PUBLIK kiranya sudah muak dengan cara Baim Wong memproduksi konten Youtube. Kian hari kian jelas bahwa Baim Wong hanya memperkuda segala berita yang viral demi konten.
Cara Baim Wong membuat konten tidak hanya memuakkan dan menjijikkan, tetapi juga sudah mengabaikan empati terhadap korban kekerasan dan kemanusiaan.
Baim lagi-lagi mencoba menangguk keuntungan di saat keruhnya persoalan rumah tangga orang lain yang ramai diberitakan.
Berita viral memang menjanjikan jumlah penonton tak sedikit, yang tentu saja berdampak pada penghasilan iklan dari Youtube dan popularitas pembuat konten.
Popularitas pembuat konten lalu dikapitalisasi lagi menjadi bintang iklan produk, bintang tamu acara televisi, yang ujung-ujungnya juga duit.
Jadi, ketika beberapa bulan lalu, Baim Wong menyatakan punya niat baik ketika melakukan upaya monopoli Citayam Fashion Week (CFW), saya sama sekali meragukannya.
Baca juga: Tolak Monopoli Citayam Fashion Week!
Saat itu, penulis membuat semacam tantangan sekaligus solusi untuk Baim Wong, jika ia memang punya niat baik.
Toh pada kenyataannya, setelah mendapat penolakan oleh publik, Baim Won dan istrinya sama sekali tidak melakukan apa-apa lagi tentang dunia fashion yang disebut sangat dicintai itu.
Keraguan pada niat baik Baim Wong kian menguat ketika Baim hadir ke lokasi kebakaran warteg yang saat itu viral karena bagian depannya tidak terbakar.
Kini, niat baik Baim Wong itu tak bisa dipercaya sama sekali ketika ia membuat konten prank KDRT di kantor kepolisian.
Prank KDRT ini dibuat beberapa hari setelah penyanyi dangdut Lesti Kejora diberitakan mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Dalam berita-berita yang beredar, Lesti menjadi korban kekerasan suaminya, Rizki Billar.
Publik dikagetkan oleh berita KDRT yang menimpa Lesti karena selama ini pasangan artis tersebut tampil di media sosial dan televisi sebagai pasangan yang begitu rukun.
Di saat berita mengagetkan itu muncul dan ramai dibicarakan oleh pencinta dangdut, artis, pejuang atau aktivis perempuan, bahkan oleh Komnas Perempuan dan LPSK.
Bagi para feminis dan aktivis perempuan, langkah yang ditempuh Lesti untuk melaporkan suaminya atas tindak kekerasan dalam rumah tangga patut diapresiasi.
Sebab selama ini korban kekerasan dalam rumah tangga tidak punya keberanian untuk melapor. Sehingga para perempuan terus menerus menjadi korban perundungan dan kekerasan dalam rumah tangga.