Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Riwayat Berang-berang di Sungai Ciliwung Depok: Hewan Akuatik yang Kian Langka Akibat Perburuan Besar-besaran

Kompas.com - 09/10/2022, 11:37 WIB
Larissa Huda

Editor

Dari penelusuran, komunitas menemukan sisa-sisa aktivitas berang-berang berupa jejak kaki di kolong jembatan kawasan Grand Depok City (GDC).

Di lokasi ini tak ditemukan berang-berang yang sedang beraktivitas di sarangnya. Namun, tim Asta Indonesia akan terus mengidentifikasi keberadaan hewan tersebut untuk menentukan spesiesnya.

"Walaupun masih samar tapi nanti kami coba malam hari ini identifikasi lagi, apakah ini berang-berang bulu licin ataupun berang-berang cakar kecil," kata Ave.

Ave memastikan bahwa jejak itu milik berang-berang. Sebab, cirinya berbeda dengan hewan lain.

"Kalau berang-berang punya pembeda dengan hewan lain yang memang hidupnya di sungai. Kemungkinan besar yang kami temukan milik berang-berang. Tinggal tentukan berang-berang jenis apa itu," jelas dia.

Sisa Kotoran

Tim Asta Indonesia juga menyambangi titik kedua yakni Jembatan Panus, Depok. Di Sungai Ciliwung yang berada di bawah jembatan ini, tim menelusuri sisi sungai dalam radius 1 kilometer.

Keberadaan hewan itu diyakini dengan adanya sisa kotoran atau feses yang ditinggalkan berang-berang. Pasalnya, kata Ave, berang-berang akan buang kotoran di tempat yang sama.

"Berang-berang berbeda dengan hewan lain yang buang air sembarangan. Berang-berang kalau sudah buang air di suatu tempat akan di situ terus," kata dia.

"Kami menemukan area grooming side-nya lengkap dengan bekas kotorannya atau fesesnya karena di situ terdapat sisa-sisa makanan dia, yaitu kerang dan sisik tulang ikan," ungkap Ave.

Tim juga menemukan sisa makanan berupa kepiting, kerang, amfibi, dan sisik ular. Mereka pun bisa diidentifikasi melalui jejak kakinya.

"Kami juga mencari sarangnya, biasanya di depan sarangnya ada jejaknya. Ada beberapa sarang yang mempunyai tanah licin untuk tempat dia meluncur," tutur Ave.

Risiko Berang-berang yang Jadi Konten

Ave mengkhawatirkan kebiasaan influencer yang menjadikan berang-berang sebagai konten di media sosial. Pasalnya, berang-berang adalah hewan liar yang patut untuk dilindungi oleh masyarakat maupun negara.

"Kami khawatir karena konten di media sosial banyak influencer menggunakan satwa liar, khususnya berang-berang, untuk menarik viewers ataupun followers," ujar Ave.

"Sedangkan, hakikatnya hanya satu berang-berang di Indonesia yang mampu hidup sendiri atau soliter, selebihnya koloni, enggak bisa hidup sendirian," sambung dia.

Ketua Aspera Madyasta (Asta) Indonesia itu berharap spesies berang-berang cakar kecil atau aonyx cinereus dilindungi oleh pemerintah. Secara internasional, kata Ave, perdagangan berang-berang sudah sangat dilarang.

Adapun kegiatan itu merupakan bagian dari Biodiversity Warriors (BW) Sponsorship Program, bantuan yang diberikan Yayasan Kehati untuk komunitas yang memiliki kegiatan menarik terkait pelestarian alam.

Komunitas Asta Indonesia menjadi salah satu komunitas yang terpilih dalam program ini.

(Penulis: Zintan Prihatini | Editor: Nursita Sari, Ambaranie Nadia Kemala Movanita)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jadi Tukang Ojek Sampan di Pelabuhan Sunda Kelapa, Bakar Bisa Bikin Rumah dan Biayai Sekolah Anak hingga Sarjana

Jadi Tukang Ojek Sampan di Pelabuhan Sunda Kelapa, Bakar Bisa Bikin Rumah dan Biayai Sekolah Anak hingga Sarjana

Megapolitan
Harga Bawang Merah di Pasar Perumnas Klender Naik, Pedagang: Mungkin Belum Masa Panen

Harga Bawang Merah di Pasar Perumnas Klender Naik, Pedagang: Mungkin Belum Masa Panen

Megapolitan
Polisi Tangkap Pembegal Motor Warga yang Sedang Cari Makan Sahur di Bekasi

Polisi Tangkap Pembegal Motor Warga yang Sedang Cari Makan Sahur di Bekasi

Megapolitan
Tertipu Program Beasiswa S3 di Filipina, Korban Temukan Berbagai Kejanggalan

Tertipu Program Beasiswa S3 di Filipina, Korban Temukan Berbagai Kejanggalan

Megapolitan
Heru Budi Minta Kadis dan Kasudin Tingkatkan Pengawasan Penggunaan Mobil Dinas oleh ASN

Heru Budi Minta Kadis dan Kasudin Tingkatkan Pengawasan Penggunaan Mobil Dinas oleh ASN

Megapolitan
Usai Dicopot, Pejabat Dishub DKI yang Pakai Mobil Dinas ke Puncak Tak Dapat Tunjangan Kinerja

Usai Dicopot, Pejabat Dishub DKI yang Pakai Mobil Dinas ke Puncak Tak Dapat Tunjangan Kinerja

Megapolitan
Harga Cabai Rawit di Pasar Perumnas Klender Turun Jadi Rp 40.000 Per Kilogram Setelah Lebaran

Harga Cabai Rawit di Pasar Perumnas Klender Turun Jadi Rp 40.000 Per Kilogram Setelah Lebaran

Megapolitan
Dukung Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Rp 22 Miliar, Fraksi PKS: Biar Nyaman Jadi Kantor Kedua

Dukung Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Rp 22 Miliar, Fraksi PKS: Biar Nyaman Jadi Kantor Kedua

Megapolitan
Harga Bawang Putih di Pasar Perumnas Klender Masih Stabil dari Sebelum Lebaran

Harga Bawang Putih di Pasar Perumnas Klender Masih Stabil dari Sebelum Lebaran

Megapolitan
PSI DKI Ingatkan Heru Budi soal Keberadaan Biro Jasa Pembebasan Lahan Normalisasi Kali Ciliwung

PSI DKI Ingatkan Heru Budi soal Keberadaan Biro Jasa Pembebasan Lahan Normalisasi Kali Ciliwung

Megapolitan
Penampilan Pengemudi Fortuner Arogan Berpelat Palsu TNI yang Kini Berbaju Tahanan

Penampilan Pengemudi Fortuner Arogan Berpelat Palsu TNI yang Kini Berbaju Tahanan

Megapolitan
Gerindra Mulai Jaring Sosok Calon Wali Kota Bogor untuk Pilkada 2024

Gerindra Mulai Jaring Sosok Calon Wali Kota Bogor untuk Pilkada 2024

Megapolitan
DBD di Jaksel Turun Drastis, dari 507 Menjadi 65 Kasus per April 2024

DBD di Jaksel Turun Drastis, dari 507 Menjadi 65 Kasus per April 2024

Megapolitan
Dalam Rapat LKPJ 2023, Heru Budi Klaim Normalisasi Berhasil Atasi Banjir Jakarta

Dalam Rapat LKPJ 2023, Heru Budi Klaim Normalisasi Berhasil Atasi Banjir Jakarta

Megapolitan
Pria di Bekasi Jadi Korban Penipuan Program Beasiswa Doktoral di Filipina

Pria di Bekasi Jadi Korban Penipuan Program Beasiswa Doktoral di Filipina

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com