JAKARTA, KOMPAS.com - Perajin tempe dan tahu terbebani dengan tingginya harga kedelai impor saat ini. Dalam sepekan terakhir, harga kedelai merangkak naik hingga mencapai Rp 13.100 per kilogram.
Seperti yang dirasakan Muhammad Abdul Hadi, perajin di Kampung Tempe, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Abdul menuturkan, kenaikan harga kedelai sangat menyulitkan para produsen.
"Kalau naik setiap hari ini benar-benar bikin stres perajin tahu tempe," ujar Abdul saat ditemui Kompas.com, Kamis (29/9/2022).
Baca juga: Protes Harga Kedelai Naik, Pengrajin di Sunter Banting dan Hancurkan Tempe
Adapun sejumlah perajin menggelar protes kepada pemerintah dengan membanting hingga menghancurkan tempa yang tidak laku dijual.
Dalam aksi tesebut, mereka meminta pemerintah untuk menstabilkan harga kedelai.
"Saya minta tolong kepada Presiden supaya ambil tindakan, supaya perajin tempe sejahtera, lalu stabilkan harga kedelai, tidak naik setiap hari," kata Abdul.
Menurut Abdul, kenaikan harga kedelai terjadi hingga tiga kali dalam sepekan terakhir, mulai dari Rp 12.500, menjadi Rp 12.600 dan saat ini Rp 13.100 per kilogram.
"Kita protes supaya pemerintah memperhatikan. Bapak Jokowi sudah dua periode, Beliau belum bisa memperhatikan harga kacang kedelai (agar) stabil," paparnya.
Perajin tempe lainnya, Mohammad Rizqon menuturkan, banyak perajin seperti dirinya memillih mogok produksi hingga harga kedelai stabil.
"Kenaikan kedelai ini lebih besar, jadi kita selaku perajin tempe prihatin sampai kita mengalami pendapatan yang minim. Bahkan dampaknya ada pedagang yang sampai gulung tikar," kata Rizqon.
Baca juga: Perajin Tahu Tempe di Buleleng Keluhkan Kenaikan Harga Kedelai Impor
Hal serupa juga dirasakan perajin tahu dan tempe di Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Harga kedelai impor di sana mencapai Rp 12.600 per kilogram, dari sebelumnya Rp 10.000 per kilogram.
"Kemungkinan harganya akan terus naik, bisa mencapai Rp 13.000," ujar salah satu perajin tahu di Kelurahan Kampung Baru, Hubaidur Rahman, saat ditemui Selasa (27/9/2022).
Menurut Rahman, kenaikan harga kedelai impor ini merupakan yang paling parah dirasakan sejak menggeluti usaha pembuatan tahu selama delapan tahun terakhir.
Dia mengatakan untuk produksi, pihaknya masih menghabiskan kedelai sebanyak 1 kuintal per hari.
"Namun, dengan kenaikan harga kedelai, pengeluaran untuk bahan produksi otomatis jadi ikut naik," ujarnya.
Baca juga: Biar Tak Lagi Impor, Pemerintah Mau Beli Kedelai Lokal Rp 10.000/Kg
Dia menambahkan, kenaikan bahan baku kedelai sejak awal bulan September itu juga diikuti kenaikan harga jual tahu di pasaran.
"Mau enggak mau ya dinaikin harganya. Kalau enggak begitu, kami merugi. Awalnya Rp 47.000 per ember dengan isi 240 potong, sekarang naik jadi Rp 50.000," ungkapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.