Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Toto TIS Suparto
Editor Buku Lepas, Ghostwritter

Editor Buku

Ada Apa di Balik Maraknya Pembunuhan?

Kompas.com - 21/09/2022, 10:34 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Georg Lukacs yang menulis buku "History and Class Consciousness" (1923) sepakat dengan Marx bahwa komoditas menjadi objek yang mendasari hubungan antarorang.

Kemudian komoditas ini menumbuhkan reifikasi yang menunjukkan tereduksinya hubungan antarmanusia karena menjadi relasi alat produksi. Puncaknya adalah kasus-kasus pembunuhan yang dipaparkan pada awal tulisan ini.

Di antara kasus itu ada pula yang mengandung reifikasi. Sebab, sebagai alat produksi maka orang lain bisa dipandang sebagai pesaing ekonomi.

Bisa pula dianggap mengancam "rahasia" aktivitas ekonomi seseorang. Bisa berpotensi menjadi pengganjal kepentingan ekonominya.

Maka salah satu cara adalah harus menyingkirkan para pesaing maupun pengganjal itu guna melancarkan tujuan kepentingan ekonominya.

Celakanya, cara menyingkirkan itu sampai harus menghilangkan nyawa. Dan kemudian motifnya disamarkan.

Pembunuh sadis itu tak mengenal apa yang disebut imperatif kategoris. Menurut Immanuel Kant, filsuf Jerman, imperatif kategoris sebagai panduan rasional untuk kehidupan moral manusia.

Dengan imperatif kategoris seseorang akan melihat manusia sebagai tujuan pada dirinya sendiri, dan bukan semata sebagai alat untuk tujuan-tujuan lainnya.

Mereka yang tanpa imperatif kategoris maka tidak pernah melihat manusia lain sebagai tujuan pada dirinya sendiri, melainkan hanya sebagai alat untuk pemuas hasrat liar mereka.

Hidup pelaku tanpa bimbingan akal sehat, melainkan melulu dorongan hasrat yang tidak pernah dikenali dan dikelola. Akibatnya banyak orang menjadi korban dari sesat pikir tersebut.

Bagaimana mewaspadainya?

Masyarakat yang tidak tulus adalah sumber reifikasi. Seyogianya kita mewaspadai. Jangan-jangan orang di sekitar kita sedang menempatkan kita sebagai objek reifikasi.

Caranya? Kita memanfaatkan cara berpikir menyangsikan.

Kata Descartes, Bapak Filsafat Modern, untuk memperoleh kepastian dimulai dengan "le doute methodique" atau metode kesangsian.

Untuk menemukan titik kepastian itu Descartes mulai dengan sebuah kesangsian atas segala sesuatu.

Menyangsikan bukan kesia-siaan. Justru menyangsikan adalah berpikir. Kepastian akan eksistensi dicapai dengan berpikir.

Inilah yang kemudian menjadi terkenal "je pense done je suits alias cogito ergo sum (aku berpikir, maka aku ada)".

Lewat metode kesangsian bakal ditemukan kebenaran dan kepastian yang kokoh, yaitu "cogito" atau kesadaran diri. Cogito ini ditemukan lewat pikiran kita sendiri.

Metode kesangsian ala Descartes ini bukan melulu mencurigai orang-orang di sekitar kita. Metode ini untuk mengukur kesadaran bahwa orang dekat kita memang benar-benar tulus. Bukan mempraktikkan reifikasi.

Namun jangan terkejut, jika orang lain pun sedang mengukur kita, apakah kita terperangkap reifikasi? Sebab, dalam sudut pandang apapun, reifikasi racun bagi relasi antarmanusia. Lebih menakutkan jika reifikasi berujung pembunuhan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Kapok Pernah Dibui, Remaja Ini Rampas Ponsel di Jatiasih dan Begal Motor di Bantargebang

Tak Kapok Pernah Dibui, Remaja Ini Rampas Ponsel di Jatiasih dan Begal Motor di Bantargebang

Megapolitan
14 Pasien DBD Dirawat di RSUD Tamansari Per 24 April 2024

14 Pasien DBD Dirawat di RSUD Tamansari Per 24 April 2024

Megapolitan
BPBD DKI: Waspada Banjir Rob di Pesisir Jakarta pada 25-29 April 2024

BPBD DKI: Waspada Banjir Rob di Pesisir Jakarta pada 25-29 April 2024

Megapolitan
Bocah 7 Tahun di Tangerang Dibunuh Tante Sendiri, Dibekap Pakai Bantal

Bocah 7 Tahun di Tangerang Dibunuh Tante Sendiri, Dibekap Pakai Bantal

Megapolitan
Tiktoker Galihloss Terseret Kasus Penistaan Agama, Ketua RW: Orangtuanya Lapor Anaknya Ditangkap

Tiktoker Galihloss Terseret Kasus Penistaan Agama, Ketua RW: Orangtuanya Lapor Anaknya Ditangkap

Megapolitan
Warga Rusun Muara Baru Antusias Tunggu Kedatangan Gibran Usai Penetapan KPU

Warga Rusun Muara Baru Antusias Tunggu Kedatangan Gibran Usai Penetapan KPU

Megapolitan
Pembatasan Kendaraan Dianggap Bisa Kurangi Macet Jakarta, Asalkan Transportasi Publik Baik

Pembatasan Kendaraan Dianggap Bisa Kurangi Macet Jakarta, Asalkan Transportasi Publik Baik

Megapolitan
Buang Pepaya karena Sepi Pembeli, Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Rugi Besar

Buang Pepaya karena Sepi Pembeli, Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Rugi Besar

Megapolitan
Gara-gara Sakit Hati, Seorang Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Gara-gara Sakit Hati, Seorang Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Megapolitan
Harga Pepaya di Pasar Induk Kramatjati Anjlok, Pedagang: Tombok Terus

Harga Pepaya di Pasar Induk Kramatjati Anjlok, Pedagang: Tombok Terus

Megapolitan
Pilkada Kota Bogor 2024, Golkar Prioritaskan Koalisi dengan Partai Pengusung Prabowo-Gibran

Pilkada Kota Bogor 2024, Golkar Prioritaskan Koalisi dengan Partai Pengusung Prabowo-Gibran

Megapolitan
Amankan Penetapan Presiden-Wakil Presiden 2024, Polda Metro Kerahkan 4.051 Personel Gabungan

Amankan Penetapan Presiden-Wakil Presiden 2024, Polda Metro Kerahkan 4.051 Personel Gabungan

Megapolitan
Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya karena Pembeli Belum Balik ke Jakarta

Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya karena Pembeli Belum Balik ke Jakarta

Megapolitan
Komisi B DPRD DKI Minta Pemprov DKI Tak Asal Batasi Kendaraan, Transportasi Publik Harus Membaik

Komisi B DPRD DKI Minta Pemprov DKI Tak Asal Batasi Kendaraan, Transportasi Publik Harus Membaik

Megapolitan
Politisi PAN dan Golkar Bogor Bertemu, Persiapkan Koalisi untuk Pilkada 2024

Politisi PAN dan Golkar Bogor Bertemu, Persiapkan Koalisi untuk Pilkada 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com