Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Remaja yang Diperkosa di Hutan Kota Disebut Trauma, Tak Mau Bicara dan Sering Menangis

Kompas.com - 19/09/2022, 17:33 WIB
Zintan Prihatini,
Nursita Sari

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - P (13), remaja yang diperkosa di kawasan Hutan Kota, Cilincing, Jakarta Utara, disebut mengalami trauma hingga tidak mau berbicara.

Korban pun kerap menangis dan tampak sedih setelah diperkosa oleh empat anak di bawah umur pada 1 September 2022 sekitar pukul 17.30 WIB.

"Korban ini kayaknya trauma, jadi kadang dia suka nangis, suka sedih, kadang tertawa sendiri," kata ketua RW setempat, Ahmad Syarifudin, saat ditemui di lokasi kejadian, Senin (19/9/2022).

"Jadi memang harus ada pendamping, harus ada yang menemani dia, jangan sampai berlarut (dalam kesedihan)," lanjut dia.

Baca juga: Bermula Cinta Ditolak, 4 ABG Perkosa Remaja Perempuan di Hutan Kota

Ahmad mengaku baru mengetahui warganya diperkosa setelah menonton video viral yang diunggah pengacara Hotman Paris Hutapea.

Sebab, anggota keluarga korban belum ada yang melaporkan kasus pemerkosaan tersebut kepada pihak RW.

"Kalau masalah kejadiannya saya tidak tahu sama sekali. Bahkan sampai kurang lebih seminggu, saya baru tahu bahwa ada pemerkosaan di Hutan Kota dan itu (korban) adalah warga saya," ujar Ahmad.

Baca juga: Empat Pemerkosa Remaja di Hutan Kota Jakut Dititipkan di Selter Khusus Anak

Lebih lanjut, Ahmad tidak mengetahui cara pelaku membawa korban ke lokasi kejadian. Sebab, Hutan Kota ditutup dan hanya bisa dimasuki pengunjung dari pintu depan.

Meski begitu, tembok di sekitarnya tampak roboh di beberapa titik sehingga warga masih bisa memasuki kawasan tersebut.

Berdasarkan keterangan yang diterimanya, Ahmad mengatakan, pada saat kejadian, korban baru saja pulang dari sekolah.

"Sebenarnya itu (korban) pulang sekolah dari Kampung Sawah, dia mau naik mobil (angkutan kota), mobilnya penuh terus, akhirnya dia lewat jalan pintas. Dari jalan pintas itulah dia diiniin (perkosa)," kata Ahmad.

Baca juga: Korban Pemerkosaan di Hutan Kota Dapat Pendampingan Psikologis

Ahmad pun menduga, pelaku dengan korban tidak mengenal satu sama lain.

"Enggak (mengenal satu sama lain) sih kayaknya, dia (korban) itu belum lama tinggal di sini," pungkas Ahmad.

Terpisah, Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Utara AKBP Febri Isman Jaya menyebutkan, pelaku tidak ditahan, tetapi dititipkan di selter khusus anak berhadapan dengan hukum (ABH) di Cipayung, Jakarta Timur.

"Salah satu ABH ini di bawah 12 tahun, makanya semuanya ini kami titip di selter di Cipayung, enggak bisa dilakukan penahanan karena masih di bawah 14 tahun," sebut Febri saat dikonfirmasi.

Baca juga: Empat Pemerkosa Remaja 13 Tahun di Hutan Kota Ditangkap

Febri berkata, polisi tidak bisa menahan anak terduga pelaku tindak pidana jika belum genap berusia 14 tahun, sesuai ketentuan Pasal 32 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

Diketahui, keempat bocah yang memerkosa korban usianya sekitar 12-14 tahun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Megapolitan
Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Megapolitan
Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Megapolitan
Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Megapolitan
Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko 'Saudara Frame': Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko "Saudara Frame": Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Megapolitan
Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Megapolitan
Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Megapolitan
Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Megapolitan
DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

Megapolitan
Siswa SMP di Palmerah Sempat Cekcok dengan Kakak Sebelum Gantung Diri

Siswa SMP di Palmerah Sempat Cekcok dengan Kakak Sebelum Gantung Diri

Megapolitan
Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Megapolitan
Saat Toko 'Saudara Frame' Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Saat Toko "Saudara Frame" Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Megapolitan
9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Minta Polisi Periksa Riwayat Pelanggaran Hukum Sopir Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI, Pakar: Agar Jera

Minta Polisi Periksa Riwayat Pelanggaran Hukum Sopir Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI, Pakar: Agar Jera

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com