Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kriminolog Ungkap Sejumlah Faktor Pemicu 3 Kasus KDRT di Depok

Kompas.com - 09/11/2022, 14:47 WIB
M Chaerul Halim,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Kriminolog Universitas Budi Luhur Lucky Nurhadiyanto angkat bicara terkait tiga kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang terjadi di Kota Depok beberapa waktu belakangan.

Adapun KDRT itu meliputi kasus ayah bunuh anak dan aniaya istri di Jatijajar, pedangang yoghurt ditusuk suami di Bedahan, dan suami tonjok istri depan anaknya di Cinere.

Menurut Lucky, para pelaku KDRT itu bisa jadi memiliki tekanan di pekerjaan, kejenuhan rutinitas, hingga persoalan pencapaian target ekonomi lantaran memiliki keterbatasan.

Baca juga: Prarekonstruksi Kasus Ayah Bunuh Anak di Depok, Terungkap Detik-detik Akhir Korban Mencari Ibunya...

Kondisi masyarakat yang baru pulih di masa pandemi Covid-19 turut menyebabkan kompetisi di bidang ekonomi jadi meningkat. Namun, peluang cenderung menyempit, sehingga kepala rumah tangga meluapkan ketidakmampuannya kepada anggota keluarga dengan kekerasan.

"Di sisi lain pelaku tidak memiliki keleluasaan untuk menunjukkan eksistensi power-nya di lingkungan pekerjaan, akhirnya seringkali anggota keluarga yang menjadi pelampiasan," kata Lucky saat dihubungi Kompas.com, Selasa (8/11/2022) malam.

Secara umum, Lucky mengatakan bahwa tindakan KDRT dapat diuraikan dalam dua aspek, yakni masalah internal containment yang terkikis dan external containment.

Menurut Lucky, masalah internal containment yang terkikis terjadi karena rendahnya kontrol diri, bersikap implusif, dan adanya asumsi relasi pernikahan yang bersifat transaksional.

Baca juga: Terungkapnya Motif Ayah Bantai Anak dan Istri di Depok, Perkara Harga Diri yang Terinjak

Hal itu menyebabkan seorang pelaku kerap kali melakukan kekerasan lantaran tak dapat berpikir panjang.

"Sehingga pelaku sering kali ringan tangan dan berpikir pendek saat melakukan aksi kekerasan terhadap pasangannya," kata Lucky.

Kemudian, masih kata Lucky, aspek external containment memiliki arti melemahnya batasan sosial berupa tekanan pekerjaan, subkultur budaya patriarki atau disfungsi peran anggota keluarga.

Hal itu menimbulkan tindakan KDRT terhadap anggota keluarga, bahkan pelaku bisa melampiaskan kepada anaknya.

"Muaranya seringkali, perempuan dan dalam beberapa kasus bahkan anak menjadi 'target' pelampiasan karena dipandang lemah, tidak memberikan perlawanan hingga ketidakmampuan untuk membela diri," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Megapolitan
Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Megapolitan
Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Megapolitan
Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Megapolitan
Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko 'Saudara Frame': Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko "Saudara Frame": Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Megapolitan
Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Megapolitan
Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Megapolitan
Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Megapolitan
DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

Megapolitan
Siswa SMP di Palmerah Sempat Cekcok dengan Kakak Sebelum Gantung Diri

Siswa SMP di Palmerah Sempat Cekcok dengan Kakak Sebelum Gantung Diri

Megapolitan
Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Megapolitan
Saat Toko 'Saudara Frame' Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Saat Toko "Saudara Frame" Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Megapolitan
9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Minta Polisi Periksa Riwayat Pelanggaran Hukum Sopir Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI, Pakar: Agar Jera

Minta Polisi Periksa Riwayat Pelanggaran Hukum Sopir Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI, Pakar: Agar Jera

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com