Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keluhan Warga Kampung Nelayan Marunda Kepu: Air Mati atau Nyala Tetap Bayar

Kompas.com - 13/10/2022, 15:41 WIB
Zintan Prihatini,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Eva (31) warga Kampung Nelayan Marunda Kepu, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara mengaku tetap harus membayar tagihan meski air bersih tidak mengalir.

Menurut dia, air yang disalurkan mobil tangki yang berasal dari PT Aetra Air Jakarta tak selalu mengalir ke setiap rumah warga.

"Air tetep bayar, air mati tapi kilometer air tetep nyala. Saya bayar Rp 50.000 padahal air enggak jalan," ucap Eva saat ditemui Kompas.com di Kampung Nelayan Marunda Kepu, Rabu (12/10/2022).

Baca juga: Krisis Air Bersih di Kampung Nelayan Marunda Kepu, Warga: Kadang Enggak Kebagian...

Eva yang saat itu sedang duduk bersama tetangganya bercerita, krisis air bersih telah terjadi selama enam bulan belakangan.

Meski air tak bisa didapatkannya, Eva tetap harus membayar sebesar Rp 50.000 per bulan

"Air mati-nyala, belum lama hidup nanti air mati lagi. Dari bulan puasa sampai sekarang juga air mati-nyala," terang ibu anak tiga itu.

Para warga kampung hanya bisa menyimpan air di dalam drum, jeriken, ataupun kemasan bekas galon isi ulang.

Baca juga: Melihat Kampung Nelayan Marunda Kepu yang Dilanda Krisis Air sejak 6 Bulan Lalu...

Jangankan mengisi air ke toren, wadah kecil yang mereka miliki pun kadang tak sampai penuh terisi air dari tangki yang datang dua hari sekali itu.

"Saya jarang dapat air, orang pada pakai mesin jet pump untuk sedot dari tangki kan saya enggak pakai mesin," papar Eva.

"Jadi kalau tetangga enggak sedot air, baru dapat saya paling 4 galon ukuran 15 liter. Kalau drum mereka sudah pada penuh, baru saya dapat air," sambung dia.

Krisis air bersih, kata Eva, memaksanya untuk membeli air di tempat lain yang jaraknya sekitar 1 kilometer dari rumah.

Baca juga: Saat Kejadian Peluru Nyasar, WNA Pemilik Rumah di Cilandak Sedang di Luar Negeri

Saat tak mencukupi, dia lebih memilih membeli air seharga Rp 3.000 untuk dua jeriken.

"Daripada rebutan air lebih baik beli saya ke depan, karena jarang dapat air kalau rebutan," ujar Eva.

Dia juga terpaksa mengirit pemakaian air semaksimal mungkin agar kebutuhan sehari-hari bisa tetap tercukupi.

"Anak-anak harus bersih tapi kami kesusahan dapat air bersih. Sedangkan, kami juga harus irit menggunakan air," katanya.

Baca juga: Sebelum Digerebek Satpol PP, Rumah yang Jadi Tempat Prostitusi di Pamulang Sempat Didatangi Polisi

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Siswa SMP di Palmerah Ditemukan Gantung Diri di Kamarnya

Siswa SMP di Palmerah Ditemukan Gantung Diri di Kamarnya

Megapolitan
Selain Gerindra, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Juga Mendaftar Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Selain Gerindra, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Juga Mendaftar Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Keluarga Pemilik Toko Bingkai 'Saudara Frame' yang Kebakaran Dikenal Dermawan

Keluarga Pemilik Toko Bingkai "Saudara Frame" yang Kebakaran Dikenal Dermawan

Megapolitan
Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 di Filipina, Percaya karena Pelaku Pernah Berangkatkan Mahasiswa

Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 di Filipina, Percaya karena Pelaku Pernah Berangkatkan Mahasiswa

Megapolitan
 Aksi Lempar Botol Warnai Unjuk Rasa di Patung Kuda

Aksi Lempar Botol Warnai Unjuk Rasa di Patung Kuda

Megapolitan
Polisi Belum Bisa Pastikan 7 Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Satu Keluarga atau Bukan

Polisi Belum Bisa Pastikan 7 Korban Kebakaran "Saudara Frame" Satu Keluarga atau Bukan

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi Bersama Kontras Tuntut Kemerdekaan Palestina

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi Bersama Kontras Tuntut Kemerdekaan Palestina

Megapolitan
Massa Gelar Demo di Patung Kuda, Tuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024

Massa Gelar Demo di Patung Kuda, Tuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024

Megapolitan
Ada Demo di Patung Kuda, Arus Lalin Menuju Harmoni via Jalan Medan Merdeka Barat Dialihkan

Ada Demo di Patung Kuda, Arus Lalin Menuju Harmoni via Jalan Medan Merdeka Barat Dialihkan

Megapolitan
Ini Daftar Identitas Korban Kebakaran 'Saudara Frame'

Ini Daftar Identitas Korban Kebakaran "Saudara Frame"

Megapolitan
Acungi Jempol Perekam Sopir Fortuner Arogan yang Mengaku TNI, Pakar: Penyintas yang Berani Melawan Inferioritas

Acungi Jempol Perekam Sopir Fortuner Arogan yang Mengaku TNI, Pakar: Penyintas yang Berani Melawan Inferioritas

Megapolitan
Fraksi PKS DKI Nilai Penonaktifan NIK Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Tak Adil

Fraksi PKS DKI Nilai Penonaktifan NIK Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Tak Adil

Megapolitan
Identitas 7 Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Belum Diketahui

Identitas 7 Korban Kebakaran "Saudara Frame" Belum Diketahui

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Telan Anggaran Rp 22 Miliar, untuk Interior hingga Kebutuhan Protokoler

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Telan Anggaran Rp 22 Miliar, untuk Interior hingga Kebutuhan Protokoler

Megapolitan
144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan 2024, Paling Banyak karena Korsleting

144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan 2024, Paling Banyak karena Korsleting

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com