Meski demikian, menurut dia, belum banyak nelayan, termasuk dirinya, berpikir untuk berhenti menjadi nelayan.
Baca juga: 17,9 Ton Gumpalan Minyak Terkumpul di Perairan Pulau Pari dan Tidung
Kepala Divisi Kajian dan Hukum Walhi Puspa Dewy menambahkan, warga Pulau Pari dan pulau-pulau kecil lain juga terancam pengurangan luasan kawasan, bahkan tenggelam, karena kenaikan permukaan air laut.
Di Palau Pari, 11 persen daratan sudah berkurang. Perubahan iklim juga berdampak pada ketersediaan air bersih.
Saat ini, Pulau Pari sudah mengalami intrusi air laut yang menyebabkan air tanah asin.
Air tanah dari sumur juga sering tercemar air laut saat banjir rob menyergap daratan.
Masalah-masalah ini, lanjutnya, harus dipertanggungjawabkan pelaku penyebab perubahan iklim.
Salah satu yang disoroti adalah perusahaan semen yang meninggalkan jejak karbon sangat besar.
Baca juga: Fakta dan Temuan pada Hari Kedua Pembersihan Gumpalan Minyak di Perairan Pulau Pari
Lembaga penelitian Chatham House menyebut, semen merupakan sumber dari sekitar 8 persen emisi karbon dioksida (CO2) dunia.
Industri semen menghasilkan CO2 terbanyak bersama industri bahan bakar pesawat udara dan agrikultur global.
”Produksi semen di dunia sejak tahun 1995 meningkat tiga kali lipat dan menyumbang 8 persen emisi global,” katanya.
Karena itu, mereka dengan empat warga Pulau Pari menggugat salah satu perusahaan semen dunia untuk bertanggung jawab ke pengadilan di Swiss.
Perusahaan semen itu menjadi tergugat karena merupakan perusahaan besar dengan lebih dari 200 pabrik di dunia.
Mereka menggugat perusahaan itu agar membayar kompensasi atas kerugian dari perubahan iklim.
Langkah hukum yang diambil ini menjadi yang pertama di Indonesia, kata Dewy.
Sebelumnya, gugatan warga terkait dampak perubahan iklim juga pernah dilayangkan kepada salah satu perusahaan minyak dan gas di Belanda.
Berita ini telah tayang di Kompas.id dengan judul "Perubahan Iklim, Banjir Rob Belasan Kali Setahun di Pulau Pari"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.