Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pulau Pari Banjir Rob Belasan Kali dalam Setahun, Air Sumur Jadi Asin

Kompas.com - 21/09/2022, 09:21 WIB
Ihsanuddin

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Warga Pulau Pari, Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, merasakan dampak perubahan iklim yang nyata. Salah satunya adalah banjir rob yang semakin sering terjadi setiap tahun.

Edi (37), warga Pulau Pari, menyaksikan, kenaikan permukaan air laut yang masuk ke daratan jarang terjadi 20 tahun lalu. Namun, banjir rob terjadi semakin sering sejak awal tahun 2000-an.

”Setahun bisa 18-15 kali, kalau ada musim (angin monsun) timur dan barat. Setiap musim paling enggak delapan kali banjir. Apa yang terjadi saat ini lebih parah daripada tahun-tahun sebelumnya,” kata Edi yang hadir dalam konferensi pers di Kantor Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Jakarta, Selasa (20/9/2022).

Hari itu, ia mewakili warga Pulau Pari dan membahas isu krisis iklim yang dialami masyarakat di pulau kecil.

Banjir rob pun disebut sebagai salah satu dampak dari perubahan iklim yang kini semakin mengkhawatirkan.

Baca juga: Bebas dari Dakwaan Pungli, Warga Pulau Pari Tuntut Ganti Rugi

Akhir tahun lalu, Desember 2021, enam titik di Kelurahan Pulau Pari terkena banjir rob.

Ketinggian air laut mencapai 50 sentimeter hingga 1,3 meter terjadi sejak pukul 08.00 hingga 10.50 WIB, dikutip dari berita di situs resmi Pulauseribu.jakarta.go.id.

”Saat banjir rob, air masuk sumur yang dipakai untuk mandi dan minum sehingga enggak bisa dipakai karena terkontaminasi air laut. Banjir rob juga berdampak ke lokasi wisata, seperti Pantai Pasir Perawan. Ini sensitif, wisatawan bisa ketakutan dengan peringatan dini,” ujarnya.

Sejauh ini, warga hanya mampu meninggikan rumah dan tempat usaha mereka agar banjir tidak masuk sampai ke dalam rumah.

Untuk jangka panjang, ia melihat, penanaman lebih banyak bakau atau mangrove menjadi solusi.

Baca juga: Bocah Tenggelam di Ciliwung, Jenazahnya Ditemukan di Perairan Pulau Pari

Selain masalah banjir rob yang semakin sering, perubahan iklim juga membuat nelayan terdampak.

Mustaghfirin alias Bobby, Ketua Forum Peduli Pulau Pari, menceritakan, nelayan juga menjadi semakin sulit melaut dan mencari ikan.

”Sekarang alam sering berubah mendadak. Contoh, kami sudah berangkat naik perahu 16 mil ke timur, tahu-tahu kejebak angin. Kalau dulu enggak ada, sekarang tahu-tahu ada angin. Saya hampir tenggelam karena awalnya prediksi angin biasa, ternyata cuaca ekstrem,” tuturnya.

Faktor iklim membuat nelayan semakin tidak produktif mencari ikan.

Dua bulan terakhir saja, ia tidak mampu menutupi modal melaut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

Megapolitan
Siswa SMP di Palmerah Sempat Cekcok dengan Kakak Sebelum Gantung Diri

Siswa SMP di Palmerah Sempat Cekcok dengan Kakak Sebelum Gantung Diri

Megapolitan
Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Megapolitan
Saat Toko 'Saudara Frame' Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Saat Toko "Saudara Frame" Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Megapolitan
9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Minta Polisi Periksa Riwayat Pelanggaran Hukum Sopir Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI, Pakar: Agar Jera

Minta Polisi Periksa Riwayat Pelanggaran Hukum Sopir Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI, Pakar: Agar Jera

Megapolitan
Diwarnai Aksi Lempar Botol dan Batu, Unjuk Rasa di Patung Kuda Dijaga Ketat Polisi

Diwarnai Aksi Lempar Botol dan Batu, Unjuk Rasa di Patung Kuda Dijaga Ketat Polisi

Megapolitan
Basarnas Resmikan Unit Siaga SAR di Kota Bogor

Basarnas Resmikan Unit Siaga SAR di Kota Bogor

Megapolitan
Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 ke Filipina, Total Kerugian Hingga Rp 6 Miliar

Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 ke Filipina, Total Kerugian Hingga Rp 6 Miliar

Megapolitan
Farhat Abbas Daftar Jadi Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Farhat Abbas Daftar Jadi Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Siswa SMP di Palmerah Ditemukan Gantung Diri di Kamarnya

Siswa SMP di Palmerah Ditemukan Gantung Diri di Kamarnya

Megapolitan
Selain ke Gerindra, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Juga Mendaftar Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Selain ke Gerindra, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Juga Mendaftar Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Keluarga Pemilik Toko Bingkai 'Saudara Frame' yang Kebakaran Dikenal Dermawan

Keluarga Pemilik Toko Bingkai "Saudara Frame" yang Kebakaran Dikenal Dermawan

Megapolitan
Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 di Filipina, Percaya karena Pelaku Pernah Berangkatkan Mahasiswa

Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 di Filipina, Percaya karena Pelaku Pernah Berangkatkan Mahasiswa

Megapolitan
 Aksi Lempar Botol Warnai Unjuk Rasa di Patung Kuda

Aksi Lempar Botol Warnai Unjuk Rasa di Patung Kuda

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com