JAKARTA, KOMPAS.com - Sabtu (17/9/2022) hari ini, tepat dua pekan harga bahan bakar minyak (BBM) mengalami kenaikan.
Harga Pertalite naik dari Rp 7.650 menjadi Rp 10.000 per liter, Solar naik dari Rp 5.150 menjadi 6.800 per liter, dan Pertamax naik dari Rp 12.500 menjadi Rp 14.500 per liter.
Sejak kenaikan harga itu ditetapkan pada Sabtu (3/9/2022) pekan lalu, gelombang demonstrasi sebagai bentuk protes terus berlangsung di berbagai daerah, termasuk di DKI Jakarta.
Demo di ibu kota hampir berlangsung setiap hari selama dua pekan terakhir.
Aksi dipusatkan di dua titik, yakni di Jalan Jenderal Gatot Subroto depan Gedung DPR, serta di kawasan Patung Kuda Arjuna Wijaya, dekat Istana Kepresidenan.
Peserta demo beragam mulai dari kalangan buruh, mahasiswa, pengemudi ojek online, kelompok ibu rumah tangga, dan sejumlah organisasi masyarakat lain.
Setiap harinya, massa silih berganti turun ke jalanan untuk memprotes kenaikan harga BBM yang dirasa makin memberatkan kehidupan masyarakat.
Pada intinya, demonstran meminta Presiden Joko Widodo membatalkan kenaikan harga BBM dan meminta DPR turut mendesak pemerintah untuk melakukan langkah itu.
Beberapa kali aksi unjuk rasa sempat ricuh akibat massa yang mencoba merangsek mendekat ke Istana, namun dihalau oleh petugas kepolisian.
Namun kericuhan itu sejauh ini tak berakibat fatal dan masih dapat diredam.
Dalam demonstrasi yang berlangsung selama dua pekan terakhir, pihak Istana sebenarnya sudah dua kali menemui massa untuk menjelaskan mengapa harga BBM harus dinaikkan.
Pada Kamis (15/9/2022), perwakilan Istana Kepresidenan menemui massa dari Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) yang berunjuk rasa menolak kenaikan harga BBM di kawasan Patung Kuda.
Pantauan Kompas.com, perwakilan Istana yang menemui para mahasiswa itu yakni Tenaga Ahli Kantor Staf Presiden (KSP) Abraham Wirotomo.
Abraham turut bicara di hadapan massa dengan naik ke mobil komando mahasiswa.
"Teman-teman mahasiswa, saya ditugaskan untuk mendengarkan aspirasi teman-teman," ujar Abraham menggunakan pengeras suara dari atas mobil komando.
Di saat yang bersamaan, Abraham meminta peserta unjuk rasa untuk mendengarkan alasan pemerintah menaikkan harga BBM.
Ia menyebutkan, subsidi BBM harus dialihkan karena anggaran subsidi energi yang membengkak.
"Tahun lalu anggaran subsidi BBM Rp 188 triliun, itu tahun lalu 2021. Tahun ini 2022 anggaran naik Rp 502 triliun. Kenapa naik? Teman-teman mahasiswa punya handphone, bisa Google, buka laporan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)," ucap Abraham.
Sontak penjelasan dari Abraham Wirotomo disambut teriakan mahasiswa yang tak terima atas penjelasan Tenaga Ahli KSP itu.
Koordinator Media BEM SI Luthfi menegaskan, penjelasan dari perwakilan Istana itu sama sekali tak menjawab tuntutan para mahasiswa
"(Penjelasan itu) sangat tidak memuaskan karena memang tidak ada yang menjawab dari tuntutan kita dan malah berdongeng kesana kemari," kata kepada Kompas.com, Jumat (16/9/2022).
Luthfi mengatakan, sejak awal juga mahasiswa sudah mengetahui bahwa pembengkakan anggaran subsidi BBM-lah yang menyebabkan pemerintah menarik subsidi.
Oleh karena itu, BEM SI dalam aksinya tidak hanya sekadar meminta pemerintah menurunkan harga BBM.
Ada tuntutan lainnya yang juga disampaikan. Salah satunya, pemerintah diminta untuk menunda proyek proyek strategis nasional yang tidak berdampak langsung kepada masyarakat dan mengalihkan anggarannya ke subsidi BBM.
"Karena kita rasakan bahwa proyek yang dibangun oleh pemerintah memang tidak berdampak kepada rakyat, khususnya IKN (Ibu Kota Nusantara di Kalimantan Timur)," kata Luthfi.
Selain itu, BEM SI juga menuntut pemerintah untuk menerapkan regulasi pemakaian BBM bersubsidi secara tegas.
Jadi, jika pemakaian BBM bersubsidi selama ini dianggap tak tepat sasaran, regulasinya yang diperbaiki, bukan subsidinya yang dicabut.
Sebab, dampak kenaikan BBM juga bukan hanya dirasakan kelas menengah atas yang selama ini menyalahgunakan BBM.
Dampak domino dari kenaikan BBM turut dirasakan rakyat kecil akibat kebutuhan pokok yang ikut melonjak.
"Saat ini rakyat masih sangat membutuhkan subsidi BBM ini untuk stabilnya harga pangan," kata Luthfi.
Belum terpenuhinya tuntutan demonstran membuat gelombang aksi unjuk rasa kemungkinan masih akan terus berlanjut.
Buruh yang tergabung dalam Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI) misalnya, yang sudah turun ke Patung Kuda pada Selasa (13/9/2022) lalu, mengaku akan kembali melakukan aksi protes.
Sekjen KASBI Sunarno mengatakan, saat ini pihaknya masih melakukan konsolidasi secara nasional.
Nantinya, buruh yang tergabung dalam KASBI akan kembali melakukan aksi, tak hanya di Jakarta, tapi serentak di berbagai daerah seluruh Indonesia.
"Akan ada aksi serentak secara nasional, melibatkan aliansi-aliansi daerah. Untuk waktu kemarin ada pilihan antara tanggal 20 atau 27 September," kata Sunarno kepada Kompas.com.
Hal serupa juga sebelumnya ditegaskan Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal.
Usai menggelar aksi unjuk rasa di Gedung DPR pada Selasa (6/9/2022), Said Iqbal menegaskan bahwa aksi mereka menolak kenaikan hari BBM tak akan berhenti sampai tuntutan dipenuhi.
Menurut Said Iqbal, setiap hari Kamis akan ada aksi penolakan BBM yang diiikuti 448 kabupaten/kota dan puncaknya pada bulan November dengan aksi mogok nasional.
""Hari-hari ke depan kami memutuskan akhir November atau awal Desember 2022 mogok nasional jika kenaikan BBM masih terjadi, omnimbus law masih dilakukan, dan tidak adanya kenaikan upah," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.