JAKARTA, KOMPAS.com - Usulan meniadakan anggaran pembangunan jalur sepeda di tahun 2023 dari jajaran legislatif Pemprov DKI semakin menguat
Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Gilbert Simanjuntak menilai jalur sepeda di Ibu Kota tak berfungsi sebagaimana mestinya.
Menurut dia, jalur sepeda di Ibu Kota DKI Jakarta justru dipakai untuk tempat parkir dan tempat berjualan pedagang kopi keliling alias starling.
"Targetnya (pembangunan jalur sepeda) berapa ratus kilometer, tapi cuma jadi tempat parkir, dan jalur sepeda motor dan starling. Kita lihat itu sia-sia," tegas Gilbert.
Baca juga: Saat Jalur Sepeda di Jakarta Jadi Korban Politik: Dirintis Anies, lalu Kini Tak Dilanjutkan
Ia mengemukakan hal tersebut dalam rapat Komisi B DPRD DKI Jakarta bersama Dinas Perhubungan (Dishub) DKI tentang rancangan APBD DKI tahun anggaran 2023 di Grand Cempaka, Bogor, Jawa Barat, Jumat (11/11/2022).
Namun, data yang dimiliki Pemprov DKI justru menunjukkan fakta sebaliknya.
Berdasarkan data Dinas Perhubungan DKI, pada 2005 jumlah pesepeda per hari hanya mencapai sekitar 47 orang.
Saat ini, seiring penambahan jalur sepeda dan kampanye kepada masyarakat, jumlah pesepeda diperkirakan mencapai sekitar 3.000 orang per hari.
Baca juga: Dishub DKI Hapus Anggaran Evaluasi Jalur Sepeda Rp 1,9 M Usai Diprotes DPRD
Bahkan penghitungan pada Agustus 2022 mencapai sekitar 4.000 pesepeda per hari.
Ketua Umum Komunitas Bike to Work Indonesia Fahmi Saimima turut membantah pernyataan Gilbert yang mengatakan jalur sepeda di Jakarta tak berfungsi sesuai penggunaannya.
Fahmi mengatakan berdasarkan survei Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) pada 2021, jalur sepeda terproteksi di Jalan Jenderal Sudirman merupakan jalur sepeda dengan tingkat okupansi yang cukup tinggi.
Baca juga: Satpol PP dan Dishub Cegah Pedagang Sate Taichan Jualan di Area Jalur Sepeda Jalan Tentara Pelajar
"Jalur sepeda Jalan Sudirman memiliki tingkat penggunaan yang penuh dari pukul 06.00 WIB hingga pukul 20.00 WIB dengan total jumlah pesepeda 2.194 (volume dua arah)," ucap Fahmi.
Ia mengatakan penggunaan jalur sepeda tinggi saat pagi hari, baru kemudian menurun pada sore hari, lalu kembali meningkat pada malam hari.
Pesepeda yang melintas saat itu berasal dari latar belakang yang beragam, seperti pekerja, pedagang, dan warga yang berekreasi atau sekadar jalan-jalan.
Hasil survei Tren Penggunaan Jalur Sepeda DKI Jakarta 2019-2022 pun menunjukkan peningkatan frekuensi pesepeda karena adanya pandemi Covid-19.
Baca juga: Bukan Hapus Anggaran, Ini Solusi Jalur Sepeda yang “Tidak Steril” di Jakarta
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.