Kala itu, berdasarkan data yang diterimanya, intensitas hujan tiga kali lipat lebih tinggi yakni 337 milimeter.
"Ini mengindikasikan bahwa (hujan) memberikan sumbangsih. Ada air dari atas turun ke kawasan kita ada juga air laut masuk, ditambah air tanah yang dikeruk tanpa adanya perhitungan nah sudah lah tinggal tunggu waktunya aja," kata Eddy.
Dia menilai, perlu ada penelitian lebih dalam soal potensi Jakarta tenggelam dengan berbagai penyebabnya.
Keterbukaan data dari instansi terkait, merupakan kunci penting agar para ahli bisa melakukan pemodelan terhadap skenario tenggelamnya Ibu Kota.
"Memang tidak mudah, karena diperlukan adanya keterbukaan dari masing-masing pihak untuk membuka datanya. Sehingga kami bisa memulihkannya dan kami bisa membuat skenarionya. Tanpa itu semua ya seperti inilah kondisinya," pungkas Eddy.
Baca juga: Kondisi Air Tanah di Jakarta Kritis, PAM Jaya Targetkan Layanan SPAM 100 Persen pada 2030
Sebagai informasi, Jakarta diprediksi akan tenggelam pada 2030. Pernyataan tersebut disampaikan Presiden Amerika Serikat Joe Biden dalam pidatonya di Kantor Direktur Intelijen Nasional pada 27 Juli 2021.
Biden kala itu menyebutkan, jika pemanasan global terus terjadi, hal itu bisa berdampak pada mencairnya es di kutub sehingga permukaan air laut naik.
Maka, menurut Biden, tak menutup kemungkinan bisa saja delapan tahun mendatang Jakarta tenggelam.
Sementara itu, dikutip dari akun Instagram @sobatair.jkt yang dikelola oleh Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta, permukaan daratan di pesisir Jakarta memang sudah lebih rendah dibandingkan perairan.
Penyebabnya adalah peningkatan volume air laut akibat dari mencairnya es di kutub sebagai dampak pemanasan global.
Selain itu, permukaan tanah semakin turun akibat penggunaan air tanah yang masif.
Hasil penelitian ITB dan Dinas SDA Jakarta tahun 2021 mengatakan bahwa sekitar 18-20 persen wilayah Jakarta sudah berada di permukaan laut. Angka itu dipastikan terus bertambah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.