Cuaca dan limbah, menjadi faktor sedikitnya hasil tangkap laut yang didapatkan Maryadi.
Baca juga: BERITA FOTO: Mengenal Lebih Dekat Warga Kampung Nelayan Cilincing dengan Segala Aktivitasnya
Menurut dia, limbah yang mencemari lautan membuat ikan kehilangan habitat aslinya sehingga mereka mati atau berpindah ke area lain.
"Paling sedikit saya bawa ikan satu ekor. Karena cuaca, sama airnya kena limbah pabrik. Itu berdampak juga, jadi ikan bisa kabur," kata dia.
Adapun Maryadi bersama ABK mulai mempersiapkan diri untuk pergi mencari ikan di lautan saat sore hari.
Tak lupa dia membawa perbekalan berupa beras, mi instan, kopi instan, kental manis, dan air mineral.
Baca juga: Melihat Lebih Dekat Pusat Pengupasan Kerang Hijau di Kampung Nelayan Cilincing...
Sekali berlayar, nelayan tradisional membutuhkan waktu hingga dua hari apabila tangkapan sedikit. Sebaliknya, mereka akan pulang lebih cepat jika tangkapannya banyak dan bisa dijual ke pengepul.
"Biasa saya melaut itu pagi hari, tapi sekarang berangkatnya mulai sore sampai pagi hari sekitar pukul 07.00 WIB baru saya balik ke daratan," jelas Maryadi.
Jenis seperti ikan barakuda, ikan kuro, dan ikan kembung yang sudah ditangkap, nantinya dijual ke pengepul di Pasar Ikan Muara Angke, yang tak jauh dari lokasi pelabuhan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.