"Kami satu produk bisa kirim ke Malaysia, kami juga jual bahan gulungan, kami supplier (penyalur) ke toko-toko lain, kami produsen dan juga supplier. Itu kirim hingga Kalimantan dan Papua," katanya.
Namun, kondisi jauh berbeda terjadi saat ini saat ini, omzet penjualannya turun drastis semenjak pandemi Covid-19 hingga saat ini.
Menurut Unge, penurunan omzet itu telah melebihi 50 persen jika dibandingkan pada masa kejayaannya.
"Kalau sekarang per bulan aja bisa Rp 7 juta sampai Rp 8 juta per bulan untuk satu tokonya," tuturnya.
Imbas sepinya pengunjung di Pasar Tanah Abang akhirnya membuat para pedagang harus memutar otak agar pendapatannya kembali naik.
Unge sendiri mensiasati agar omzetnya naik, yakni dengan berjualan melalui daring (online).
Tak hanya di satu marketplace, Unge menjual produk yang ia jajakan di beberapa platform perantara antara penjual dan pembeli.
Baca juga: Pasar Tanah Abang Sepi Pengunjung, Pedagang Beralih Jualan Online
"Kebanyakan (pedagang) mengakalinya di online karena kondisi pasar enggak ada orang yang masuk entah mager (malas gerak) atau karena tidak ada uang, saya juga tidak tahu," ujarnya.
Unge berujar, berjualan di marketplace itu dapat sedikit menolong menaikkan pendapatannya dibanding hanya mengandalkan penjualan dari tokonya di Pasar Tanah Abang.
"Alhamdulillah kalau untuk yang malas-malas untuk keluar rumah, sehari itu ada tiga sampai empat barang yang terjual," ucapnya.
Atas dasar tersebut, Unge berharap kondisi seperti ini tak berlarut-larut dalam kurun waktu yang panjang.
"Mudah-mudahan habis tahun ini (tahun 2023) mulai ramai lagi pengunjung (Pasar Tanah Abang)," tutur Unge.
Alasannya berharap di awal tahun 2023 bukan tanpa sebab.
Biasanya, jauh hari sebelum bulan Ramadhan, tokonya kebanjiran pesanan dari luar Jakarta.
"Soalnya mayoritas (pembeli) di Pasar Tanah Abang itu yang ramai tiga bulan menjelang puasa, insya Allah mulai ramai lagi," ujar Unge.
"Soalnya orang-orang daerah belanja buat Lebaran jauh-jauh hari, soalnya kalau ambil contoh kirim barang keluar misal Papua atau Kalimantan bisa setengah bulan waktu pengirimannya," sambung dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.