JAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa waktu terakhir publik dihebohkan dengan berita kerumunan massa yang tak terkendali di berbagai lokasi, baik di dalam maupun luar negeri.
Teranyar, polisi menghentikan Festival Musik "Berdendang Bergoyang" yang berlangsung di Istora Senayan, Jakarta, pada Sabtu (29/10/2022) malam.
Tindakan itu dilakukan karena jumlah penonton yang melebihi kapasitas lokasi. Polisi khawatir penonton kehabisan napas saat berdesak-desakan di dalam kerumunan.
Baca juga: Penonton Berdendang Bergoyang Asal Malaysia: Datang Jauh-jauh Mau Nonton Rossa, Malah Kecewa!
Dosen Sosiologi Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedilah Badrun, menuturkan fenomena kerumunan ini bukan tanpa sebab. Seperti diketahui, kerumunan konser musik "Berdendang Bergoyang" ini disebut-sebut melebih kapasitas seharusnya.
"Kerumunan masyarakat yang membeludak baru-baru ini dalam berbagai bentuk kegiatan adalah fenomena dahaga massa," ujar Ubedilah kepada Kompas.com, Senin (31/10/2022).
Tak hanya di Indonesia, ratusan ribu orang juga rela berdesakan dalam acara Halloween di satu ruas jalan sempit di ibu kota Korea Selatan, Seoul, pada Sabtu (29/10/2022).
Sedikitnya 151 orang meninggal dunia akibat berdesak-berdesakan di kawasan hiburan malam Itaewon yang menggelar perayaan Halloween pertama sejak pandemi Covid-19 itu.
Sebelum itu, ada pula tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, yang turut memakan korban. setidaknya sebanyak 678 orang menjadi korban, dengan 131 di antaranya meninggal.
Menurut Ubedilah, kondisi masyarakat saat ini cenderung ingin mencari kegembiraan akibat tekanan hidup dan kehidupan sosial ekonomi yang berat.
Pertandingan atau panggung hiburan, kata Ubedilah, menjadi kanal yang menghibur bagi masyarakat yang gelisah, terutama bagi mereka yang selama ini terkungkung akibat pandemi.
"Apalagi selama hampir dua tahun pandemi Covid-19 masyarakat tidak mendapatkan panggung hiburan secara langsung, termasuk pertandingan sepakbola," tutur Ubedilah.
Untuk itu, Ubedilah menekankan siapa pun penyelenggara dan otoritas pemerintah harus memikirkan risiko dari kerumunan tersebut. Pasalnya, kata dia, fenomena ini berisiko menimbulkan kerumunan panik tak terkendali.
Baca juga: Konser Berubah Tragedi di Kongo, 11 Tewas Berdesakan di Stadion Melebihi Kapasitas
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.