JAKARTA, KOMPAS.com - Martabak merupakan makanan yang mudah ditemukan di sejumlah daerah di Indonesia. Martabak terbagi menjadi dua jenis, yakni varian manis dan asin.
Martabak varian asin biasanya terbuat dari telur bebek atau ayam dicampur dengan daun bawang yang dibalut dengan adonan tepung.
Sementara itu, martabak varian manis terbuat dari campuran tepung, mentega, dan gula, yang bisa diberi topping berbagai rasa setelah matang, mulai dari keju, cokelat, kacang, wijen, keju-cokelat, cokelat-kacang, dan lainnya.
Selain topping klasik semacam itu, varian martabak kini makin berkembang dengan topping beragam seperti cokelat Nutella, cokelat Toblerone, hingga Cadbury.
Baca juga: Sejarah Roti Lauw yang Melegenda, Sudah Ada sejak 1940-an
Salah satu pencetus varian martabak kekinian di Indonesia adalah Martabak Pecenongan 65A yang beralamat di Jalan Pecenongan Nomor 65A, Jakarta Pusat.
Kios martabak yang berdiri sejak 1970-an ini merupakan martabak legendaris yang didirikan oleh pemuda bernama Agustinus yang berkelana dari Bandung, Jawa Barat, ke Jakarta.
Martabak ini merupakan salah satu pelopor martabak di kawasan Pecenongan dengan nama awal Martabak Bandung Asli Pecenongan Nomor 65A.
Pegawai yang sudah bekerja selama kurang lebih 30 tahun di kios tersebut, yakni Supri, mengatakan, awalnya hanya ada satu kios martabak di kawasan Pecenongan, yakni Martabak San Fransisco.
Kios tersebut adalah milik kakak kandung dari Agustinus. Setelah Agustinus memutuskan membuka kios martabak, kakak Agustinus menutup kiosnya dan pindah ke Bandung.
"Jadi dulu masih sepi, cuma ada martabak di depan (San Fransisco) dan ini (Martabak Bandung Asli 65A)," kata Supri saat berbincang dengan Kompas.com.
Baca juga: RM Pondok Djaja, Rumah Makan Padang Tertua di Jakarta dan Upaya Menjaga Rasa serta Keotentikan
Beberapa tahun kemudian, barulah muncul kios martabak lainnya di kawasan Pecenongan dengan konsep yang hampir sama.
Meski demikian, Martabak Pecenongan 65A terus menjadi favorit masyarakat di tengah persaingan yang ketat.
Kualitas bahan dan rasa yang konsisten menjadi modal utama Martabak Pecenongan 65A bertahan hingga kini.
Tidak hanya bertahan dengan kualitas dan rasa yang konsisten, pemilik Martabak Pecenongan Nomor 65A juga memberanikan diri untuk melakukan eksperimen.
Supri menceritakan, sekitar tahun 2013, kios Martabak Pecenongan 65A menjadi langganan aktor Rio Dewanto.
Saat itu, Rio menyarankan Agustinus membuat varian baru menggunakan topping cokelat Toblerone.
Meski awalnya ragu, Agustinus mencoba menggunakan cokelat tersebut dan hasilnya enak.
"Waktu itu (Rio Dewanto) datang, bilang, 'Bos, coba pakai ini (cokelat Tobleron).' 'Apa itu?' kata bos, akhirnya pas dicoba, rasanya enak pakai martabak," ujar Supri.
Setelah menu tersebut diluncurkan dengan varian-varian baru lainnya, Martabak Pecenongan 65A semakin berjaya.
Antrean pembeli untuk mendapatkan varian baru mengular di depan kios.
Baca juga: Nasi Uduk Ayam Goreng Mat Lengket, 300 Ekor Ayam Kampung Ludes Per Hari dan Pernah Didatangi Jokowi
Menurut Supri, per harinya, Martabak Pecenongan 65A bisa menerima pesanan hingga 300 boks.
Martabak itu pun akhirnya kerap masuk televisi dan didatangi oleh YouTuber yang suka me-review makanan.
Akhirnya, Agustinus sebagai pemilik memutuskan untuk membuka beberapa cabang.
Saat ini, Martabak Pecenongan 65A sudah miliki tiga cabang, yakni di Everplate Kemang, Everplate Anggrek, dan Pantai Indah Kapuk (PIK) Elang Laut.
Meskipun menjadi salah satu pelopor martabak varian baru yang viral, bisnis Martabak Pencenongan 65A tak selalu berjalan lancar.
Menurut Supri, keberadaan martabak varian baru tidak bisa selamanya membuat Martabak Pecenongan 65A selalu digandrungi masyarakat.
Keberadaan pengusaha martabak lain yang meniru ide dari Martabak Pecenongan 65A sedikit banyak mempengaruhi berkurangnya pembeli.
Walau begitu, Martabak Pecenongan 65A tetap berusaha mempertahankan pelayanan dan kualitas martabak sebagai modal utama untuk bertahan.
"Tapi memang rasa tidak bisa bohong, yang sudah coba martabak kami, biasanya pasti balik lagi," ujar Supri.
Baca juga: Kuliner Ketan Susu Kemayoran yang Tak Lekang oleh Waktu...
Selain adanya pesaing, ada masa-masa sulit yang pernah dihadapi, mulai dari krisis moneter pada 1998, hingga kemunculan pandemi Covid-19.
Namun, semua itu bisa dilalui oleh Martabak Pecenongan 65A dengan cara terus berusaha menjaga kualitas martabak.
"Pemilik juga percaya sama pegawai, kami jadi terus berusaha untuk tingkatkan kualitas martabak," ucap Supri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.