JAKARTA, KOMPAS.com - Sebulan sebelum lengser, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyatakan kesiapannya untuk maju sebagai calon presiden pada Pilpres 2024.
Pernyataan itu disampaikan Anies dalam sebuah wawancara dengan Reuters di Singapura.
“Saya siap mencalonkan diri sebagai presiden jika sebuah partai mengusung saya,” ujar Anies.
Anies juga menambahkan bahwa kondisinya saat ini yang belum terikat pada satu partai memungkinkannya untuk “menjalin komunikasi dengan semua fraksi”.
Baca juga: Anies Mengaku Siap Maju sebagai Calon Presiden pada 2024, jika…
Dalam wawancara dengan Reuters pada pekan lalu itu, Anies juga menyinggung soal elektabilitasnya yang cukup tinggi berdasarkan survei sejumlah lembaga.
"Survei-survei independen ini dilakukan sebelum saya bahkan berkampanye. Menurut saya, mereka memberi saya kredibilitas lebih," ungkap eks Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tersebut.
Pernyataan Anies bahwa ia siap maju sebagai capres sebenarnya tak mengejutkan lagi karena namanya selalu muncul sebagai calon kuat di berbagai survei.
Bahkan, jika menilik ke belakang, Anies sudah berupaya membidik kursi RI 1 sejak menjelang Pilpres 2014, ketika ia mendaftarkan diri dalam konvensi capres Partai Demokrat.
Peneliti politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Raharjo Jati menilai pernyataan Anies soal kesiapannya menjadi capres lebih ditujukan sebagai kode untuk partai politik.
Wasisto menilai, lewat pernyataan itu Anies secara tak langsung ingin mengumumkan kepada partai-partai peserta pemilu bahwa ia kini terbuka untuk menjalin komunikasi politik, khususnya untuk pencapresan.
Terlebih lagi, pernyataan itu disampaikan Anies menjelang berakhirnya masa jabatan dia pada 16 Oktober.
"Saya pikir Anies memberikan kode khusus bagi calon koalisi parpol pengusungnya," kata Wasisto kepada Kompas.com, Sabtu (17/9/2022).
Baca juga: Anies Nyatakan Siap Jadi Capres, Pengamat: Kode untuk Partai
Wasisto mengatakan, Anies merupakan salah satu kandidat capres dengan tingkat popularitas dan elektabilitas yang tergolong tinggi.
Karena itu, Wasisto menilai, Anies secara sadar mengetahui potensi yang dimilikinya dan hendak menawarkan potensi elektabilitasnya itu kepada calon partai pengusung.
Sebabnya, perolehan suara partai biasanya ikut terkatrol jika capres yang diusung memiliki elektabilitas tinggi.
"Bahwa dengan popularitas yang konsisten akan membawa dampak positif elektabilitas bagi koalisi yang menjadi kendaraan politiknya (Anies)," tutur Wasisto.
Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes mengatakan, pernyataan kesiapan Anies untuk menjadi calon presiden akan memengaruhi pembentukan koalisi parpol.
Koalisi yang dimaksud melibatkan tiga parpol, yakni Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Selama beberapa bulan terakhir, ketiga parpol intens berkomunikasi dan menunjukkan intensi yang sama dalam penentuan sosok yang akan diusung pada pilpres mendatang.
Berdasarkan hasil Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Nasdem pada Juni lalu, misalnya, partai yang dipimpin Surya Paloh itu memutuskan untuk mendukung tiga bakal calon presiden.
Ketiga sosok itu adalah Anies Baswedan, Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa, dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Baca juga: Nasdem Buka Kemungkinan Usung Anies Baswedan sebagai Capres
PKS dalam Musyawarah Majelis Syuro PKS yang dilaksanakan pada Agustus lalu juga memasukkan Anies sebagai sebagai salah satu tokoh yang masuk dalam kriteria bakal capres.
Adapun Partai Demokrat menyatakan memiliki kedekatan emosional tersendiri dengan Anies. Partai berlambang mercy itu bahkan membuka kemungkinan untuk menduetkan sang ketua umum Agus Harimurti Yudhoyono dengan Anies.
”Pernyataan Anies akan mendorong Nasdem, Demokrat, dan PKS untuk membicarakan ulang skema koalisi dan mungkin juga bisa mendorong percepatan deklarasi koalisi dan pencapresan. Itu juga bisa memengaruhi mereka untuk membicarakan lagi formasi capres dan cawapres karena dari sisi capres sepertinya sudah sangat mengerucut,” kata Arya, dilansir dari Kompas.id.
Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Nasdem Willy Aditya mengatakan, pihaknya memang telah memutuskan untuk mendukung Anies sebagai salah satu dari tiga bakal capres sesuai dengan hasil rakernas.
Pernyataan Anies pun dianggap sebagai sambutan dan respons yang baik atas keputusan partai. Namun, dari tiga nama tersebut, Ketua Umum Nasdem Surya Paloh masih akan mengerucutkannya menjadi satu nama.
Willy tidak memungkiri, penentuan figur capres yang akan diusung nantinya akan bergantung pada koalisi parpol.
Sebab, Nasdem belum memenuhi syarat pencalonan capres/cawapres yang diatur dalam Undang-Undang Pemilu, yakni memiliki setidaknya 20 persen kursi DPR atau total perolehan suara nasional dalam pemilu legislatif sebelumnya 25 persen.
Sejauh ini, komunikasi intens untuk menjajaki kemungkinan koalisi dilakukan dengan Demokrat dan PKS.
”Kesepahaman sudah ada, kesepakatan yang belum didapat. Masih berproses. Tinggal tunggu kesepakatan, itu yang cukup jadi titik krusial sejauh ini,” ujar Willy.
Baca juga: Anies Nyatakan Siap Maju Capres 2024, Nasdem: Menarik!
Ketua DPP PKS Ahmad Mabruri mengapresiasi pernyataan kesiapan Anies. Namun, sosok tersebut bukan nama baru di lingkaran ketiga parpol.
Selain sudah ditetapkan sebagai bakal capres Nasdem, figur tersebut juga sudah menjadi pembicaraan di lingkup internal PKS.
Oleh karena itu, pernyataan kesiapan Anies relatif tidak memunculkan respons yang berbeda dalam pembicaraan tentang koalisi.
Menurut dia, perbincangan di antara PKS, Nasdem, dan Demokrat masih intens membahas soal format koalisi dan belum mencapai tahap keputusan deklarasi.
Hal itu salah satunya disebabkan oleh belum adanya kesepakatan terkait capres/cawapres yang akan diusung jika mereka sepakat untuk berkoalisi.
”Pembicaraan tentang capres/cawapres ini, kan, tidak sederhana. Kami mesti teliti dan perhitungan agar ketika maju bisa menang. Aspek-aspeknya, kan, kompleks,” kata Mabruri.
Baca juga: PKS Bakal Umumkan Koalisi Sekaligus Capres-Cawapres Akhir 2022
Adapun Deputi Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Demokrat Kamhar Lakumani mengatakan menghormati pernyataan Anies yang bersedia jika ada parpol yang mengusungnya.
Anies dinilai memiliki kedekatan historis dengan Ketum AHY. Sebab, Demokrat merupakan panggung pertama bagi Anies dalam politik formal.
Persahabatan antara Anies dan AHY pun sudah terjalin lama, jauh sebelum keduanya memasuki arena politik nasional.
”Nama Mas Anies sendiri sebelumnya telah dipresentasikan DPD Partai Demokrat DKI Jakarta untuk bisa berpasangan dengan Mas Ketum AHY,” kata Kamhar.
(Penulis: Ivany Atina Arbi, Vito Mantalaen, Rakhmat Nurhakim, Kompas.id)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.