Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kali Angke yang Kini Mudah Meluap, Dulunya Jadi Andalan Moda Transportasi Air Batavia

Kompas.com - 30/11/2022, 07:04 WIB
Ivany Atina Arbi

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Warga yang tinggal di dekat Kali Angke, Kembangan Utara, Jakarta Barat, harus punya tingkat kesabaran tinggi serta responsif.

Pasalnya, Kali Angke bisa meluap secara tiba-tiba, meski matahari sedang menyorot dengan teriknya.

Ketua Kampung Siaga Bencana Kembangan Utara, Durachim mengatakan, setidaknya terdapat empat wilayah RW di Kelurahan Kembangan Utara yang menjadi langganan luapan sungai tersebut.

"Kembangan Utara itu ada beberapa titik banjir luapan Kali Angke, yaitu RW 001, RW 011, RW 009, dan sebagian RW 003," ujar Durachim Nur saat ditemui Kompas.com di kediamannya, Selasa (8/11/2022).

Rutin dilanda banjir, pemerintah dan warga tentunya tidak tinggal diam. Sejumlah upaya penanganan banjir pun telah dilakukan seperti pembuatan tanggul setinggi 4 meter dan pembuatan sumur resapan.

Baca juga: Kali Angke yang Tak Tersentuh Program Normalisasi, padahal Selalu Dilanda Banjir Kiriman...

Dur mengatakan pembuatan sejenis tanggul belum terealisasi di seluruh sisi sungai. "Itu dibangun zaman Fauzi Bowo (Gubernur DKI Jakarta periode 2007-2012), ratusan meter panjangnya," ujar Durachim.

"Tapi masih ada sisi yang lain. Dua tahun lalu, sudah kami ajukan supaya dibangun beserta fasilitas pompa. Katanya Desember nanti jadi, masih kami kawal," lanjutnya.

Ia pun menaruh harapan besar dari pembuatan tanggul dan pompa yang dianggap dan menyelamatkan warga dari kebanjiran.

Sementara itu, produk sumur resapan, dinilainya tidak efektif jika dibangun di pinggir Kali Angke. "Di sini sumur resapan ada sekitar 10 sumur, tapi agak percuma soalnya dekat kali," kata dia.

Menurut Durachim, sumur resapan hanya berpengaruh jika air datang dengan debit sangat sedikit. Sementara itu, Kali Angke selalu meluapkan air dalam volume besar.

Baca juga: Ketika Sumur Resapan Tak Mampu Bendung Besarnya Luapan Kali Angke...

"Enggak berpengaruh karena baru nampung beberapa meter air, sudah penuh. Kalau airnya luapannya sedikit banget, baru berpengaruh. Tapi di sini banyak," kata Dur.

Dulunya andalan transportasi logistik

Kali Angke yang kini dikenal sebagai sumber banjir, dulunya pernah menjadi andalan transportasi air mengangkut bermacam bahan logistik dari Tangerang ke Batavia.

Sejarawan Jakarta, Mona Lohanda, mengatakan sebelum tahun 1760, Kali Angke lebih banyak dimanfaatkan sebagai alat transportasi air.

"Kali Angke banyak digunakan baik untuk mengangkut hasil bumi, kayu, maupun bahan bangunan lainnya," kata Mona kepada Kompas.

"Kala itu tepian Kali Angke jauh lebih ramai ketimbang Kali Ciliwung," lanjutnya.

Ramainya tepian Kali Angke disebabkan perkembangan Kota Batavia berawal dari Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara, lalu meluas ke Jakarta Barat lokasi dari Kali Angke.

Baca juga: Permukiman di Pamulang Terendam Banjir Luapan Kali Angke

"Riwayat panjang Angke ini terus mewarnai sejarah urban Jakarta hingga hari ini," kata Mona.

Festival air

Selain menjadi andalan transportasi air, Kali Angke juga sempat menjadi tempat andalan pelaksanaan festival air yang merupakan tradisi bawaan warga peranakan Tionghoa.

Leonard Y Andaya dalam bukunya, The Heritage Of Arung Palakka, menulis, di bawah Kapitan Tionghoa pertama, Souw Beng Kong, ribuan peranakan Tionghoa didatangkan dari Tangerang.

Sebagian besar mereka, mengembangkan perkebunan tebu dengan memanfaatkan air terutama dari Kali Angke dan Ciliwung.

Tak heran jika Batavia kemudian dikenal sebagai salah satu pemasok gula dunia.

Baca juga: Kali Angke dan Tragedi Pembantaian Etnis Tionghoa oleh Belanda

Dari perkebunan tebu inilah kemudian muncul sejumlah tradisi dan festival air di tepian Kali Angke sejak dari ruas Tangerang sampai Batavia.

Tradisi dan festival air tersebut antara lain Pek Cun (lomba perahu naga), melepas kura-kura, dan ikan ke sungai.

Kelenteng-kelenteng dan rumah kawin (balai pernikahan) pun tumbuh bertebaran di beberapa ruas Angke.

Sampai awal tahun 1990-an, sejumlah rumah kawin di tepi Kali Angke di ruas Jalan Tubagus Angke, terutama di sekitar Pesing Poglar, Kedaung Kali Angke, Cengkareng, Jakarta Barat, masih tampak.

Kini, rumah-rumah kawin tersebut hanya bisa dijumpai di kawasan Teluk Naga dan Sewan, di Kecamatan Kampung Melayu, Kabupaten Tangerang.

Baca juga: Normalisasi Kali Angke di Kembangan Utara Terkendala Sengketa Lahan

Hal serupa juga disampaikan Mona Lohanda. ”Perkebunan tebu berawal dari Tangerang, kemudian meluas ke Batavia," ujarnya kepada harian Kompas.

"Ini menunjukkan, imigran Tiongkok terbesar ke Batavia berasal dari Tiongkok Selatan. Ya, dari suku Hokkian. Mereka umumnya petani tebu,” lanjutnya

Pusat kegiatan ekonomi

Mona mengakui imigran Tiongkok kala itu lebih memilih tepian Kali Angke sebagai kawasan permukiman dibandingkan dengan tepian Kali Ciliwung.

Selain karena Angke lebih kecil dibandingkan Ciliwung, juga karena Ciliwung melintas di tengah kota Batavia, sedangkan Angke tidak.

Karena melintasi kota, maka di beberapa ruas Kali Ciliwung tumbuh kegiatan ekonomi kota, sedangkan di beberapa ruas Kali Angke berkembang kegiatan ekonomi pedesaan.

Baca juga: Asal-usul Nama Kali Angke, dari Perebutan Jayakarta hingga Genosida Tionghoa 1740

”Para imigran yang umumnya petani ini biasanya memilih tempat tinggal ataupun tempat kerja yang suasananya mirip atau merujuk ke kampung halaman mereka," kata Mona.

"Hanya sebagian kecil imigran Tiongkok yang hidup di kota. Mereka umumnya adalah pedagang besar, termasuk pedagang opium, bankir, dan bagian dari birokrat VOC ataupun Hindia Belanda,” lanjutnya.

(Kompas.com: Mita Amalia Hapsari | Kompas: Windoro Adi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Megapolitan
Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Megapolitan
Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Megapolitan
Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Megapolitan
Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Megapolitan
Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Megapolitan
Perampok Pecah Kaca Mobil Kuras Dompet, iPad hingga iPhone 11 Pro Max

Perampok Pecah Kaca Mobil Kuras Dompet, iPad hingga iPhone 11 Pro Max

Megapolitan
Maling di Sawangan Depok Angkut 2 Motor Lewati Portal Jalan

Maling di Sawangan Depok Angkut 2 Motor Lewati Portal Jalan

Megapolitan
Pedagang Pigura di Jakpus 'Curi Start' Jualan Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Jakpus "Curi Start" Jualan Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Pertanyakan Urgensi Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

Ketua DPRD DKI Pertanyakan Urgensi Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

Megapolitan
Gugatan PDI-P atas KPU ke PTUN Tak Bisa Pengaruhi Hasil Pemilu 2024

Gugatan PDI-P atas KPU ke PTUN Tak Bisa Pengaruhi Hasil Pemilu 2024

Megapolitan
ODGJ yang Serang Kakaknya di Cengkareng Sempat Mengamuk Saat Dibawa Sudinsos

ODGJ yang Serang Kakaknya di Cengkareng Sempat Mengamuk Saat Dibawa Sudinsos

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com