Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Video "Air Terjun" di Stadion Wibawa Mukti Bekasi, BMKG: Itu "Downburst"

Kompas.com - 09/11/2022, 14:40 WIB
Joy Andre,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - Sebuah video yang memperlihatkan guyuran air hujan di Stadion Wibawa Mukti, Bekasi, beredar di media sosial Instagram.

Bak air terjun, guyuran hujan dalam video terlihat sangat deras hingga membuat jalanan cepat tergenang air.

Guyuran air hujan itu bahkan hanya terlihat di satu titik.

Baca juga: 20 Orang Warga Rawajati Menanti Kompensasi Pembebasan Lahan Program Normalisasi Kali Ciliwung

Pepohonan di sekitar tempat kejadian juga terlihat bergoyang akibat diterpa angin kencang.

"Fenomena microburst yang terjadi di Stadion Wibawa Mukti, Bekasi, Selasa (8/11/2022)," demikian keterangan akun Instagram Jakut.Info.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by JAKARTA UTARA INFO (@jakut.info)

Senior Forecaster Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Reifda Novikarany pun menanggapi soal video yang beredar tersebut.

Reifda mengatakan dalam keilmuan meteorologi, fenomena itu disebut sebagai downburst

Downburst adalah fenomena angin kencang yang bergerak secara vertikal atau ke bawah, sehingga jika bercampur dengan hujan, bentuknya menyerupai air terjun.

Baca juga: Bersiap Hadapi Bencana Hidrometeorologi, Heru Budi: Pastikan Tidak Ada Korban Jiwa!

"Downburst timbul dari sistem awan jenis kumulonimbus dan menyebar ketika sampai permukaan tanah," ujar Reifda dalam keterangan yang diterima oleh Kompas.com, Rabu (9/11/2022).

Reifda menyebut, fenomena downburst biasanya diiringi dengan hujan. Meski terjadi dalam durasi yang relatif singkat, tetapi downburst memiliki daya rusak yang tinggi.

Hal tersebut terjadi karena fenomena downburst terjadi dalam kecepatan yang tinggi.

"Ketika terjadi di wilayah permukiman, fenomena ini dapat menyebabkan kerusakan berbagai infrastruktur," jelas Reifda.

Karena terjadi dalam waktu yang cukup singkat, lanjut Reifda, maka fenomena downburst cukup sulit untuk dideteksi dan diprediksi.

Baca juga: Ketua RT Bela Pabrik Masker yang Disegel di Tangsel: Sudah Dapat Izin dari Kanan-Kiri

Reifda pun meminta masyarakat waspada apabila awan sudah berwarna gelap dan menjulang tinggi, maka dapat dipastikan awan tersebut adalah awan kumulonimbus.

"Awan kumulonimbus biasanya dapat menyebabkan terjadinya hujan lebat disertai kilat atau petir, bahkan bisa menimbulkan angin kencang, puting beliung, atau downburst," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Masuk Bursa Cagub DKI dari PKS, Khoirudin: Saya Kawal dari Dewan Saja...

Masuk Bursa Cagub DKI dari PKS, Khoirudin: Saya Kawal dari Dewan Saja...

Megapolitan
Maju di Pilwalkot Bogor, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Daftar Lewat Gerindra

Maju di Pilwalkot Bogor, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Daftar Lewat Gerindra

Megapolitan
Pendapatan Ojek Sampan Tak Cukupi Biaya Hidup, Bakar Terpaksa Berutang Untuk Makan

Pendapatan Ojek Sampan Tak Cukupi Biaya Hidup, Bakar Terpaksa Berutang Untuk Makan

Megapolitan
Pascalebaran, Harga Bawang Merah di Pasar Perumnas Klender Tembus Rp 80.000 per Kilogram

Pascalebaran, Harga Bawang Merah di Pasar Perumnas Klender Tembus Rp 80.000 per Kilogram

Megapolitan
Jadwal Pra PPDB SD dan SMP Kota Tangerang 2024 dan Cara Daftarnya

Jadwal Pra PPDB SD dan SMP Kota Tangerang 2024 dan Cara Daftarnya

Megapolitan
BPBD DKI: Banjir yang Rendam Jakarta sejak Kamis Pagi Sudah Surut

BPBD DKI: Banjir yang Rendam Jakarta sejak Kamis Pagi Sudah Surut

Megapolitan
Maju Mundur Kenaikan Tarif Transjakarta, Wacana Harga Tiket yang Tak Lagi Rp 3.500

Maju Mundur Kenaikan Tarif Transjakarta, Wacana Harga Tiket yang Tak Lagi Rp 3.500

Megapolitan
Mengapa Penjaga Warung Madura Selalu 'Video Call' Setiap Hari?

Mengapa Penjaga Warung Madura Selalu "Video Call" Setiap Hari?

Megapolitan
Gara-gara Masalah Asmara, Remaja di Koja Dianiaya Mantan Sang Pacar

Gara-gara Masalah Asmara, Remaja di Koja Dianiaya Mantan Sang Pacar

Megapolitan
Pendatang Usai Lebaran Berkurang, Magnet Jakarta Kini Tak Sekuat Dulu

Pendatang Usai Lebaran Berkurang, Magnet Jakarta Kini Tak Sekuat Dulu

Megapolitan
Pendaftaran Cagub Independen Jakarta Dibuka 5 Mei 2024, Syaratnya 618.750 KTP Pendukung

Pendaftaran Cagub Independen Jakarta Dibuka 5 Mei 2024, Syaratnya 618.750 KTP Pendukung

Megapolitan
Polisi Tilang 8.725 Pelanggar Ganjil Genap di Tol Jakarta-Cikampek Selama Arus Mudik dan Balik

Polisi Tilang 8.725 Pelanggar Ganjil Genap di Tol Jakarta-Cikampek Selama Arus Mudik dan Balik

Megapolitan
Belajar dari Pemilu 2024, KPU DKI Mitigasi TPS Kebanjiran Saat Pilkada

Belajar dari Pemilu 2024, KPU DKI Mitigasi TPS Kebanjiran Saat Pilkada

Megapolitan
Kisah Bakar dan Sampan Kesayangannya, Menjalani Masa Tua di Perairan Pelabuhan Sunda Kelapa

Kisah Bakar dan Sampan Kesayangannya, Menjalani Masa Tua di Perairan Pelabuhan Sunda Kelapa

Megapolitan
Bandara Soekarno-Hatta Jadi Bandara Tersibuk Se-Asia Tenggara Selama Periode Mudik Lebaran

Bandara Soekarno-Hatta Jadi Bandara Tersibuk Se-Asia Tenggara Selama Periode Mudik Lebaran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com