Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Kasus yang Lengserkan Hoegeng Imam Santoso, Polisi Terjujur Versi Gusdur, dari Jabatan Kapolri...

Kompas.com - 15/10/2022, 07:00 WIB
Ivany Atina Arbi

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Kesederhanaan, kejujuran, dan sikap tak kenal kompromi selalu dipraktikkan Mantan Kapolri Hoegeng Iman Santoso di setiap jabatan yang diembannya.

Dalam sebuah diskusi bertajuk "Dekonstruksi dan Revitalisasi Keindonesiaan" di Bentara Budaya Jakarta, 2006 Silam, Presiden ke-4 Indonesia Abdurrahman Wahid atau Gus Dur sempat berkelakar.

"Hanya ada 3 polisi jujur di negara ini: polisi tidur, patung polisi, dan Hoegeng," ujarnya.

Kelakar Gus Dur merefleksikan bahwa sosok Jenderal Hoegeng memanglah sosok polisi di Indonesia yang langka karena kejujuran dan idealismenya.

Dalam buku Hoegeng: Polisi dan Menteri Teladan (2013) karya wartawan Kompas, Suhartono, diceritakan bahwa sikap hidup yang sederhana, jujur, dan tak kenal kompromi, konsisten dijaga Hoegeng meski rezim berganti.

Baca juga: Polri Bantah Isu 8 Kapolda Positif Narkoba Saat Tes Urine Sebelum ke Istana

Pada dekade 1960-an, saat menjabat sebagai Menteri Iuran Negara (1964-1966), Hoegeng pernah menolak permintaan Presiden Soekarno.

Kala itu, Soekarno hendak mengimpor sejumlah barang untuk keperluan pembangunan rumah yang di kemudian hari dikenal dengan nama Wisma Yaso, Jakarta.

 

Harapannya, barang-barang itu bisa masuk dari luar negeri dengan proses birokrasi yang tidak berbelit dan berbiaya murah.

Untuk memenuhi keinginan itu, kata Hoegeng, hanya ada dua cara yang bisa dilakukan oleh Bung Karno.

Pertama, membuat surat perintah kepadanya agar proses impor bisa dilakukan dengan mudah dan bebas pajak. Kedua, buat surat ke DPR untuk mengubah undang-undang agar barang impor tak perlu dikenai biaya.

Baca juga: Polda Metro Tetapkan Irjen Pol Teddy Minahasa Tersangka Kasus Peredaran Narkoba

”Ah, begitu saja mesti buat surat dan ubah undang-undang,” sergah Soekarno. Hoegeng menjawab, ”Aturannya memang begitu, Pak.” Bung Karno pun mengalah.

”Bapak bisa mengerti apa yang dikemukakan Pak Hoegeng. Lalu enggak jadi, dan ternyata semua barang di Wisma Yaso itu diambil dari produk dalam negeri,” kata Guntur Soekarnoputra, putra sulung Soekarno, dikutip dari harian Kompas.

Harga sebuah idealisme

Di era Orde Baru, ketika diangkat menjadi Menteri/Panglima Angkatan Kepolisian (Pangak) atau Kapolri, Hoegeng menolak berbagai fasilitas, tak terkecuali rumah dinas dan pengawalan.

Ia pun tak segan menindak siapa pun yang melanggar hukum sekalipun dekat atau dilindungi pejabat.

Semasa menjadi Kapolri, Hoegeng menunjukkan komitmen antikorupsi dengan menginstruksikan semua kapolda dan kepala keamanan pelabuhan untuk mendaftarkan kekayaannya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Megapolitan
Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Megapolitan
Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Megapolitan
Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Megapolitan
'Otak' Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

"Otak" Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

Megapolitan
KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

Megapolitan
Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Megapolitan
Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Megapolitan
Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com