JAKARTA, KOMPAS.com - Kriminolog dari Universitas Indonesia (UI), Adrianus Eliasta Meliala menduga, ada indikasi delusi terhadap Dian (41), anak dari keluarga yang ditemukan tewas membusuk di Kalideres, Jakarta Barat, pada Kamis (22/11/20220).
Hal itu ia ungkapkan lantaran Dian masih terus menyimpan jasad ibunya, Reny Margaretha Gunawan (68), yang diduga telah tewas sebelum 13 Mei 2022. Tak hanya itu, Dian masih terus memberikan susu dan menyisir rambutnya itu.
"Selain terkait ada keyakinan tertentu, nampaknya ada indikasi delusi juga. Anak yang memberi susu pada jenazah ibunya dan seterusnya, itu gejala sakit jiwa psikotik," ujar Adrianus, kepada Kompas.com, Selasa (22/11/2022).
Baca juga: Anak dari Keluarga di Kalideres Masih Berikan Susu hingga Sisir Rambut Ibunya yang Sudah Jadi Mayat
Untuk itu, Adrianus mengatakan penyelidikan lewat psikologi forensik diperlukan untuk mengetahui kaitannya antara perilaku korban dengan hal-hal yang diduga sebagai tindak pidana. Menurut Adrianus, penyelidikan itu bisa berguna bagi peradilan.
Adrianus mengakui penyelidikan memang amat terbatas lantaran seluruh pihak yang diduga terlibat sudah tewas di rumahnya sendiri.
Selain itu otopsi psikologis terhadap empat korban mati, juga akan ada observasi tempat kejadian perkara (TKP) dan penilaian (assesment) 360 derajat terhadap semua orang yang diperkirakan pernah berkontak dengan korban.
"Semoga bisa dibentuk pandangan tentang suasana sebelum mereka mati," ujar Adrianus.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar (Kombes) Hengki Haryadi menjelaskan, anak dari anggota keluarga, Dian (40), itu ternyata masih memberikan susu dan menyisir rambut ibunya yang sudah jadi mayat.
Hengki mengatakan, keterangan itu berdasarkan keterangan pegawai koperasi simpan pinjam yang sempat berkomunikasi dan berinteraksi dengan keluarga tersebut.
Berdasarkan hasil penyelidikan, pegawai itu datang untuk mensurvei rumah karena salah satu penghuni, yakni Budiyanto hendak menggadaikan sertifikat tempat tinggal tersebut.
Sesampainya di lokasi, kata Hengki, pegawai koperasi simpan pinjam dan pihak mediator pun mencium bau tidak sedap dan mencurigakan.
Pada saat itu Hengki menyebut bahwa pegawai koperasi meminta kepada Budiyanto untuk dipertemukan kepada Margaretha. Sebab, sertifikat tersebut tercatat atas nama Margaretha.
Saat itu, Dian berdalih bahwa ibunya sedang tertidur sehingga tidak menyalakan lampu. Pegawai yang curiga pun diam-diam menyalakan senter dari ponselnya dan mendapati Margaretha sudah menjadi mayat.
Dian mengaku masih memberikan ibunya minum berupa susu. Selain itu, ia juga mengaku masih setia menyisir rambut jenazah ibunya yang mulai rontok.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.