JAKARTA, KOMPAS.com - Warga Jakarta belakangan dibuat ramai dengan temuan rel trem yang sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda di area proyek pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) fase 2A. Rel tersebut ditemukan di Jalan Pembangunan I, Gambir, Jakarta Pusat.
Kala itu, pemerintah kolonial Belanda memperkenalkan trem sebagai sarana transportasi massal masyarakat kota Jakarta yang dulu bernama Batavia.
Sebelum adanya jaringan trem, transportasi di Jakarta didominasi oleh delman dan sepeda yang lalu-lalang hampir di setiap sudut kota. Ketika itu belum ada sarana transportasi publik dalam kota yang mampu mengangkut orang dalam jumlah besar. Belum banyak pula masyarakat yang memiliki mobil dan sepeda motor pribadi.
Baca juga: Kokohnya Rel Trem Kuno Peninggalan Belanda yang Ditemukan di Lokasi Proyek MRT...
Lambat laun, Belanda mulai memperkenalkan trem sebagai sarana transportasi publik. Trem pertama yang dioperasikan di jalanan Batavia ialah trem yang ditarik oleh kuda. Trem itu mulai beroperasi pada 1869.
Trem generasi awal yang ditarik kuda hanya terdiri dari satu gerbong kecil. Bentuknya belum menyerupai kereta seutuhnya. Trem itu lebih mirip seperti delman. Bedanya, ia berjalan di atas jaringan rel besi. Rutenya ialah dari Kota Lama menuju ke Weltevreden atau kini dikenal dengan Jalan Medan Merdeka
Seiring berkembangnya teknologi, pada 1881 trem kuda kemudian diganti menjadi trem uap yang dimiliki oleh perusahaan Stroomtram Mij. Bentuk trem uap sudah seperti kereta pada umumnya yang terdiri dari gerbong besar.
Trem uap memiliki rute yang sama seperti trem kuda. Bedanya, trem uap melanjutkan perjalanannya dari Weltevreden menuju ke Salemba dan berakhir di Meester Cornelis atau kini dikenal dengan Jatinegara.
Baca juga: Saat Rel Trem Kuno Peninggalan Belanda Ditemukan di Area Proyek Rel MRT...
Pada 1897, trem uap tergantikan oleh kehadiran trem listrik yang memiliki beberapa rute di antaranta Menteng-Kramat-Jakarta Kota; Senen-Gunung Sahari; dan Menteng-Merdeka Timur-Harmoni.
Di tahun 1960, Presiden Soekarno memutuskan untuk tak melanjukan operasional trem listrik sebagai transportasi massal di ibu kota. Ia menginginkan transportasi massal di Jakarta berbasis kereta bawah tanah. Era kejayaan trem pun berakhir.
Kendati demikian saat itu pemerintah tak mencabut jaringan rel trem listrik, melainkan hanya menibannya dengan aspal sehingga menjadi jalan yang bisa dilalui kendaraan bermotor. Alasannya, biaya pencabutan rel sangat mahal.
Seiring dihapuskannya trem, transportasi massal di Jakarta pun berganti ke moda bus kota yang saat itu dioperasionalkan oleh Perusahaan Umum Pengangkutan Penumpang Djakarta (PPD).
Setelah puluhan tahun tak memiliki jaringan transportasi publik usai penghapusan trem, Jakarta mulai membangun jaringan transportasi massalnya pada 2004 dengan mengoperasionalkan Transjakarta.
Baca juga: Bantalan Rel Trem Peninggalan Belanda Terbuat dari Kayu Jati, Masih Kokoh Meski Berumur Seabad
Rute pertama yang dilalui Transjakarta koridor 1 ialah Blok M-Jakarta Kota. Transjakarta terus mengembangkan jaringannya hingga memiliki 13 koridor saat ini.
Adapun jaringan trem kala itu yang membentang dari Stasiun Kota, Harmoni, Lapangan Banteng, Stasiun Gambir, hingga ke Jatinegara menjadi jalur yang kini dilewati Transjakarta.
Seiring perkembangan zaman, Jakarta kini mulai menambah jaringan transportasi massal dalam kota beruapa light rail transit (LRT) dan MRT. Lewat pembangunan MRT Fase 2A inilah rel trem kuno era Belanda kembali ditemukan.