"Kalau hujan gede sekali dan laut pasang, air bisa sampai ketinggian sekitar 50 sentimeter," tutur Beda.
Bukan hanya retak, tanggul ini juga memiliki lubang sana-sini. Ironisnya, lubang tersebut hanya ditutupi conblock seadanya. Terlihat pula sampah-sampah yang menumpuk di sekitar tanggul.
Sebuah masjid menjadi saksi bisu bagaimana wilayah Ibu Kota perlahan tenggelam. Masjid bernama Wal Adhuna itu, berada di balik tanggul yang tinggi. Untuk dapat melihat bangunan, Anda perlu memanjat tembok tanggul dengan pijakan seadanya.
Bangunan masjid tampak sangat rapuh, tembok-tembok penuh coretan dan bagian bawahnya menghitam akibat ditumbuhi lumut. Seng pada atap pun sudah hancur. Berbagai jenis sampah yang terbawa arus ombak, ikut tersangkut di sisi-sisi Masjid Wal Adhuna.
Anak-anak sekitar kawasan pelabuhan juga bermain di tepi laut, tak jauh dari lokasi masjid itu berada.
Baca juga: Menengok Masjid Wal Adhuna, Saksi Bisu Tenggelamnya Pesisir Jakarta
Peristiwa tenggelamnya Masjid Wal Adhuna turut disaksikan Ale, salah satu warga Muara Baru.
"Awalnya masid itu daratan, jadi air laut itu ombaknya meluap tiba-tiba, jadi masjidnya tenggelem," kata Ale.
Kala itu, lanjut Ale, luapan air laut melimpas dari ujung Pelabuhan Sunda Kelapa hingga wilayah RT 15 RW 17, Muara Baru.
Kini, bangunan masjid itu tidak tampak lagi bila dilihat dari wilayah daratan. Hanya ada sisa-sisa kubah masjid yang terlihat mencuat di balik tanggul laut Muara Baru.
Sebelum tanggul ditinggikan seperti sekarang, permukiman warga ikut terendam saat tanggul jebol beberapa tahun silam. Hal itu diungkapkan warga lain bernama Tarsini (60). Menurut Tarsini, deretan rumah semipermanen yang berada di kawasan Muara Baru ikut terendam air laut saat itu.
"Dulu iya jebol terus, sekarang enggak pas tanggul udah ditinggiin," ucap Tarsini.
Tarsini berujar, tiap kali tanggul jebol, air laut akan membanjiri daratan.
Akibatnya, bedeng-bedeng yang berada sangat dekat dari pesisir laut terendam air hingga setinggi 120 sentimeter.
Baca juga: Warga Khawatir Tanggul Muara Baru Jebol meski Telah Ditinggikan
"Jadi pernah jebolnya dari arah Kampung Gedong Kompa. Terus tanggulnya yang tadinya pendek jebol, tapi itu udah lama," jelas Tarsini.
"Rumah tenggelem cuma bagian depan doang, kalau di sini saya tenggelemnya sekitar sepinggang, kalau di depan se-dada tinggi airnya," lanjutnya lagi.
Adapun dikutip dari akun Instagram @sobatair.jkt yang dikelola oleh Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta, permukaan daratan di pesisir Jakarta memang sudah lebih rendah dibandingkan perairan.
Penyebabnya adalah peningkatan volume air laut akibat dari mencairnya es di kutub sebagai dampak pemanasan global. Selain itu, permukaan tanah semakin turun akibat penggunaan air tanah yang masif.
Hasil penelitian ITB dan SDA Jakarta tahun 2021 mengatakan bahwa sekitar 18-20 persen wilayah Jakarta sudah berada di permukaan laut. Angka itu dipastikan terus bertambah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.