Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anies Rombak Sistem Masuk Sekolah Negeri Jadi Setara, Orang Kaya Jadi Ogah Masuk

Kompas.com - 06/10/2022, 13:20 WIB
Muhammad Naufal,
Ihsanuddin

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyatakan, dirinya telah merombak sistem masuk sekolah negeri selama lima tahun memimpin Ibu Kota.

Menurut dia, kini semua warga sudah memiliki kesempatan yang sama (equal opportunity) untuk memasuki sekolah negeri.

Namun menurut Anies, usai perubahan sistem itu, keluarga yang memiliki hak istimewa sosial (privilege) justru tak mau masuk ke sekolah negeri dan beralih ke swasta.

"Ketika dibuat equal opportunity, mulai 2019, tingkat penolakan dari (keluarga) yang punya privilege itu tinggi sekali," paparnya saat berkunjung ke kantor Kompas Gramedia, Jakarta, Rabu (5/10/2022).

Baca juga: Anies: Integrasi Transportasi Umum di Jakarta Tidak Lepas dari Bantuan Pak Presiden

Dalam kesempatan itu, Anies tak mengungkapkan secara rinci mengapa keluarga kelas atas justru menolak masuk ke sekolah negeri di Ibu Kota.

"Begitu aturannya diubah menjadi equal opportunity, mendadak sekolahnya terasa, "oh, kok, sekolahnya enggak bisa dimasukin'. Sebenarnya bukan enggak bisa dimasukin, selama ini yang enggak bisa masuk (keluarga) yang di bawah," urai Anies.

Ia menyatakan, selama ini, keluarga berekonomi menengah ke bawah pun tak pernah melayangkan protes saat anaknya tak masuk ke sekolah negeri.

"Yang di bawah pun enggak protes, yang di bawah nerimo," sebutnya.

Anies mencontohkan, SMAN 48 Jakarta dulunya dipenuhi oleh siswa yang memiliki orangtua berpendidikan S1-S3.

Namun, usai sistem equal opportunity diterapkan, terdapat banyak siswa yang memiliki orangtua tamatan SD-SMP di SMAN 48 Jakarta.

"Semula sekitar 90 persen dari orangtua murid minimal S1, ada yang S2 dan S3. Begitu reform, maka terbelah. Yang orangtuanya SD-SMP ada. Proporsinya normal," ucapnya.

Baca juga: Pemprov DKI di Bawah Kepemimpinan Anies: No One Man Show...

Anies menegaskan, perombakan ini ia lakukan untuk menciptakan keadilan di Jakarta.

Dengan perombakan ini, maka keluarga ekonomi kelas bawah tetap bisa memasukkan anaknya ke sekolah yang kualitasnya baik. 

Anak-anak dari keluarga kelas bawah pun akhirnya berpeluang naik kelas.

"Ini jadi escalator untuk keluarga dari mana pun naik kelas. Selama ini escalator-nya hanya dimiliki yang punya privilege. Kenapa? Masuk sekolah yang bagus, mereka punya kesempatan lebih tinggi untuk masuk perguruan tinggi yang baik," papar Anies.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang Telah Dipulangkan

7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang Telah Dipulangkan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

Megapolitan
3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang adalah ART

3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang adalah ART

Megapolitan
Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com