JAKARTA, KOMPAS.com - Ratusan warga di Kampung Nelayan Marunda Kepu, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara menderita akibat krisis air bersih enam bulan belakangan.
Ada sekitar 280 kepala keluarga, yang terdampak sulitnya mendapatkan air bersih.
Eva (31), salah seorang warga Kampung Nelayan Marunda Kepu mengungkapkan harapannya terkait permasalahan krisis air bersih. Dia ingin pihak terkait segera membereskan permasalahan yang dialami warga.
"Harapannya minta biar air lancar kayak sebelumnya. Jangan lagi kayak sekarang, krisis air," ucap Eva saat ditemui Kompas.com di Kampung Nelayan Marunda Kepu, Rabu (12/10/2022).
Baca juga: Melihat Kampung Nelayan Marunda Kepu yang Dilanda Krisis Air sejak 6 Bulan Lalu...
Hal senada juga disampaikan Edah (35), yang berharap agar air bersih bisa kembali mengalir dengan bebas dari keran milik warga.
"Saya berharap agar dipermudah dapat air kayak sebelumnya, biar lancar karena di sini daerah nelayan warganya melaut semua," imbuh Edah.
Sementara itu Eva berujar, kondisi air yang sulit didapatkan saat ini membuat warga termasuk dirinya mengeluh. Pasalnya, mereka harus irit dalam menggunakan air untuk kebutuhan sehari-hari.
Baca juga: Krisis Air Bersih di Kampung Nelayan Marunda Kepu, Warga: Kadang Enggak Kebagian...
Adapun sejak akhir April 2022 lalu, aliran air bersih yang disalurkan PT Aetra Air Jakarta ke rumah warga di kampung ini terganggu. Akibatnya, mereka kesulitan mendapatkan air untuk mandi, mencuci, dan memasak.
Semenjak itulah, warga di kampung mulai menelan kenyataan pahit bahwa air tidak lagi mengaliri keran-keran di rumah.
Selama enam bulan, warga hanya mengandalkan mobil tangki air yang berasal dari PAM Jaya dan PT Aetra Air Jakarta sebagai sumber air bersih. Warga pun harus berebut untuk mendapatkan air dari tangki-tangki itu.
Baca juga: Keluhan Warga Kampung Nelayan Marunda Kepu: Air Mati atau Nyala Tetap Bayar
Tak sampai di situ, warga juga terpaksa membeli air senilai Rp 3.000 per dua jeriken, di tempat lain apabila tak kebagian jatah air bersih dari tangki.
Mereka hanya bisa menyimpan air di dalam drum, jeriken, ataupun kemasan bekas galon isi ulang. Jangankan mengisi air ke toren, wadah kecil yang mereka miliki pun tak sampai penuh terisi air dari tangki yang datang dua hari sekali itu.
"Saya jarang dapat air, orang pada pakai mesin jet pump untuk sedot dari tangki kan saya enggak pakai mesin," ungkap Eva.
Baca juga: Warga Terpaksa Irit hingga Berebut dengan Tetangga imbas Krisis Air di Kampung Nelayan Marunda Kepu
"Jadi kalau mereka enggak sedot air, baru dapat saya paling 4 galon ukuran 15 liter. Kalau drum mereka sudah pada penuh, baru saya dapat air," tambahnya.
Dia juga terpaksa mengirit pemakaian air semaksimal mungkin, agar kebutuhan sehari-hari bisa tetap tercukupi.