JAKARTA, KOMPAS.com - Kasus satu keluarga yang ditemukan meninggal dunia dalam keadaan jasad membusuk di Kalideres, masih menyisakan tanda tanya.
Psikolog Forensik Reza Indragiri menduga, ada kemungkinan bahwa keempat anggota keluarga itu tengah menyongsong ketenangan menuju kematian.
"Saya membayangkan, adakah kemungkinan empat orang ini secara sungguh-sungguh dengan iktikad penuh memang menyongsong rest in peace. Mereka memang ingin mengakhiri hidupnya dengan cara yang damai," kata Reza, Kamis (17/11/2022).
Reza menduga, satu keluarga itu ingin mengakhiri hidupnya dengan cara yang tidak gaduh.
"Bukan dengan cara yang gaduh. Bukan dengan cara yang bikin kisruh. Tetapi betul-betul ingin secara sengaja menyongsong kematian dengan penuh ketenangan," duga Reza.
Baca juga: Berubahnya Perilaku Dian, Anggota Keluarga yang Tewas di Dalam Rumah, Setelah Pindah ke Kalideres
Pikiran ini terbesit di kepala Reza lantaran melihat sejumlah fakta yang ditemukan terkait kasus ini. Dari fakta tersebut timbul kesan bahwa keempat anggota keluarga mempersiapkan kematiannya.
"Berdasarkan pemberitaan media massa, ada beberapa catatan yang boleh jadi merupakan petunjuk kira-kira apa gerangan yang menjadi penyebab orang ini meninggal dunia," kata dia.
Catatan pertama yaitu kondisi dalam rumah yang relatif tetap rapih.
"Kita membayangkan tidak ada kegaduhan, tidak ada pertengkaran, tidak ada kekisruhan yang mengakibatkan mereka meninggal dunia. Pertama itu," sebut Reza.
Kedua, permintaan atau inisiatif kepada PLN untuk memutus aliran listrik di rumah itu.
"Jadi saya bayangkan mereka mungkin menghindari kebakaran, menghindari penggunaan listrik, menghindari tagihan, menghindari persoalan-persoalan susulan yang muncul dari listrik apabila terus mengalir," lanjut dia.
Baca juga: Sayang, Tidak Ditemukan Surat Wasiat Keluarga yang Tewas Misterius di Kalideres
Ketiga, keberadaan jenazah yang ditemukan di sejumlah ruang berbeda dan dalam keadaan terbaring di kasur maupun tergeletak di sofa, mengindikasikan kesengajaan korban berada di sana.
"Kabar bahwa posisi jenazah yang maaf tidak bergelimpangan di sana sini, tetapi berada di titik-titik tertentu. Seolah-olah mengindikasikan mereka sengaja berada di titik tersebut," jelas Reza.
Jika para korban benar sengaja menyongsong kematian secara damai, lanjut Reza, maka kasus ini sekaligus membantah teori klasik bahwa bunuh diri terjadi lantaran keputusasaan.
Baca juga: Penyidik Disarankan Temui Tokoh Agama yang Dianut Keluarga Tewas Misterius di Kalideres
"Kalau ini yang menjadi situasi atau penjelasannya, maka terbantahkan sesungguhnya teori-teori klasik yang mengatakan bunuh diri adalah puncak dari keputusasaan, kondisi dari tekanan batin nyata yang tak tertahankan, kondisi yang di luar kelaziman yang tidak mungkin dilakukan manusia yang punya akal sehat. Maka, pandangan sedemikain rupa nampaknya terpatahkan," jelas Reza.
Di sisi lain, ketenangan yang diduga dipilih oleh korban ini bukan berarti tidak menunjukkan adanya keputusasaan.
"Tidak bisa kemudian kita pukul rata sebagai cerminan adanya kegunjangan jiwa atau keputusasaan mendalam, tidak. Mereka berpikir secara jernih. Mereka punya perencanaan yang cukup matang untuk mengatakan pada tanggal sekian dan jam sekian saya ingin mengakhiri hidup dengan tenang dengan menggunakan cara yang saya pilih sendiri," pungkas Reza.
"Kalau ternyata empat orang ini wafat dengan latar belakang situasi tersebut, maka kita perlu memberikan penghormatan kepada mereka yang sudah memilih mengakhiri hidup mereka dengan cara yang setenang mungkin, sedamai mungkin, menurut mereka," tutup dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.