JAKARTA, KOMPAS.com - Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, gangguan ginjal akut pada anak saat ini sudah masuk kategori kejadian luar biasa (KLB).
Karena itu ia meminta pemerintah pusat dan daerah memberikan penanganan yang serius pada penyakit tersebut.
Baca juga: Soal Gangguan Ginjal Akut, Kemenkes Datangkan Obat Penawar dari Luar Negeri
"Keadaan seperti ini memenuhi kriteria KLB. Karena salah satu kriterianya adalah satu kejadian yang tadinya enggak ada, tiba-tiba ada. Atau misalnya ada (sedikit) dan meningkat. Ini juga KLB. Ini berbahaya. Selama belum diketahui penyebab pastinya ini bisa berbahaya," tutur Dicky kepada Kompas.com, Rabu (19/10/2022).
Terlebih saat ini fatality rate atau angka kematian dari gangguan ginjal akut pada anak sangat tinggi yaitu hampir mencapai 50 persen di beberapa kota.
Menurut Dicky, tingginya angka kematian akibat gangguan ginjal akut pada anak disebabkan oleh belum diketahuinya penyebab penyakit tersebut. Selain itu, deteksi dini yang minim juga turut menyumbang tingginya angka kematian.
"Ini tentu sangat logis dalam konteks indonesia. Ini karena terbatasnya deteksi dini. Ini kan emergency ya. Kalau telat tidak tertolong bahaya," ucap Dicky.
"Kedua juga karena keterbatasan dari sarana dan prasarana karena butuh hemodialisa (cuci darah). Ini jelas akhirnya berkontribusi pada tingginya kematian selain juga dari aspek masyarakat juga bahwa kesadaran dalam masalah deteksi dini kesehatan masih kurang," ujar Dicky.
Adapun Jakarta saat ini melaporkan setidaknya 49 kasus gangguan ginjal akut pada anak hingga Selasa (18/10/2022). Jumlah tersebut merupakan akumulasi kasus gagal ginjal akut misterius, dari Januari-Oktober 2022 yang tercatat Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta.
Baca juga: Kemenkes Temukan Jejak Senyawa pada Obat yang Dikonsumsi Pasien Gangguan Ginjal
"Di Jakarta saat ini sudah ada 49 kasus (gagal ginjal akut misterius pada anak) per pagi ini, akumulasi dari Januari 2022," papar Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinkes Provinsi DKI Jakarta Ngabila Salama dalam Live Instagram @dinkesdki, Selasa.
"Mulai ada dua kasus dalam sebulan, tetapi memang ada lonjakan di bulan Agustus sekitar 10 kasus," lanjutnya lagi.
Dia memerinci sebanyak 36 pasien atau 75 persen adalah balita dan 13 pasien atau 25 persen non-balita. Dari 49 yang sudah terdeteksi gagal ginjal akut misterius, 25 anak dinyatakan meninggal dunia dan 12 di antaranya telah pulih.
"(Sebanyak) 12 pasien lainnya masih perawatan," ujar Ngabila.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.