Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Epidemiolog Sebut PPKM Level 1 Masih Ampuh Kendalikan Penularan Covid-19 di Jakarta

Kompas.com - 07/11/2022, 18:11 WIB
Tria Sutrisna,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kasus positif Covid-19 di DKI Jakarta masih mengalami penambahan setiap hari. Meski begitu, peningkatan pembatasan mobilitas masyarakat masih belum diperlukan.

Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengungkapkan bahwa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 1 yang berlaku saat ini masih memadai.

Karena menurut Dicky, penambahan kasus Covid-19 saat ini masih dapat terkendali, di wilayah DKI Jakarta pun belum terlihat lonjakan kasus Covid-19 yang signifikan.

Baca juga: 1 RT di Menteng Atas Jaksel Masuk Daftar Zona Merah Covid-19 Jakarta

"Saat ini sebetulnya di level 1 pun sudah cukup memadai. Tetapi yang harus ditekankan, ditingkatkan adalah implementasinya. Konsistensi dari aturan yang sudah ada," ujar Dicky kepada Kompas.com, Senin (7/11/2022).

Menurut Dicky, yang seharusnya diperkuat oleh pemerintah saat ini adalah penegakan aturan PPKM di masyarakat. Sebab, masih banyak pelanggaran aturan yang terjadi di level bawah.

Kondisi tersebut, lanjut Dicky, menjadi celah terjadi lonjakan kasus Covid-19 seiring dengan adanya temuan varian dan subvarian baru virus corona.

Baca juga: UPDATE 6 November 2022: Bertambah 3.662, Kasus Covid-19 di Indonesia Capai 6.521.292

"Jadi itu low enforcement-nya yang harus diperkuat dan itu masih jadi pekerjaan rumah kita ya. Karena sebetulnya vaksinasi masih efektif, kemudian juga 5M-nya juga masih efektif ya. Jadi celahnya masih ada, di aspek penguatan ke low enforcement," ungkap Dicky.

Di sisi lain, peningkatan cakupan vaksinasi booster atau dosis ketiga juga harus lebih ditingkatkan lagi dalam skala nasional. Sebab capaian vaksinasi booster yang masih rendah di Indonesia, menambah risiko terjadinya lonjakan kasus Covid-19.

"Yang juga masih PR adalah yaitu booster vaksinasi yang belum terlaksana dengan memadai. Masih mentok di 27 persenan, ini yang berbahaya," ungkap Dicky.

Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak, Pakar Sebut Efek Pemerintah Terlalu Abai

Dengan begitu, kasus Covid-19 yang sebelumnya diprediksi bakal mengalami lonjakan karena adanya varian dan subvarian baru, serta diakibatkan oleh meningkatnya mobilitas masyarakat, bisa diantisipasi.

"Karena kenapa ini diprediksi satu dua bulan meningkat? karena ini berkorelasi dengan pergerakan penduduk. Khsusnya karena misalnya menjelang Natal dan tahun baru," tutur Dicky.

"Ya otomatis pergerakan yang tinggi, ditambah pengabaian, juga ditambah dengan adanya subvarian yang memang efektif, akan memudahkan terjadinya penularan kasus," pungkasnya.

Sebagai informasi, Pemerintah kembali melaporkan kenaikan angka kasus harian Covid-19. Per Minggu (6/11/2022) pukul 12.00 WIB, kasus Covid-19 bertambah 3.662 kasus dalam 24 jam terakhir.

Dengan demikian, total kasus Covid-19 di Indonesia mencapai 6.521.292 terhitung sejak kasus pertama diumumkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 2 Maret 2020.

Berdasarkan data tersebut, DKI Jakarta kembali menempati posisi dengan penambahan kasus konfirmasi paling banyak, yakni 1.542 kasus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com