JAKARTA, KOMPAS.com - Krematorium menjadi pilihan tempat perisitirahatan terakhir bagi sebagian orang untuk mengkremasi keluarga atau seseorang yang sudah meninggal dunia.
Salah satu krematorium terkenal di Ibu Kota ialah Yayasan Daya Besar Krematorium Cilincing, Jakarta Utara. Berdiri sejak 1975, Krematorium Cilincing menjadi tempat pembakaran jenazah terbesar se-DKI Jakarta.
Kompas.com berkesempatan mengunjungi krematorium yang didirikan oleh Aggy Tjetje, yang dikenal sebagai kakak pengusaha jalan tol Yusuf Hamka, pada Rabu (30/11/2022).
Krematorium ini berlokasi di pesisir Cilincing, tepat berada di sisi laut lepas yang dibatasi oleh tembok tinggi berjarak 10 meter dari bangunan. Krematorium seluas sekitar 5 hektar ini pun berada dalam satu kompleks dengan Pura Segara.
Baca juga: Menanti sejak 2018, Tahun Depan Akhirnya Kota Bekasi Punya Krematorium
Jika berjalan lebih dalam lagi, tampak ada pembangunan yang tengah dilakukan. Menurut salah satu pekerja, bangunan itu nantinya akan menjadi tempat kremasi tambahan.
Situasi Krematorium memang cukup tenang. Hanya ada beberapa mobil milik keluarga yang akan mengkremasi jenazah anggota keluarganya. Mobil ambulans pembawa jenazah terlihat sudah terparkir di depan ruang kremasi bercat kuning itu.
Aroma pembakaran, samar-samar menemani perjalanan Kompas.com mengelilingi tempat ini.
Pengurus Tata Usaha Krematorium Cilincing Cecep Rukhikmat menjelaskan, krematorium memiliki dua proses kremasi, yakni dengan mesin oven dan tungku kayu.
Baca juga: Pemkot Bekasi Berencana Gratiskan Biaya Kremasi di Krematorium Miliknya
Kremasi oven, kata dia, memerlukan waktu antara 1,5 sampai 2 jam pembakaran. Sedangkan kremasi kayu membutuhkan waktu 2 hingga 3 jam lamanya.
"Proses kremasi itu kan tidak hanya jenazah basah, jadi ada rangka atau kerangka yang artinya galian dari kuburan," ungkap Cecep saat ditemui Kompas.com di Krematorium Cilincing, Rabu.
Artinya, mereka yang sudah dikuburkan masih bisa dikremasi di sini. Cecep berujar, poses pembakaran tetap sama, namun peti yang digunakan berukuran lebih kecil dari normalnya.
Selain ruang kremasi, Krematorium Cilincing pun memiliki gedung penitipan abu jenazah. Mereka yang beragama Nasrani, Hindu ataupun Buddha bisa mengkremasi hingga menitipkan abu jenazah anggota keluarganya.
Baca juga: Sudah Tidak Ada Lagi Antrean Jenazah Pasien Covid-19 di Krematorium Cilincing
"Kremasi di sini beragama Hindu biasanya dari Bali, Buddha, Kristen baik Protestan maupun Katolik," ucap Cecep.
Setiap hari, lanjut Cecep, sedikitnya tiga jenazah dari berbagai agama dikremasi di Krematorium Cilincing. Biasanya pengelola membuka krematorium sejak pukul 08.00 WIB hingga 16.00 WIB.
Adapun semenjak pandemi Covid-19, jumlah jenazah yang datang untuk kremasi meningkat signifikan. Dikatakan oleh Cecep, dalam satu hari petugas bisa mengkremasi delapan jenazah.
"Kalau standar kremasi artinya jenazah sakit biasa satu hari paling tiga atau dua tapi kalau Covid kan kemarin sampai melayani satu hari tujuh sampai delapan jenazah," tuturnya.
Hal yang membedakan jenazah biasa dengan pasien Covid ialah protokol kesehatan yang lebih ketat. Petugas pun diharuskan memakai alat pelindung diri (APD) selama prosesi berlangsung.
"Hanya bedanya mungkin untuk proses itu sendiri atau jenazah tersebut. Kalau jenazah sakit biasa, misalnya, yang lelaki pakai jas tapi kalau untuk Covid jenazah di wrap (bungkus) lagi pakai plastik supaya tidak ada kebocoran," ungkap Cecep.
Adapun kremasi jenazah tradisional dengan kayu dihargai Rp 3.915.000, sementara kremasi oven dihargai lebih mahal yakni Rp 4.685.000.
Pengelola juga menyediakan layanan kapal apabila keluarga dari jenazah yang dikremasi berniat melaksanakan larung ke Teluk Jakarta.
Dengan segala fasilitasnya, Krematorium Cilincing menjadi tempat pembakaran jenazah terlengkap di DKI Jakarta.
Oleh karenanya, tidak sedikit orang datang dari Jabodetabek memakai jasa kremasi di Krematorium Cilincing untuk membawa anggota keluarga yang sudah meninggal dunia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.