JAKARTA, KOMPAS.com - Stasiun Manggarai di Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, telah dicanangkan pemerintah untuk menjadi stasiun sentral pada tahun 2025.
Ini berarti, Stasiun Manggarai akan menjadi stasiun tersibuk di Jakarta karena harus melayani perjalanan kereta rel listrik (KRL), kereta api (KA) jarak jauh, serta KA bandara.
Kepada Kompas.com, Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Zulfikri mengatakan Nantinya Stasiun Manggarai akan memiliki 18 jalur aktif untuk melayani KRL, KA Jarak Jauh, dan KA Bandara.
Saat ini saja, berdasarkan data yang dihimpun harian Kompas, dalam sehari terdapat 720 perjalanan kereta, baik yang berhenti maupun yang melintas langsung di Stasiun Manggarai
Jumlah ini terdiri dari 570 perjalanan KRL, 70 perjelanan kereta ke bandara, dan 68 kereta antarkota yang merintas.
Baca juga: LRT Diperpanjang ke Manggarai, Pengamat: Stasiun Manggarai Harus Diperluas
Banyaknya perjalanan KRL di stasiun ini dikarenakan Stasiun Manggarai menghubungkan empat penjuru rute KRL, yaitu Tanah Abang, Bogor/Depok, Bekasi, dan Jakarta Kota.
Di antara riuhnya rutinitas penglaju di Stasiun Manggarai, kerap tidak banyak yang menyadari bahwa terdapat dua peron tua berusia 100 tahun di antara semua bangunan peron yang ada di Stasiun Manggarai.
Struktur bangunan peron itu terbuat dari kayu yang kokoh. Kayu-kayu itu juga ditempeli saluran talang air. Atap peneduh itu dicat abu-abu.
Bagian atasnya tertutup genteng bata yang berwarna oranye kemerahan. Atap peron itu berada di jalur 1 dan 2. Jalur yang biasanya digunakan untuk kereta ke Cikarang, Bekasi, dan Jakarta Kota.
Baca juga: Area Transit Penumpang di Stasiun Manggarai Akan Diperluas
Berdasarkan informasi dari Indonesian Railway Preservation Society (IRPS) yang tercatat dalam arsip harian Kompas, sejak 1873 titik Stasiun Manggarai saat ini telah jadi penghubung antara kereta dari Batavia (Jakarta Kota atau Tanjung Priok) ke Buitenzorg (Bogor).
Pada tahun tersebut, stasiun ini hanya berfungsi sebagai jalur penghubung. Saat itu stasiun ada di Bukit Duri atau Stasiun Meester Cornelis Passer.
Setelah tahun 1914, jalur kereta api yang semula milik perusahaan swasta Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) itu dibeli oleh Staatsspoor en Tramwegen (SS).
SS sendiri merupakan perusahaan kereta api negara yang menguasai jaringan rel kereta api di Batavia dan Meester Cornelis. Setelah itu, Stasiun Bukit Duri ditutup dan dipindahkan ke Stasiun Manggarai.
”Fungsi Stasiun Manggarai pada masa awal setelah diresmikan pada 1 Mei 1918 lebih banyak ke stasiun barang. Dulu ada timbangan besi besar di hall stasiun,” kata humas IRPS Adhitya Hatmawan kepada harian Kompas.
Baca juga: Jumlah Penumpang Transjakarta, LRT, dan MRT Diklaim Naik Setelah Switch Over Stasiun Manggarai
Dikutip dari laman resmi PT Kereta Api Indonesia (KAI), pada tahun-tahun awal setelah diresmikan Stasiun Manggarai berperan sentral sebagai tempat pengiriman komoditas pertanian dan perkebunan dari Bogor dan Sukabumi, Jawa Barat.