Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Masih Banyak Masyarakat Gunakan Minyak Jelantah yang Sudah Hitam Pekat sampai Habis..."

Kompas.com - 30/11/2022, 13:14 WIB
Larissa Huda

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Mengumpulkan limbah minyak jelantah untuk disedekahkan kembali lewat program Terima Sedekah Minyak Jelantah untuk Mereka (Tersenyum) oleh Rumah Sosial Kutub bukanlah perkara mudah.

Manajer Program Tersenyum Nanang Ardiansyah berujar, sejatinya inisiasi sedekah minyak jelantah ini sebetulnya untuk mendorong masyarakat untuk hidup lebih sehat, bersih, dan berkah.

Namun, kata dia, Rumah Sosial Kutub masih sulit meyakinkan masyarakat untuk tidak lagi mengonsumsi minyak goreng bekas yang sudah digunakan berkali-kali.

"Sebenarnya, kami juga mendoronr mereka bahwa pemakaian minyak jelantah itu maksimal tiga kali saja. Itu sudah sesuai dengan anjuran Dinas Kesehatan," ujar Nanang kepada Kompas.com, Selasa (29/11/2022).

Baca juga: Ketika Rumah Sosial Kutub Ubah Limbah Minyak Jelantah Jadi Penyumbang Devisa Negara

Seperti diketahui, minyak jelantah itu berbahaya karena mengandung senyawa yang mengandung karsinogenik. Senyawa ini, kata Nanang, bisa memicu risiko kanker bagi yang mengonsumsi menyak jelantah secara terus menerus.

"Namun realitanya, masih banyak jelantah sampai habis, sudah hitam, dan digunakan terus menerus. Kebiasaan itu bisa mempengaruhi tujuan kami tadi," kata Nanang.

Nanang pun tak menampik bahwa program sedekah minyak jelantah ini juga bertujuan untuk menanggulangi penyalahgunaan minyak jelantah yang masih dilakukan masyarakat.

"Bukannya suuzan. Kami mendapati masih ada pedagang nakal yang mengolah minyak jelantah jadi minyak curah. Lewat progam ini, kami ingin menghapus kebiasaan itu dari akarnya," tutur Nanang.

Baca juga: Rumah Sosial Kutub Bergerak Jadikan Limbah Minyak Jelantah Jadi Sedekah

Gerakan Sedekah dari Limbah

Sejak 2018, Rumah Sosial Kutub menginisiasi gerakan sedekah minyak jelantah lewat program Terima Sedekah Minyak Jelantah untuk Mereka (Tersenyum).

Manajer Program Tersenyum Nanang Ardiansyah berujar, dengan adanya sedekah minyak jelantah ini bisa mengubah persepsi masyarakat bahwa berbagi itu tak perlu berupa harta.

"Kami terpikirkan menggunakan barang yang sudah tidak dipakai lagi. Bahkan, kalau dibuang justru menyebabkan pencemaran lingkungan," ujar Nanang.

Dari pemikiran itu, kata Nanang, Rumah Sosial Kutub terpikir untuk menginisiasi gerakan minyak jelatah dengan mengusung konsep bahwa sedekah ini mudah, murah, dan berkelanjutan.

Baca juga: Kisah Petugas PPSU, Bangun Lebih Pagi untuk Lingkungan yang Lebih Bersih

Penyumbang Devisa Negara

Gerakan sedekah minyak jelantah lewat program Terima Sedekah Minyak Jelantah untuk Mereka (Tersenyum) yang diinisiasi oleh Rumah Sosial Kutub.Doc. Rumah Sosial Kutub Gerakan sedekah minyak jelantah lewat program Terima Sedekah Minyak Jelantah untuk Mereka (Tersenyum) yang diinisiasi oleh Rumah Sosial Kutub.

Gerakan sedekah minyak jelantah lewat program Tersenyum yang diinisiasi oleh Rumah Sosial Kutub cukup diminati pasar ekspor Eropa Utara, terutama dari Finlandia.

"Sebagian besar minyak jelantah yang kami kumpulkan memang untuk diekspor, untuk pemanfaatan minyak jelantah dalam negeri saat ini masih dalam skala kecil," ujar Nanang.

Nanang menyebutkan, rata-rata minyak jelantah yang berhasil dikumpulkan itu sebanyak 27.000-30.000 liter per bulan. Dari situ, minyak akan dikonversi untuk produksi biodiesel dengan harga jual fluktuatif seharga Rp 7.000-Rp 10.000 per liter.

"Dana hasil konversi itu akan dikembalikan ke wilayah yang mengumpulkan dan dikelola kader dalam bentuk program sosial masyarakat dan pemberdayaan lingkungannya," tutur Nanang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

Megapolitan
KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

Megapolitan
Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Megapolitan
Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Megapolitan
Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Megapolitan
NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

Megapolitan
Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Megapolitan
Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

Megapolitan
Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com