JAKARTA, KOMPAS.com - Kantor Wilayah Hukum dan HAM (Kanwilkumham) DKI Jakarta mengevaluasi pemberian jatah makan bagi narapidana setelah beredar video nasi tanpa lauk dan sayur di Lapas Kelas IIA Salemba, Jakarta Pusat.
Kepala Kanwilkumham DKI Jakarta Ibnu Chuldun memastikan bahwa video viral nasi tanpa lauk yang diunggah di media sosial merupakan hoaks.
"Saya pastikan video viral itu adalah hoaks, kenapa saya bilang hoaks? Karena saya sudah melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke Lapas Kelas IIA Salemba, tim kami langsung ke dapur tempat pengolahan makan untuk warga binaan pemasyarakatan (WBP)," kata Ibnu saat dihubungi Kompas.com, Jumat (23/9/2022).
Baca juga: Video Viral Makanan Napi Lapas Salemba Hanya Nasi Tanpa Lauk dan Sayur, Ini Penjelasan Kalapas
Selain mengecek dapur, Ibnu mengungkapkan, jajarannya juga meninjau pendistribusian jatah makan untuk narapidana.
"Saya juga berbicara kepada para WBP, hasilnya tidak ada satu pun yang didapati makanan WBP hanya berisi nasi saja," ungkap dia.
Untuk mencegah kabar hoaks serupa terulang kembali, kata Ibnu, Kanwilkumham DKI Jakarta membuat tiga poin evaluasi mengenai pemberian jatah makan narapidana di semua rumah tahanan negara (rutan) dan lembaga pemasyarakatan (Lapas) di wilayah DKI Jakarta.
"Jadi evaluasi sudah kami lakukan, ada tiga hal, yaitu yang pertama, prosedur penerimaan bahan makanan dari luar ke dalam lapas," kata Ibnu.
Baca juga: Saat Harga Pertamax Tak Terjangkau, Pengendara Kini Beralih ke Pertalite hingga Rela Antre di SPBU
Menurut Ibnu, ada dua catatan penting pada poin evaluasi yang pertama, yakni mengecek kualitas bahan makanan serta jumlah yang dipesan dan diterima harus sama.
"Pertama, dari segi kualitas itu bahan yang segar, baik, yang tidak busuk, dan yang kedua, jumlahnya antara yang dipesan dan yang dikirim itu sama," ungkap dia.
Berikutnya, Ibnu mengungkapkan, poin evaluasi yang kedua mengenai tata cara pengolahan makanan yang akan diberikan untuk narapidana.
"Pengolahan makanan itu harus higienis, dicuci bersih bahan makanannya, cara masaknya juga harus melalui tahapan yang benar, lalu ada ibu-ibu biasanya yang mencicipi makanan untuk WBP," ucap Ibnu.
Baca juga: Dikejar Waktu dan Berhadapan dengan Panjangnya Antrean Pertalite Buat Warga Terpaksa Beli Pertamax
Poin evaluasi yang ketiga, kata Ibnu, makanan harus diserahkan langsung kepada narapidana.
Menurut dia, selama ini pendistribusian makanan hanya dikumpulkan lalu diserahkan oleh pengurus masing-masing blok untuk diserahkan ke narapidana.
"Saya pastikan bahwa semua WBP itu betul-betul menerima jatah makannya secara langsung. Kalau selama ini kan didrop ke pengurus blok, kalau seperti itu dikhawatirkan tidak sampai ke WBP yang bersangkutan," kata Ibnu.
"Maka dari itu harus dilakukan pengawasan yang ketat oleh petugas kami," sambung dia.
Baca juga: Banyak Kurir Karyawan Dialihkan Jadi Mitra, Peneliti UGM: Akibat Omnibuslaw Cipta Kerja