Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Curhat Pedagang Cendera Mata di Kota Tua, Banjir Rezeki Saat Ada Rombongan Bus Pariwisata

Kompas.com - 26/09/2022, 16:29 WIB
Mita Amalia Hapsari,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah pedagang di lokasi binaan (lokbin) Kota Intan, kawasan wisata Kota Tua Jakarta, menuturkan bahwa keramaian pengunjung baru terlihat jika ada rombongan wisatawan yang menggunakan bus pariwisata.

"Enggak melulu sepi kok, masih ada pengunjungnya, cuma enggak banyak. Baru kelihatan banyak kalau ada rombongan yang turun dari bus pariwisata," kata salah satu pedagang kaus cendera mata yang enggan disebutkan namanya, Senin (26/9/2022).

Baca juga: Kota Intan Terlalu Jauh dari Kota Tua, Pemkot Jakbar Akhirnya Tampung PKL di Kali Besar Timur

Pengamatan Kompas.com, bus pariwisata diarahkan untuk parkir di sekitar Kota Intan. Sehingga, wisatawan yang hendak masuk ke kawasan Kota Tua, harus melalui deretan kios pedagang.

Pedagang cendera mata itu mengatakan, jika sedang ada rombongan wisatawan, ia bisa mendapat omzet hingga Rp 1 juta per hari.

Namun, jika tidak ada rombongan wisatawan, ia mengaku tidak jarang gagal menjual satu potong pakaian.

"Paling laris bisa Rp 1 juta, itu kalau banyak rombongannya. Kalau lagi sepi, buat penglaris atau jual sepotong asja belum tentu. Nol rupiah," ungkap dia.

Hal serupa juga dialami Nasir (49) pedagang sandal dan topi di Kota Intan.

"Saya ya sama, kalau sepi ya enggak dapat penglaris. Kalau lagi ramai, paling gede dapat Rp 200.000 sampai Rp 300.000," ungkap Nasir.

Baca juga: Kota Intan Jadi Pintu Masuk Destinasi Wisata Kota Tua Jakarta

Berdagang di Kota Intan sejak lima tahun lalu, Nasir menceritakan kesulitannya mengembalikan modal berdagang.

"Kalau ingat awal-awal dulu bisa nangis saya. Sekarang Alhamdulillah sudah mulai ramai lagi setelah lebaran. Sebelum Covid-19 juga itu baru ramai padahal," ungkap Nasir.

Lebih jauh, Nasir berharap situasi menjadi lebih baik, sehingga ada lebih banyak wisatawan Kota Tua yang berbelanja di Kota Intan.

"Enggak mau nyalahin siapa-siapa, memang situasinya sulit. Tapi kalau bisa, diramaikan lagi Kota Intan. Seperti ada panggung musik setiap hari, dan wisatawan bisa diarahkan mampir berbelanja di sini," ungkap Nasir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Tangkap Pembegal Motor Warga yang Sedang Cari Makan Sahur di Bekasi

Polisi Tangkap Pembegal Motor Warga yang Sedang Cari Makan Sahur di Bekasi

Megapolitan
Tertipu Program Beasiswa S3 di Filipina, Korban Temukan Berbagai Kejanggalan

Tertipu Program Beasiswa S3 di Filipina, Korban Temukan Berbagai Kejanggalan

Megapolitan
Heru Budi Minta Kadis dan Kasudin Tingkatkan Pengawasan Penggunaan Mobil Dinas oleh ASN

Heru Budi Minta Kadis dan Kasudin Tingkatkan Pengawasan Penggunaan Mobil Dinas oleh ASN

Megapolitan
Usai Dicopot, Pejabat Dishub DKI yang Pakai Mobil Dinas ke Puncak Tak Dapat Tunjangan Kinerja

Usai Dicopot, Pejabat Dishub DKI yang Pakai Mobil Dinas ke Puncak Tak Dapat Tunjangan Kinerja

Megapolitan
Harga Cabai Rawit di Pasar Perumnas Klender Turun Jadi Rp 40.000 Per Kilogram Setelah Lebaran

Harga Cabai Rawit di Pasar Perumnas Klender Turun Jadi Rp 40.000 Per Kilogram Setelah Lebaran

Megapolitan
Dukung Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Rp 22 Miliar, Fraksi PKS: Biar Nyaman Jadi Kantor Kedua

Dukung Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Rp 22 Miliar, Fraksi PKS: Biar Nyaman Jadi Kantor Kedua

Megapolitan
Harga Bawang Putih di Pasar Perumnas Klender Masih Stabil dari Sebelum Lebaran

Harga Bawang Putih di Pasar Perumnas Klender Masih Stabil dari Sebelum Lebaran

Megapolitan
PSI DKI Ingatkan Heru Budi soal Keberadaan Biro Jasa Pembebasan Lahan Normalisasi Kali Ciliwung

PSI DKI Ingatkan Heru Budi soal Keberadaan Biro Jasa Pembebasan Lahan Normalisasi Kali Ciliwung

Megapolitan
Penampilan Pengemudi Fortuner Arogan Berpelat Palsu TNI yang Kini Berbaju Tahanan

Penampilan Pengemudi Fortuner Arogan Berpelat Palsu TNI yang Kini Berbaju Tahanan

Megapolitan
Gerindra Mulai Jaring Sosok Calon Wali Kota Bogor untuk Pilkada 2024

Gerindra Mulai Jaring Sosok Calon Wali Kota Bogor untuk Pilkada 2024

Megapolitan
DBD di Jaksel Turun Drastis, dari 507 Menjadi 65 Kasus per April 2024

DBD di Jaksel Turun Drastis, dari 507 Menjadi 65 Kasus per April 2024

Megapolitan
Dalam Rapat LKPJ 2023, Heru Budi Klaim Normalisasi Berhasil Atasi Banjir Jakarta

Dalam Rapat LKPJ 2023, Heru Budi Klaim Normalisasi Berhasil Atasi Banjir Jakarta

Megapolitan
Pria di Bekasi Jadi Korban Penipuan Program Beasiswa Doktoral di Filipina

Pria di Bekasi Jadi Korban Penipuan Program Beasiswa Doktoral di Filipina

Megapolitan
Tak Hanya Kader, PKS Juga Usulkan Anies dan Eks Kapolda Masuk Bursa Bacagub DKI

Tak Hanya Kader, PKS Juga Usulkan Anies dan Eks Kapolda Masuk Bursa Bacagub DKI

Megapolitan
Tak Lagi Dapat 'Privilege' KTP Jakarta, Warga: Akses Pendidikan dan Kesehatan Jangan Jomplang

Tak Lagi Dapat "Privilege" KTP Jakarta, Warga: Akses Pendidikan dan Kesehatan Jangan Jomplang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com