Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gelombang Aksi Unjuk Rasa Belum Usai, Seruan Tolak Kenaikan Harga BBM Tak Terbendung

Kompas.com - 28/09/2022, 09:08 WIB
Muhammad Isa Bustomi,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Keputusan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) berbuntut timbulnya gejolak di masyarakat sampai saat ini.

Sejumlah elemen masyarakat yang terdampak kemudian bergerak melakukan aksi demonstrasi, memprotes kenaikan BBM.

Terbaru, aksi unjuk rasa dilakukan berbagai elemen, mulai dari aliansi buruh, petani, nelayan hingga mahasiswa. Mereka menyuarakan aspirasi di depan Gedung DPR/MPR RI, Jakarta, Selasa (27/9/2022) siang.

Massa aksi dalam demo tersebut menyuarakan berbagai tuntutan ke pemerintah, salah satunya soal menolak kenaikan harga BBM.

Baca juga: Jeritan Nelayan Muara Angke karena Harga BBM Naik: Dampaknya Berat Sekali...

Demo diawali oleh massa aksi petani dari berbagai alinsi dan wilayah. Mereka telah memadati kawasan Gedung DPR/MPR RI sejak pukul 10.25 WIB.

Massa petani membawa sejumlah bendera sebagai identitas masing-masing. Mereka tergabung dalam berbagai aliansi, seperti Serikat Petani Pasundan, Majalengka hingga Banten.

Tak lama kemudian massa aksi dari buruh tiba. Mereka turut menyuarakan tuntutan soal kenaikan harga BBM yang dinilai menyulitkan masyarakat.

"Tuntutan hari ini adalah meminta pemerintah batalkan kenaikan BBM, kemudian reforma agraria sejati, dan turunkan harga-harga," ujar Ketua Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI) Nining Elitos di lokasi.

Baca juga: Jeritan Nelayan Muara Angke karena Harga BBM Naik: Dampaknya Berat Sekali...

Tuntutan lain yang juga disuarakan oleh massa Komite Nasional Pembaruan Agraria dan Gerakan Buruh Bersama Rakyat yakni soal pencabutan Omnibus Law.

Menurut Nining, sejumlah aturan pemerintah tersebut menjadi sumber malapetaka bagi rakyat Indonesia, khususnya petani yang disebut hari ini telah tergusur dengan dalih pembangunan dan investasi.

"Mereka kehilangan sumber ekonomi berkepanjangan hanya atas nama kepentingan investasi," ucap Nining.

"Kedua adalah ketika mereka tidak sanggup memberikan pendidikan terhadap anak mereka di desa, mau tidak mau anak petani menjadi bermigrasi ke kota menjadi buruh industri," sambung Nining.

BLT BBM bukan solusi

Nining mengatakan, kenaikan harga BBM menambah kesengsaraan para buruh dan petani di tengah krisis ekonomi.

Sebab, tidak sedikit para buruh dan petani yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) secara sepihak oleh perusahaan.

"Di sisi lain, pemerintah dengan kenaikan BBM ini ada dua alasan, melalui Kemenkeu dan pemerintah sendiri menyampaikan karena kekurangan anggaran APBN," kata Nining di lokasi.

Mestinya, kata Nining, pemerintah lebih mengedepankan kesejahteraan kaum buruh hingga petani dibandingkan menaikkan harga BBM dengan berbagai alasan, termasuk untuk kemajuan infrastruktur.

Baca juga: KASBI Sebut Akan Ada Aksi Lanjutan Demo BBM pada Pertengahan Oktober

"Harusnya jadi prioritas adalah bagaimana memastikan rakyat punya tanah sebagai sumber ekonominya, memastikan rakyat ketika mereka bekerja dan juga memastikan pendapatannya," kata Nining.

"Dan jika sekarang hal ini tidak diwujudkan, maka BLT adalah bantalan, sebagai pemanis. solusi dari persoalan ini seharusnya itu bagaimana seharusnya meningkatkan pendapatan rakyat," sambung Nining.

Butuh tanah

Aksi demo dari berbagai aliansi itu juga mengundang perhatian Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran, yang datang ke depan Gedung DPR/MPR RI.

Fadil datang dengan pengawalan ketat. Ia langsung menyambangi massa aksi yang sedang menggelar orasi.

Fadil terlihat berbincang dengan salah satu petani. Tak lama kemudian polisi bintang dua itu memberikan air mineral kepada para petani.

Baca juga: Kapolda Metro Jaya Bagi-bagi Roti Saat Tinjau Demo di DPR, Massa Petani: Kami Butuhnya Tanah

Fadil juga berjalan mengelilingi para massa aksi. Dia juga terlihat sibuk memberikan roti kepada massa aksi yang menyemut hingga ke depan mobil komando.

Aksi Fadil bagi-bagi air mineral dan roti itu mendapat respons dari massa aksi yang berseru bahwa mereka lebih membutuhkan tanah, bukan beberapa potong roti.

"Pada hari ini tidak cukup hanya satu roti dan air mineral untuk rakyat, tapi kita butuh tanah," teriak orator dari mobil komando.

Orator itu juga mengingatkan kepada para petani yang selama ini disebut berjuang untuk mendapat hak tanah sebagai mata pencarian.

"Kita tahu puluhan tahun rakyat Indonesia berjuang agar mendapatkan hak untuk penguasaan tanah. Jangan diganggu konsentrasi kita hanya karena satu roti dan satu botol air mineral," kata orator.

Massa aksi petani, buruh dan nelayan itu kemudian terus gelar aksi demo. Mereka baru menyelesaikan demonstrasi pada Selasa sore.

Baca juga: Massa Petani Bubar Setelah 200 Orang Perwakilan Diizinkan Masuk Gedung DPR untuk Sampaikan Tuntutan

Saat itu giliran mahasiswa menggelar aksi unjuk rasa. Tuntutan mereka masih massa buruh dan petani yakni menolak kenaikan harga BBM.

Koordinator Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) M Yuza mengatakan, setidaknya ada 300 mahasiswa dari berbagai universitas ikut dalam demonstrasi.

"Kita memperingati hari tani yang memang kita memperjuangkan para petani juga. Kita mencoba menyuarakan, membantu kawan-kawan yang telah berjuang dari pagi," ujar Yuza di lokasi.

Tuntutan yang lain yang disuarakan mahasiswa juga soal penuntasan konflik agraria, hingga menolak Undang-Undang Cipta Kerja.

"Kemudian masih banyak para petani yang dikriminalisasi oleh aparat. Kita akan terus menyuarakan sampai keadilan itu datang kepada kita," kata Yuza.

"Jika memang sampai saat ini masih ada permasalahan, mahasiswa akan terus mengawal," sambung Yuza.

Aksi demonstrasi selesai sekitar pukul 17.00 WIB. Massa aksi mahasiswa yang terakhir menggelar unjuk rasa itu kemudian meninggalkan kawasan DPR.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bisakah Beli Tiket Dufan On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Dufan On The Spot?

Megapolitan
Rute Transjakarta 2E Rusun Rawa Bebek-Penggilingan via Rusun Pulo Gebang

Rute Transjakarta 2E Rusun Rawa Bebek-Penggilingan via Rusun Pulo Gebang

Megapolitan
Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Megapolitan
Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Megapolitan
Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Megapolitan
PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

Megapolitan
PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

Megapolitan
Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan 'Pelanggannya' dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan "Pelanggannya" dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Megapolitan
KPU Jaktim Buka Pendaftaran PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

KPU Jaktim Buka Pendaftaran PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

Megapolitan
NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com