JAKARTA, KOMPAS.com - Tren transisi energi dari bahan bakar fosil beralih ke sumber terbarui seperti minyak sayur atau lemak hewan (biodiesel) membuat minyak jelantah dari Rumah Sosial Kutub diminati negara-negara Eropa.
Sejak 2018, Rumah Sosial Kutub telah menginisiasi gerakan sedekah minyak jelantah lewat program Terima Sedekah Minyak Jelantah untuk Mereka (Tersenyum).
Manajer Program Tersenyum Rumah Sosial Kutub Nanang Ardiansyah sebetulnya menyayangkan sebagian besar minyak jelantah hasil gerakan sedekah itu diekspor ke luar negeri.
"Untuk pemanfaatan minyak jelantah dalam negeri saat ini masih dalam skala kecil," ujar , kepada Kompas.com, Selasa (29/11/2022).
Baca juga: Rumah Sosial Kutub Bergerak Jadikan Limbah Minyak Jelantah Jadi Sedekah
Menurut Nanang, pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel di dalam negeri sebetulnya memberikan manfaat yang sangat besar bagi masyarakat Indonesia.
Setiap tetes minyak jelantah yang dikumpulkan Rumah Sosial Kutub masih diekspor dalam bentuk mentah. Pengolahan jadi biodiesel sepenuhnya dilakukan di negara-negara importir.
Seperti diketahui biodiesel dinilai mampu mengurangi pencemaran lingkungan karena rendah polusi dan berbahan baku dari sumber yang berlanjutan.
Saat ini, Nanang berujar sebagian besar negara-negara Eropa menerapkan kebijakan Renewable Energy Directive (RED) II untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan deforestasi.
"Harapan kami, kalau bisa tidak diekspor. Ini bahan bakar yang baik dari limbah. Kalau bisa digunakan, diproduksi dan dimanfaatkan kembali di Indonesia," ujar Nanang.
Nanang berharap segera ada kebijakan dari pemerintah agar industri dalam negeri bisa mengelola minyak jelantah dengan standardisasi yang sudah baik agar kebermanfaatannya bisa dirasakan kembali di dalam negeri.
"Ini potensi baik, bahan bakar baik. Kalau bisa digunakan untuk Indonesia sendiri. Kalau sudah ada kebijakan pemerintah tidak menutup kemungkinan ini berkelanjutan," kata Nanang.
Baca juga: Ketika Rumah Sosial Kutub Ubah Limbah Minyak Jelantah Jadi Penyumbang Devisa Negara
Gerakan sedekah minyak jelantah lewat program Terima Sedekah Minyak Jelantah untuk Mereka (Tersenyum) yang diinisiasi oleh Rumah Sosial Kutub cukup diminati pasar ekspor, terutama dari Finlandia.
Nanang menyebutkan porsi penyaluran minyak jelantah untuk diekspor saat ini cukup besar, 90 persen. Adapun untuk pemanfaatan dalam negeri hanya 10 persen, biasanya digunakan untuk pembuatan sabun hingga lilin.
Nanang menyebutkan rata-rata minyak jelantah yang berhasil dikumpulkan itu sebanyak 27-30 ribu liter per bulan. Dari situ, minyak akan dikonversi untuk produksi biodiesel dengan harga jual fluktuatif seharga Rp7.000-10.000 per liter.