Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Lagi Ada Lapak Nyabu Hotel 10.000 di Kampung Boncos, Polisi: Malah Pindah ke Permukiman

Kompas.com - 18/11/2022, 21:49 WIB
Mita Amalia Hapsari,
Ihsanuddin

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemandangan berbeda terlihat saat polisi menggerebek kampung rawan peredaran narkoba di Kota Bambu Selatan atau biasa disebut Kampung Boncos, di Palmerah, Jakarta Barat, pada Jumat (18/11/2022) sore.

Pasalnya, polisi tidak lagi melihat bedeng-bedeng atau yang biasa disebut Hotel 10.000.

Lapak beratap terpal dan tembok triplek itu biasa digunakan sebagai tempat "nyabu" para pecandu narkoba itu sudah benar-benar lenyap.

"Bedeng-bedeng atau Hotel 10.000 itu sudah tidak ada," kata Kapolsek Palmerah AKP Dodi Abdulrohim saat dihubungi, Jumat malam.

Baca juga: Polisi Duga Hotel 10.000 di Kampung Boncos Ditawarkan Sepaket dengan Sabu oleh Bandar Narkoba

Berdasarkan pantauan Kompas.com selama beberapa bulan terakhir, Hotel 10.000 memang selalu dirobohkan polisi tiap kali ada penggerebekan di Kampung Boncos

Namun, bangunan itu selalu didirikan lagi oleh pengedar narkoba.

Perubahan mulai terlihat saat penggerebekan Kampung Boncos, Rabu (2/11/2022).

Saat itu, tidak banyak bedeng-bedeng yang kembali dibangun usai dirobohkan pekan sebelumnya.

Namun, saat ditelusuri, sebuah bedeng di lahan kosong yang jauh dari titik tersebut, masih berdiri tegak.

Polisi pun kembali menghancurkan bedeng beratap terpal tersebut.

Pindah ke permukiman warga

Kendati bedeng-bedeng Hotel 10.000 sudah nihil, Dodi menyadari bahwa para pelaku jaringan narkoba malah bergeser ke permukiman warga.

"Sekarang bandar itu (transaksi) ke permukiman. Itu justru jadi menyulitkan kami. Seperti tadi kami baru masuk permukiman, mereka langsung lari kocar-kacir," ungkap Dodi.

"Padahal, kami sudah membagi tim ke tiga titik masuk. Tapi mereka kayaknya sudah lihat kami duluan. Mereka kan cepat," lanjut dia.

Baca juga: Dua Anjing Pelacak Ikut Gerebek Kampung Boncos, Polisi: Endus Bau Sabu di Permukiman

Dodi mengakui, dalam mengungkap peredaran di Kampung Boncos, polisi terkendala banyaknya jalan kecil. Sebaliknya, para pelaku jaringan narkoba diduga lebih mengenal medan untuk melarikan diri.

"Kendalanya itu, di sini banyak jalan tikus. Mereka lebih mengenal medan, jadi lebih lihai, lincah. Jadi saat kami bergerak, mereka langsung bubar," ungkap Dodi.

Mengakalinya, Dodi berencana kembali menggerebek Kampung Boncos dengan personel yang lebih banyak dan bahkan kembali membawa anjing pelacak.

"Kendala lainnya, ada keterbatasan anggota kami. Sehingga kami akan memaksimalkan jumlah anggota dengan berkoordinasi bersama Polres Jakbar. Jadi, jalan-jalan tikus akan kami tutup sehingga akan maksimal hasilnya," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Megapolitan
NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

Megapolitan
Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Megapolitan
Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

Megapolitan
Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Megapolitan
Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang 'Pelanggannya' di Kali Bekasi

Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang "Pelanggannya" di Kali Bekasi

Megapolitan
Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Sempat Minta Tolong untuk Gotong Kardus AC

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Sempat Minta Tolong untuk Gotong Kardus AC

Megapolitan
Sedang Berpatroli, Polisi Gagalkan Aksi Pencurian Sepeda Motor di Tambora

Sedang Berpatroli, Polisi Gagalkan Aksi Pencurian Sepeda Motor di Tambora

Megapolitan
Terdengar Gemuruh Mirip Ledakan Bom Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Terdengar Gemuruh Mirip Ledakan Bom Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
Beredar Video Sopir Truk Dimintai Rp 200.000 Saat Lewat Jalan Kapuk Muara, Polisi Tindak Lanjuti

Beredar Video Sopir Truk Dimintai Rp 200.000 Saat Lewat Jalan Kapuk Muara, Polisi Tindak Lanjuti

Megapolitan
Maju Pilkada Bogor 2024, Jenal Mutaqin Ingin Tuntaskan Keluhan Masyarakat

Maju Pilkada Bogor 2024, Jenal Mutaqin Ingin Tuntaskan Keluhan Masyarakat

Megapolitan
Kemendagri Nonaktifkan 40.000 NIK Warga Jakarta yang Sudah Wafat

Kemendagri Nonaktifkan 40.000 NIK Warga Jakarta yang Sudah Wafat

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com