Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Mercusuar Batavia, Pengatur Lintasan Laut Sunda Kelapa yang Kini Terkepung Bangunan

Kompas.com - 25/11/2022, 04:45 WIB
Ivany Atina Arbi

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Di ujung Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara, masih berdiri tegak sebuah mercusuar yang dulu mengontrol sirkulasi pelayaran kapal di laut Sunda Kelapa.

Sejak dibangun pada abad ke-19, orang-orang menyebut mercusuar ini sebagai Mercusuar Batavia atau Mercusuar Sunda Kelapa.

Bentuk mercusuar ini dari sejak dibangun pada akhir abad ke-19 hingga saat ini tidak mengalami banyak perubahan.

Mercusuar Batavia berbentuk bulat dan makin ke atas, makin mengecil. Dengan bagian lampu di lantai puncaknya, tinggi mercusuar ini mencapai 17 meter.

Pada bagian badan, terdapat tiga buah lubang yang berfungsi sebagai ventilasi dan sekaligus sebagai jendela penerangan tangga yang ada di dalam tubuh menara.

Baca juga: Riwayat Masjid Agung Sunda Kelapa, Destinasi Wisata Religi di Ibu Kota

Perubahan justru terjadi pada lingkungan sekitar tempat mercusuar ini berdiri.

Laut yang dulu mengelilingi Mercusuar Batavia kini sudah berubah menjadi lahan luas yang menjadi bagian dari Pelabuhan Muara Baru dan Tempat Pelelangan Ikan Muara Baru. Sebuah kawasan industri khusus hasil laut.

Bangunan di sekitar mercusuar juga sudaha lenyap tak beerbekas. Beberapa bagianya kin sudah tertutup gedung dan pabrik di sekitar Pelabuhan Muara Baru

Penanda waktu berlayar

Adolf Heuken dalam Tempat-tempat Bersejarah di Jakarta menulis, mercusuar ini dibangun pada 1839 untuk memberi waktu tepat bagi kapal di pelabuhan, untuk berlabuh atau kembali berlayar.

Tidak hanya itu, di dalam menara terdapat chronometer, pencatat waktu yang cukup tepat untuk dapat digunakan sebagai standar waktu portabel kala itu.

Baca juga: Mengenang Kastil Batavia, Tembok Pertahanan Kokoh VOC yang kini Jadi Tempat Bongkar Muat Truk Kontainer

Di lantai menara ada batu dengan tulisan berhuruf Tionghoa yang menyatakan longitude nol Batavia lewat titik tengah menara ini.

Pada abad ke-19, longitude nol tersebut dipakai untuk memetakan seluruh daerah Hindia-Belanda. Akan tetapi, kini tulisan itu sudah raib.

Heuken juga menulis, mercusuar ini jauh lebih dulu terbangun dibandingkan dengan Menara Syahbandar di dekat Museum Bahari.

Akan tetapi perannya justru menggantikan Menara Syahbandar di muara Sungai Ciliwung yang tak lagi digunakan pada akhir abad ke-19.

Tenggelam oleh pembangunan kota

Menurut arsip harian Kompas, 26 Desember 2016, Candrian Attahiyat, arkeolog dan anggota tim ahli cagar budaya Jakarta, menyampaikan, mercusuar ini dibangun di atas tanah yang terus tumbuh di muara Ciliwung.

Baca juga: Kisah Menara Syahbandar, Menara Miring yang Pernah Jadi Pintu Masuk Jakarta

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Megapolitan
Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Megapolitan
Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Megapolitan
PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

Megapolitan
PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

Megapolitan
Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan 'Pelanggannya' dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan "Pelanggannya" dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Megapolitan
KPU Jaktim Buka Pendaftaran PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

KPU Jaktim Buka Pendaftaran PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

Megapolitan
NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com