JAKARTA, KOMPAS.com - Alwi, salah satu guru di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 19 Pondok Labu, menceritakan detik-detik masuknya air bah yang merendam sekolahnya pada Kamis (6/10/2022).
Sore itu, Alwi masih berada di ruang guru. Tiba-tiba banjir datang dengan debit yang besar.
Air yang tumpah seperti banjir bah itu datang dari sisi belakang sekolah dan langsung mendobrak pintu ruangan sisi belakang.
"Tiba-tiba pintu sisi belakang ruangan itu jebol oleh air. Air datang besar dan tiba-tiba seperti air bah, kayak waduk jebol," kata Alwi di rumah duka salah satu korban, di Jagakarsa, Jumat (7/10/2022).
Baca juga: Detik-Detik Siswa MTsN 19 Terobos Air Bah Demi Selamatkan Sahabat yang Tertimpa Tembok
Alwi menyebut perabotan hingga peralatan di ruang guru seketika mengambang dan teraduk dalam air yang deras. Selain Alwi, ada beberapa guru lain di ruangan itu.
Para guru pun kaget saat ketinggian muka air mendadak naik drastis, dari setinggi lutut lalu mencapai pinggang.
"Banjir yang tadinya selutut, dalam waktu sekejap sudah sepinggang kami. Saat itu di dalam ada sekitar 8-9 orang guru. Kami terjebak di dalam karena semua pintu yang dari kaca itu tidak bisa terbuka," ungkap Alwi.
Menyadari mereka terjebak tanpa bisa membuka pintu, Alwi pun memecahkan jendela yang terbuat dari kaca.
"Saya pikir, kalau begini terus bisa tenggelam karena air deras masuk ke dalam. Lalu saya pecahin kaca, alhamdulillah keluar. Lalu kami menyelamatkan diri ke tempat tinggi," ungkap Alwi.
Baca juga: Cerita Ayla Saksikan Tembok MTsN 19 Jakarta Roboh Tewaskan 3 Temannya, Tinggalkan Trauma Mendalam
Usai menyelamatkan diri, Alwi baru mengetahui bahwa ada sejumlah anak didiknya yang tertimpa tembok yang juga diterjang banjir.
"Saat itu, kami tidak tau kalau anak-anak juga diterjang banjir yang sama di panggung. Kami baru tau setelah anak-anak memberitahukan," kata Alwi.
Saat mendatangi rumah duka salah satu korban, Dendis Al Fatih, Alwi terlihat terpukul. Ia terus menangis sembari sesekali memeluk tasnya.
"Namanya anak didik saya, enggak bisa saya ungkapkan rasa hancurnya kami," kata Alwi yang tak kuasa menahan tangis.
Baca juga: Tangis Adik Adnan Korban Tembok Roboh MTsN 19, Tak Rela Lepas Kepergian Sang Kakak...
Alwi mengaku menyesal. Ia berharap dapat memutar waktu dan memulangkan anak-anak muridnya sebelum banjir menggenangi sekolah.
"Ada penyesalan dalam diri saya, kenapa tidak saya pulangkan anak-anak saya itu. Meski hujan, enggak apa-apa mereka hujan-hujanan, dari pada begini," ujar Alwi.
Alwi yang sudah mengajar di sekolah tersebut selama lebih dari 20 tahun mengatakan, banjir memang kerap terjadi di sana.
"Memang di sekolah itu banjir sering selutut. 20 tahun saya di situ, paling parah tahun 2005, saat itu banjir sampai 60 sentimeter. Enggak ada yang nyangka kejadian begini," ungkap Alwi.
Alwi menduga banjir kerap melanda sekolah lantaran permukaan tanah sekolah yang lebih rendah dari pada bangunan-bangunan lain di sekitarnya, termasuk jalanan.
Baca juga: Situasi Mencekam Saat Tembok MTsN 19 Pondok Labu Roboh dan Timpa Sejumlah Siswa hingga Tewas...
Tembok MTsN 19 Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan, roboh pada saat hujan deras melanda sebagian besar wilayah Ibu Kota, Kamis (6/10/2022) sore.
Tembok yang menjadi pembatas antara area sekolah dengan permukiman warga itu roboh akibat banjir yang menggenangi kawasan tersebut.
Tembok yang terdorong arus banjir menimpa sejumlah anak yang sedang bermain hujan di baliknya. Tiga siswa tewas di tempat kejadian.
Ketiganya bernama Dicka Safa Ghifari (13), Muh. Adnan Efendi (13), dan Dendis Al Latif (13).
Sementara, tiga orang mengalami luka-luka, yakni bernama Adisya Daffa Alluti (13) dan Nabila Ika Fatimah (15), dan Nirjirah Desnauli (14).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.