Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Terpaksa Irit hingga Berebut dengan Tetangga imbas Krisis Air di Kampung Nelayan Marunda Kepu

Kompas.com - 13/10/2022, 16:57 WIB
Zintan Prihatini,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Krisis air bersih dialami warga di Kampung Nelayan Marunda Kepu, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara sejak enam bulan terakhir. Kondisi ini dikeluhkan sejumlah warga yang harus mengirit penggunaan air.

Sebagai salah satu warga yang merasakan kondisi ini, Edah (35) mengaku hanya mandi sekali dalam sehari agar tetap bisa mencuci pakaian atau mencuci piring.

"Kalau mandi ngirit-ngirit, seharusnya dua galon jadi satu galon. Satu galon itu untuk dua orang, kalau lagi enggak ada air," sebut Edah kepada Kompas.com, Rabu (12/10/2022).

Bahkan untuk mencuci piring saja, Edah harus mengirit air.

Baca juga: Keluhan Warga Kampung Nelayan Marunda Kepu: Air Mati atau Nyala Tetap Bayar

Kekurangan air adalah hal yang lumrah dialaminya selama setengah tahun ini. Edah menyiasatinya dengan memakai air galon untuk mencuci maupun memasak.

"Kalau mencuci piring harus irit. Karena saya enggak punya motor untuk beli air di tempat lain, jadi kadang pakai air galon," paparnya.

Ibu tiga anak ini menyampaikan, bahwa krisis air bersih semenjak bulan April 2022 itu sangat menyulitkan warga. Adapun air bersih di kampung ini disalurkan melalui tangki air oleh PT Aetra Air Jakarta dan Pam Jaya.

Setiap kali datang, perusahaan tersebut membawa setidaknya empat tangki air yang dibagikan ke dua wilayah yakni RT 08 dan RT 09 di RW 07 kampung tersebut.

Baca juga: Krisis Air Bersih di Kampung Nelayan Marunda Kepu, Warga: Kadang Enggak Kebagian...

Edah menuturkan, krisis air bersih baru terjadi enam bulan belakangan ini. Sebelumnya, kata dia, warga tak kesulitan mendapatkan air dari PT Aetra Air Jakarta selaku perusahaan penyuplai air bersih di wilayah setempat.

"Sebelum krisis air aman, enak. Tapi semenjak puasa enggak ada air. Kami tinggal di daerah nelayan, pakaian pun banyak yang harus dicuci. Kami mau laundry harganya mahal," imbuhnya.

Para warga kampung hanya bisa menyimpan air di dalam drum, jeriken, ataupun kemasan bekas galon isi ulang.

Jangankan mengisi air ke toren, wadah kecil yang mereka miliki pun kadang tak sampai penuh terisi air dari tangki air. Warga juga kerap berebut air, karena tak semua dari mereka bisa menikmati air bersih yang disalurkan dari tangki air.

Baca juga: Melihat Kampung Nelayan Marunda Kepu yang Dilanda Krisis Air sejak 6 Bulan Lalu...

"Pada berantem-berantem gara-gara air sama tetangga. Tetangga berebut air, karena di sini memang enggak ada air kan," pungkas Edah.

Di satu sisi, warga bernama Agustina (46) menyebut lima bulan sebelumnya tangki air datang setiap hari. Namun, sebulan terakhir warga terpaksa menunggu selama dua hari untuk bisa mendapatkan air.

"Jadwalnya untuk aturan yang dijanjikan Pam Jaya awalnya kami dapat setiap hari empat tangki," ucap Agustina.

"Setelah Dirut (Direktur Utama) baru datang, katanya ada tambahan empat tangki jadi delapan dalam satu hari tetapi tidak ada. Besoknya malah tangki datang setiap dua hari sekali," sambung dia.

Para warga bisa membuka keran di rumah masing-masing, ataupun datang ke lokasi yang ditentukan dengan membawa jeriken. Dengan begitu mereka bisa mendapatkan air bersih.

Adapun Kompas.com sudah mencoba menghubungi Wali Kota Jakarta Utara, Ali Maulana Hakim terkait permasalahan krisis air tersebut. Namun, hingga berita ini ditayangkan belum ada respons yang dilontarkannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Megapolitan
Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Megapolitan
Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Megapolitan
PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

Megapolitan
PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

Megapolitan
Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan 'Pelanggannya' dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan "Pelanggannya" dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Megapolitan
KPU Jaktim Buka Pendaftaran PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

KPU Jaktim Buka Pendaftaran PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

Megapolitan
NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com