Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Premanisme Ormas Tumbuh "Subur", Pengamat: Polisi Minim Pelayanan dan Masyarakat Enggan Lapor, Komplet Sudah

Kompas.com - 23/11/2022, 20:51 WIB
Mita Amalia Hapsari,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Aksi premanisme oleh anggota organisasi masyarakat masih menjadi momok yang meresahkan warga Desa Dadap, Kecamatan Kosambi, Kabupaten Tangerang.

Pelaku disebut meminta uang kepada warga yang tengah mendirikan suatu bangunan di lingkungan setempat.

Menyoroti kejadian tersebut, peneliti Institute for Security and Strategic Studies Bidang Kepolisian, Bambang Rukminto menilai bahwa aksi premanisme terjadi lantaran adanya inkonsistensi penegak hukum.

Baca juga: Aksi Premanisme Ormas di Kosambi Tangerang, Bikin Resah dan Hambat Pembangunan

"Karena penegakan aturan dilakukan secara parsial dan tidak konsisten, dan tidak simultan, maka efek pemberantasan premanisme itu tak segera dirasakan masyarakat," kata Bambang saat dikonfirmasi, Rabu (23/11/2022).

Padahal, menurut Bambang, premanisme bisa diberantas dengan penegakan aturan yang seharusnya menjadi tupoksi kepolisian.

"Pemberantasan premanisme tentunya tak lepas dari penegakan aturan. Tupoksi kepolisian adalah menjaga kamtibmas dengan melakukan penegakan hukum atau aturan. Penegakan aturan tentunya tak bisa dilakukan secara parsial dan tidak konsisten," ujar Bambang.

Ia menilai, pemberantasan premanisme bisa dilakukan bila ada kerja sama antara polisi dan masyarakat.

Baca juga: Resah Ormas Kerap Minta Jatah, Warga Kosambi: Proyek Pemda Saja Disetop, Apalagi yang Bukan

Namun, kerja sama itu hanya bisa terjadi jika adanya kepercayaan dari masyarakat kepada polisi.

Persoalannya, masyarakat saat ini terkesan enggan untuk melaporkan kasus-kasus yang menimpanya.

"Belum lagi masih minimnya semangat pelayanan personel kepolisian. Akibatnya ada keengganan masyarakat untuk melaporkan kasus-kasus yang menimpanya," kata dia.

Ia menganggap, "duet" antara minimnya pelayanan polisi dan masyarakat yang enggan melapor akan menjadi lahan subur bagi aksi premanisme.

Baca juga: Oknum Ormas di Kosambi Sering Minta Jatah, Warga: Bikin Kandang Ayam Saja Didatangi

"Polisi yang minim pelayanan, dan masyarakat yang enggan melapor, komplet sudah. Premanisme mendapat lahan yang subur untuk berkembang," tegas Bambang.

Di sisi lain, terkait kasus anggota ormas yang bertindak seperti preman, Bambang tidak melihat aksi itu sebagai pergerakan satu organisasi secara utuh.

"Saya kira secara normatif tidak ada ormas yang memang bertujuan melakukan premanisme. Yang ada bisa dipastikan adalah oknum, atau personel anggota, atau pengurus ormas yang melakukan aksi premanisme," ujar Bambang.

Oleh karena itu, ia melihat aksi premanisme yang terjadi tidak seharusnya dilihat pada latar belakang pelakunya saja.

Baca juga: Prada Indra Wijaya Dianiaya hingga Tewas di Papua, Keluarga: TNI Janji Hukum Pelaku Seberat-beratnya

Ia mendorong polisi menindak tegas pelaku premanisme, terlepas siapa pun orangnya.

"Makanya, tindakan hukum harus dilakukan kepolisian pada pelaku, siapapun itu," pungkas Bambang.

Aksi premanisme ormas di Kosambi Tangerang

Aksi premanisme di Desa Dadap, Kecamatan Kosambi, Kabupaten Tangerang. dikeluhkan oleh Agus (30) warga sekitar.

Menurut Agus, aksi ini sudah mulai ramai sejak tiga tahun lalu, ada saja oknum-oknum ormas setempat yang melakukan tindak pungutan liar terhadap warga ini.

"Jadi oknum-oknum itu pada merasa diri mereka itu bagian daripada (pihak keamanan) itu, (minta) japrem (jatah preman) lah kan pungli," ujar Agus kepada Kompas.com, Selasa (22/11/2022).

Baca juga: Ke Cianjur untuk Urus Bisnisnya, Seorang Warga Bekasi Jadi Korban Gempa

Pungutan liar dengan dalih biaya keamanan di daerah tersebut sudah sering kali terjadi.

Tidak hanya pada proyek-proyek swasta, tetapi proyek pemerintah dan bangunan milik pribadi warga juga tidak luput dari aksi premanisme oknum-oknum ormas tersebut.

Bahkan untuk pembuatan atau pembangunan kandang ayam milik pribadi pun, mereka diminta uang keamanan sebesar Rp 1.000.000.

Selama ini, warga yang tidak ingin terjadi keributan dan menyelamatkan diri, hanya bersikap pasrah lalu membayar jatah preman tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

Megapolitan
Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Megapolitan
Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang 'Pelanggannya' di Kali Bekasi

Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang "Pelanggannya" di Kali Bekasi

Megapolitan
Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Sempat Minta Tolong untuk Gotong Kardus AC

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Sempat Minta Tolong untuk Gotong Kardus AC

Megapolitan
Sedang Berpatroli, Polisi Gagalkan Aksi Pencurian Sepeda Motor di Tambora

Sedang Berpatroli, Polisi Gagalkan Aksi Pencurian Sepeda Motor di Tambora

Megapolitan
Terdengar Gemuruh Mirip Ledakan Bom Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Terdengar Gemuruh Mirip Ledakan Bom Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
Beredar Video Sopir Truk Dimintai Rp 200.000 Saat Lewat Jalan Kapuk Muara, Polisi Tindak Lanjuti

Beredar Video Sopir Truk Dimintai Rp 200.000 Saat Lewat Jalan Kapuk Muara, Polisi Tindak Lanjuti

Megapolitan
Maju Pilkada Bogor 2024, Jenal Mutaqin Ingin Tuntaskan Keluhan Masyarakat

Maju Pilkada Bogor 2024, Jenal Mutaqin Ingin Tuntaskan Keluhan Masyarakat

Megapolitan
Kemendagri Nonaktifkan 40.000 NIK Warga Jakarta yang Sudah Wafat

Kemendagri Nonaktifkan 40.000 NIK Warga Jakarta yang Sudah Wafat

Megapolitan
Mayat dalam Koper yang Ditemukan di Cikarang Berjenis Kelamin Perempuan

Mayat dalam Koper yang Ditemukan di Cikarang Berjenis Kelamin Perempuan

Megapolitan
Pembunuh Perempuan di Pulau Pari Mengaku Menyesal

Pembunuh Perempuan di Pulau Pari Mengaku Menyesal

Megapolitan
Disdukcapil DKI Bakal Pakai 'SMS Blast' untuk Ingatkan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Disdukcapil DKI Bakal Pakai "SMS Blast" untuk Ingatkan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com