Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Klaim Transjakarta: Keluarga Henk Ngantung Justru Apresiasi Revitalisasi Halte yang Dianggap Halangi Visual Bundaran HI

Kompas.com - 12/10/2022, 06:06 WIB
Larissa Huda

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - PT TransJakarta mengeklaim keluarga Gubernur Ke-5 DKI Jakarta Hendrik Hermanus Joel Ngantung atau Henk Ngantung justru mengapresiasi revitalisasi Halte Bundaran Hotel Indonesia (HI) yang sedang berjalan saat ini.

Kepala Divisi Sekretaris Perusahaan Transjakarta Anang Rizkani menuturkan Keluarga Henk Ngantung sempat mengunjungi proyek revitalisasi Halte Bundaran HI saat Gubernur Anies Baswedan inspeksi ke lokasi pada Jumat (7/10/2022).

"Kami meminta izin karena di sini (dekat Halte Bundaran HI) 'kan ada patung Selamat Datang. Lalu, mereka senang karena sebagai Keluarga Henk Ngantung jadi pihak yang, dilansir dari Antara, Selasa (11/10/2022).

Baca juga: Peresmian Halte Transjakarta Bundaran HI Batal, Wagub DKI: yang Penting Berfungsi dengan Baik

Anang membantah kedatangan keluarga dari perancang Tugu Selamat Datang itu saat Anies Baswedan inspeksi itu merupakan strategi meredam polemik pembangunan Halte TransJakarta Bundaran HI.

Pasalnya, proyek ini mendapat berbagai kritik karena berkaitan dengan cagar budaya. Menurut Anang, kedatangan keluarga Henk Ngantung untuk mengenalkan sudut pandang baru dalam menikmati Tugu Selamat Datang.

"Jadi itu bukan soal strategi, bukan soal apa, tapi mereka juga ingin melihat patung ini ternyata juga bisa dilihat dari sisi-sisi yang lain, lalu tanggapan dari keluarga sendiri senang dan sangat mendukung serta sangat mengapresiasi," ucap Anang.

Sebelumnya, Direktur Operasional PT Transjakarta M Indrayana menyebut keberadaan fasilitas skydeck di halte itu memberikan opsi lain dalam menikmati pemandangan Bundaran HI dan Tugu Selamat Datanng, meskipun halte itu menghalangi pandangan ke tugu ikonik tersebut.

Baca juga: Masih Tahap Penyelesaian, Skydeck Halte Bundaran HI Ditutup Sementara

Menurut Indrayana, pandangan ke Tugu Selamat Datang memang terganggu seandainya masyarakat berada di median jalan. Sebagai gantinya, kata Indrayana, Transjakarta memberikan suatu area yang baru yang jauh lebih baik.

"Area yang juga bisa dinikmati oleh masyarakat banyak di mana di wilayah ini juga sudah banyak gedung bertingkat yang berusaha ingin menikmati Tugu Selamat Datang," tutur Indrayana.

Manajemen Transjakarta menampik mengkomersialisasikan Tugu Selamat Datang lewat Halte Bundaran Hotel Indonesia (HI) yang kini sedang direvitalisasi.

Kendati demikian, Indrayana mengakui untuk menikmati benda cagar budaya tersebut lewat fasilitas skydeck yang terletak di lantai dua halte tersebut harus menumpang Transjakarta.

"Kami tidak sependapat dengan hal itu ya. Karena Transjakarta ini sifatnya inklusif jadi ini sesuatu yang bisa dinikmati oleh semua orang sebenarnya," katanya.

Baca juga: Halte Transjakarta Bundaran HI yang Mencuri Perhatian di Tengah Gelombang Desakan Penghentian Proyek

Dengan penggunaan tiket ataupun QR code itu, kata Indrayana, tidak semua orang bisa masuk ke Halte TransJakarta Bundaran HI itu dan petugas dapat mendata jumlah orang yang datang dan menggunakan fasilitas itu.

"Saya tidak ingin bicara tarif. Tetapi artinya yang saat ini kita jalankan juga sudah sesuai dengan aturan yakni seperti yang disampaikan oleh gubernur bahwa harus tap in dan tap out," ungkap Indrayana.

Terlebih, Indrayana menyatakan hampir seluruh masyarakat Jakarta atau yang berkegiatan di Jakarta adalah pelanggan TransJakarta.

Bahkan, kata Indrayana, pengelola transportasi massal itu juga menyediakan fasilitas khusus dalam bentuk tanpa tarif untuk masyarakat dengan kriteria tertentu.

Sebelumnya, sejarawan JJ Rizal memprotes revitalisasi Halte Transjakarta Bundaran HI karena dinilai melanggar kawasan Objek Diduga Cagar Budaya (ODCB) yang perlakuannya sama dengan cagar budaya.

Baca juga: Sejarah Patung Selamat Datang yang Kini Kembali Populer karena Revitalisasi Halte Bundaran HI...

Ia meminta agar pembangunan halte yang digadang-gadangkan ikonik itu untuk dihentikan karena menghalangi visual Patung Selamat Datang dan Henk Ngantung Fontein.

"Halte tetap di tempat tetapi carilah model arsitektur yang ramah dan respek pada kawasan sejarah. Desain yang lebih merunduk menghormat vista cagar budaya bukan yang dengan sengaja malah memanfaatkan ruang yang bernilai komersial untuk komersialisasi," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Megapolitan
Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Megapolitan
Cerita Ridwan 'Menyulap' Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Cerita Ridwan "Menyulap" Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Megapolitan
Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Megapolitan
Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Megapolitan
Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Megapolitan
Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Megapolitan
Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Megapolitan
KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

Megapolitan
Masjid Agung Bogor, Simbol Peradaban yang Dinanti Warga Sejak 7 Tahun Lalu

Masjid Agung Bogor, Simbol Peradaban yang Dinanti Warga Sejak 7 Tahun Lalu

Megapolitan
Duduk Perkara Penganiayaan 4 Warga Sipil oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus

Duduk Perkara Penganiayaan 4 Warga Sipil oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus

Megapolitan
45 Orang Jadi Korban Penipuan Jual Beli Mobil Bekas Taksi di Bekasi, Kerugian Capai Rp 3 Miliar

45 Orang Jadi Korban Penipuan Jual Beli Mobil Bekas Taksi di Bekasi, Kerugian Capai Rp 3 Miliar

Megapolitan
Telan Anggaran Rp 113 Miliar, Bima Arya Harap Masjid Agung Bogor Jadi Pusat Perekonomian

Telan Anggaran Rp 113 Miliar, Bima Arya Harap Masjid Agung Bogor Jadi Pusat Perekonomian

Megapolitan
Driver Taksi Online Diduga Berniat Culik dan Rampok Barang Penumpangnya

Driver Taksi Online Diduga Berniat Culik dan Rampok Barang Penumpangnya

Megapolitan
TNI AD Usut Peran Oknum Personelnya yang Aniaya 4 Warga Sipil di Jakpus

TNI AD Usut Peran Oknum Personelnya yang Aniaya 4 Warga Sipil di Jakpus

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com