Dari penelusuran, komunitas menemukan sisa-sisa aktivitas berang-berang berupa jejak kaki di kolong jembatan kawasan Grand Depok City (GDC).
Di lokasi ini tak ditemukan berang-berang yang sedang beraktivitas di sarangnya. Namun, tim Asta Indonesia akan terus mengidentifikasi keberadaan hewan tersebut untuk menentukan spesiesnya.
"Walaupun masih samar tapi nanti kami coba malam hari ini identifikasi lagi, apakah ini berang-berang bulu licin ataupun berang-berang cakar kecil," kata Ave.
Ave memastikan bahwa jejak itu milik berang-berang. Sebab, cirinya berbeda dengan hewan lain.
"Kalau berang-berang punya pembeda dengan hewan lain yang memang hidupnya di sungai. Kemungkinan besar yang kami temukan milik berang-berang. Tinggal tentukan berang-berang jenis apa itu," jelas dia.
Tim Asta Indonesia juga menyambangi titik kedua yakni Jembatan Panus, Depok. Di Sungai Ciliwung yang berada di bawah jembatan ini, tim menelusuri sisi sungai dalam radius 1 kilometer.
Keberadaan hewan itu diyakini dengan adanya sisa kotoran atau feses yang ditinggalkan berang-berang. Pasalnya, kata Ave, berang-berang akan buang kotoran di tempat yang sama.
"Berang-berang berbeda dengan hewan lain yang buang air sembarangan. Berang-berang kalau sudah buang air di suatu tempat akan di situ terus," kata dia.
"Kami menemukan area grooming side-nya lengkap dengan bekas kotorannya atau fesesnya karena di situ terdapat sisa-sisa makanan dia, yaitu kerang dan sisik tulang ikan," ungkap Ave.
Tim juga menemukan sisa makanan berupa kepiting, kerang, amfibi, dan sisik ular. Mereka pun bisa diidentifikasi melalui jejak kakinya.
"Kami juga mencari sarangnya, biasanya di depan sarangnya ada jejaknya. Ada beberapa sarang yang mempunyai tanah licin untuk tempat dia meluncur," tutur Ave.
Ave mengkhawatirkan kebiasaan influencer yang menjadikan berang-berang sebagai konten di media sosial. Pasalnya, berang-berang adalah hewan liar yang patut untuk dilindungi oleh masyarakat maupun negara.
"Kami khawatir karena konten di media sosial banyak influencer menggunakan satwa liar, khususnya berang-berang, untuk menarik viewers ataupun followers," ujar Ave.
"Sedangkan, hakikatnya hanya satu berang-berang di Indonesia yang mampu hidup sendiri atau soliter, selebihnya koloni, enggak bisa hidup sendirian," sambung dia.
Ketua Aspera Madyasta (Asta) Indonesia itu berharap spesies berang-berang cakar kecil atau aonyx cinereus dilindungi oleh pemerintah. Secara internasional, kata Ave, perdagangan berang-berang sudah sangat dilarang.
Adapun kegiatan itu merupakan bagian dari Biodiversity Warriors (BW) Sponsorship Program, bantuan yang diberikan Yayasan Kehati untuk komunitas yang memiliki kegiatan menarik terkait pelestarian alam.
Komunitas Asta Indonesia menjadi salah satu komunitas yang terpilih dalam program ini.
(Penulis: Zintan Prihatini | Editor: Nursita Sari, Ambaranie Nadia Kemala Movanita)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.