda sebagai bentuk sindiran kepada pemerintah atas kebijakan telah menaikkan harga BBM.

Pada keranda berwarna hijau tersebut terdapat tulisan "Matinya Hati Nurani Presiden dan DPR Menaikkan Harga BBM di Saat Rakya Menderita".

"Keranda itu memiliki arti penderitaan yang kami terima. Kalau terus menerus harga BBM naik, maka kami para pekerja lama-kelamaan akan menderita dan mati," ujar Agus Darsana Perwakilan KSPSI AGN Kabupaten Tangerang, Senin.

Dalam demo tersebut, KSPSI AGN telah menyampaikan petisi kepada Kepala Sekretariat Kepresidenan (Kasetpres) Heru Budi Hartono.

Presiden KSPSI AGN Andi Gani Nena Wea mengatakan, petisi tersebut berisi penolakan terhadap kenaikan harga BBM.

"Dampak pandemi Covid-19 belum semua perusahaan pulih. Sehingga ongkos energi akan jadi alasan perusahaan tidak menaikkan upah buruh," kata Andi Gani.

Baca juga: BEM UI Akan Demo Tolak Kenaikan Harga BBM, Sampaikan 5 Tuntutan kepada Pemerintah

Kemudian, dalam petisi itu, KSPSI AGN meminta pemerintah menaikkan upah buruh.

"Penghasilan pekerja yang sangat kecil mengakibatkan daya beli pekerja menurun walaupun ada bantuan, sementara tidak semua pekerja mendapatkan bantuan. Akibat kenaikan harga BBM, inflasi besar akan terjadi sekitar 5 sampai 8 persen, untuk itu kami minta ini dipertimbangkan," jelas Andi Gani.

Terobos kawat berduri

Peserta unjuk rasa dari Universitas Ibnu Khaldun memaksa maju ke kawasan Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Senin.

Berdasarkan pantauan, para demonstrans berusaha menerobos kawat berduri serta merobohkan barikade beton yang terpasang di Jalan Medan Merdeka Barat.

Sambil berusaha menerobos kawat berduri, sejumlah mahasiswa membentangkan sejumlah spanduk yang bertuliskan protes atas kenaikan harga BBM.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

4 Motor Hilang Dalam 3 Bulan di Mampang, Dicuri karena Tak Pakai Kunci Ganda

4 Motor Hilang Dalam 3 Bulan di Mampang, Dicuri karena Tak Pakai Kunci Ganda

Megapolitan
Tetangga Sempat Cium Bau Bensin Sebelum Kebakaran Rumah di Pulogadung

Tetangga Sempat Cium Bau Bensin Sebelum Kebakaran Rumah di Pulogadung

Megapolitan
Momen Mencekam Saat Pasar Lama Tangerang Terbakar Hebat, Si Jago Merah Muncul Saat Sedang Ramai Pengunjung

Momen Mencekam Saat Pasar Lama Tangerang Terbakar Hebat, Si Jago Merah Muncul Saat Sedang Ramai Pengunjung

Megapolitan
Usai Kaesang Jadi Kader, DPD PSI Depok Sebut Ada Kejutan Lebih Besar Lagi

Usai Kaesang Jadi Kader, DPD PSI Depok Sebut Ada Kejutan Lebih Besar Lagi

Megapolitan
Siasat Muncikari Jerat Anak di Bawah Umur ke dalam Prostitusi 'Online', Berawal dari Masuk ke Jaringan Pergaulan

Siasat Muncikari Jerat Anak di Bawah Umur ke dalam Prostitusi "Online", Berawal dari Masuk ke Jaringan Pergaulan

Megapolitan
Kaesang Merapat, DPD PSI Berharap Wacana 'Nyalon' Wali Kota Depok Jadi Kenyataan

Kaesang Merapat, DPD PSI Berharap Wacana "Nyalon" Wali Kota Depok Jadi Kenyataan

Megapolitan
Hendak Tawuran, Tiga Remaja Bersenjata Tajam Diciduk Polisi di Pasar Minggu

Hendak Tawuran, Tiga Remaja Bersenjata Tajam Diciduk Polisi di Pasar Minggu

Megapolitan
Kebakaran di Kawasan Kuliner Pasar Lama Tangerang Bukan di Area yang Ramai PKL

Kebakaran di Kawasan Kuliner Pasar Lama Tangerang Bukan di Area yang Ramai PKL

Megapolitan
Kasat Lantas Polres Jakarta Timur Meninggal Dunia karena Serangan Jantung

Kasat Lantas Polres Jakarta Timur Meninggal Dunia karena Serangan Jantung

Megapolitan
Pasar Lama Tangerang Sedang Ramai Saat Kebakaran, Pengunjung Berhamburan Jauhi Api

Pasar Lama Tangerang Sedang Ramai Saat Kebakaran, Pengunjung Berhamburan Jauhi Api

Megapolitan
Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan 'Debt Collector' Saat Suami di Luar Kota

Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan "Debt Collector" Saat Suami di Luar Kota

Megapolitan
Kasus Prostitusi Anak Online di Jakpus, Muncikari Panggil Korban yang Dipilih Pelanggan

Kasus Prostitusi Anak Online di Jakpus, Muncikari Panggil Korban yang Dipilih Pelanggan

Megapolitan
'Debt Collector' di Jaksel Lakukan Aksi Tak Senonoh Saat Tagih Utang ke Nasabah Perempuan

"Debt Collector" di Jaksel Lakukan Aksi Tak Senonoh Saat Tagih Utang ke Nasabah Perempuan

Megapolitan
Rayu Hendak Bantu Lunaskan Utang, 'Debt Collector' Lecehkan Perempuan di Pesanggrahan

Rayu Hendak Bantu Lunaskan Utang, "Debt Collector" Lecehkan Perempuan di Pesanggrahan

Megapolitan
Polisi Cari Kemungkinan Pelaku Lain pada Kasus Prostitusi Anak di Medsos

Polisi Cari Kemungkinan Pelaku Lain pada Kasus Prostitusi Anak di Medsos

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com