JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Suku Dinas Kesehatan Provinsi Jakarta Barat Erizon menyampaikan bahwa monitoring kasus Tuberculosis (TBC) di wilayah Jakarta Barat tidak optimal sejak pandemi Covid-19 dua tahun ini.
"Dalam dua tahun terakhir, penemuan kasus TBC, kami nilai tidak optimal. Karena orang-orang takut berobat ke rumah sakit karena Covid-19," kata Erizon saat dihubungi wartawan, Kamis (13/10/2022).
Erizon menyebut, saat ini pihaknya berusaha mengoptimalkan pemantauan hingga penanggulangan kasus TBC di Jakarta Barat, seiring dengan kondisi pandemi yang mulai membaik.
"Jejaring puskemas dan rumah sakit diaktifkan lagi. Jadi kalau ada kasus TBC di rumah sakit, saya minta bisa dilaporkan, supaya puskemas bisa melakukan investigasi kontak," jelas Erizon.
Baca juga: Atasi Kasus TBC, Kemenkes Targetkan 90 Persen Penderita Terdeteksi pada 2024
Lebih jauh ia mengingatkan bahwa setiap orang bisa berpotensi terpapar infeksi TBC.
"TBC penyakit infeksi, semua bisa terinfeksi tanpa memandang kelas ekonomi. Stigma masyarakat kan yang terpapar pada orang ekonomi lemah saja, padahal orang kelas menengah ke atas juga banyak yang TBC," kata dia.
Oleh karena itu, Erizon mengingatkan pentingnya kesadaran atas kasus TBC yang bisa menginfeksi siapa saja.
"Sehingga, yang perlu dikuatkan adalah edukasi. Edukasi masyarakat untuk sadar akan tanda-tanda gelaja TBC. Sehingga kalau mereka menemukan kasus itu, segera berobat," pungkas Erizon.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.